Home / Romansa / Beautiful Fault / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Beautiful Fault: Chapter 21 - Chapter 30

62 Chapters

Chapter 21 Fragile

Can menutup pintu mobil dengan pandangan kosong. Kakinya lemas dan ia terlalu sulit untuk menapaki kaki, menaiki tangga untuk sampai di pintu utama rumahnya.Pria itu nyaris jatuh jika saja tidak menahan telapak tangan kanannya pada body mobil.“Tuan Can? Anda tidak apa-apa?” tanya pengawal berbalut mantelnya, mendekati Can dengan panik.Can menggeleng lemah tanpa memandangnya. “Tidak, Tuan. Kau bisa kembali bekerja,” cetusnya pelan dan membiarkan lelaki itu berlalu, kembali ke area depan.Tangan Can keringat dingin. Begitupula keningnya dan ia terus merasakan denyutan di kepalanya mendapatkan fakta jika ia telah melepas apa yang dirinya jaga selama dua puluh lima tahun dalam hidupnya untuk Akira.Napas Can sesak. “Ayse ...” lirihnya dengan air mata membumbung tinggi di pelupuk matanya.Can tahu jika ia telah mengkhianati perempuan yang sangat dicintainya. Sakit hatinya tidak akan s
Read more

Chapter 22 Pregnant

BUGH!“BERENGEK!”Iskander terjatuh saat Can sudah lebih dulu melayangkan pukulannya. Pria itu dengan emosi yang sudah ditahannya sejak kemarin, lalu datang ke kediaman Iskander untuk mengambil ponselnya dan juga mengutuk pria itu.Pria itu menyeka sudut bibirnya yang berdarah dan terkekeh pelan. Ia menatap Can yang berdiri dengan napas tersengal. “Jadi, kau sudah tau apa yang kulakukan kemarin?” tanyanya menantang, tidak menutupi hal tersebut.Ia bisa melihat rahang Can yang mengetat. Sebisa mungkin dirinya langsung berdiri dengan berpegangan pada kepala sofa. Dirinya duduk tenang di ruang keluarga dan mendapati Can sudah lebih dulu memukulnya.Ternyata, Can sangat berbahaya jika sedang marah. Ia bahkan tidak mengenal seorang Yavuz Can Sener yang begitu tenang.“Bagaimana dengan obat perangsang itu? Kau ketagihan untuk memakainya lagi?”“Berengsek!” teriak Can dan
Read more

Chapter 23 Let You Go

Ayse merentangkan kedua tangan, menghirup udara segar di Kota Ankara dari atas balkon unit apartemennya. Ia tersenyum manis, memejamkan sejenak kelopak matanya untuk merasakan kebebasan dalam dirinya.“Setelah dua minggu aku pergi dari kota ini, akhirnya aku bisa kembali,” cetusnya menatap keindahan kota dari ketinggian unit.Bibirnya sedikit menipis mengetahui jika sejak ia menghubungi Can dan tidak mengangkatnya. Saat itupula ia sadar jika Can tidak bisa dihubungi. Ia mengembuskan napas panjang, berusaha menenangkan dirinya sendiri.“Kau harus berpikir positif, Ayse. Can akan tetap menunggumu dan kau hanya perlu mengunjunginya lebih dulu. Mungkin, dia pun sibuk mengurusi pekerjaannya,” ucapnya meyakinkan diri dan berbalik badan, memasuki unit di mana kedua sahabatnya tengah membereskan pakaian di kamar.Mereka baru tiga jam lalu datang ke mari. Sampai di unit untuk istirahat sejenak lalu berbenah sebelum akhirnya
Read more

Chapter 24 Our Downturn

Perempuan itu menggigit bibir bawahnya dengan terus memandang keluar jalan bersama pilu dan rasa perih dalam hati. Ia menahan isak tangis supaya sopir di depannya tidak mengetahui kerapuhannya.Ayse menahan sikunya di pinggir kaca mobil, memegang sisi kepalanya dan sedikit mencengkeram rambutnya, merasa hentakan kuat rasa pusing di kepalanya.Ia menitikan bulir air mata.Kenapa Tuhan tidak membuatnya bisa merasakan kebahagiaan yang utuh? Sekarang, Ayse semakin hancur. Perasaannya tidak bisa kembali utuh bersama kepingan rasa sakit oleh cintanya yang kandas.Can ... Kenapa sejak dulu aku dipertemukan olehmu, jika pada akhirnya kau akan bersama perempuan lain?Ayse menunduk, membungkam mulutnya meredam isak tangis. Ia memegang tepat di bagian jantung, sakit.Ia benar-benar terluka dengan segala hal yang terjadi hari ini.Aku datang untuk memberikan kejutan atas kehadi
Read more

Chapter 25 Wedding Day

Henna Night begitu membahagiakan untuk Akira. Ia duduk dan ditemani bridesmaid—teman semasa kuliah—sesekali menggoda perempuan yang tangannya sedang dihias. Ukiran khas untuk menyambut hari spesialnya bersama Can besok hari.Khusus malam ini ia ditemani oleh keluarga terdekat dan seluruhnya perempuan. Terutama ketika calon Mama mertuanya menginap, mengikuti prosesi pemakaian Henna.“Kau tampak berseri malam ini, Sayang. Jauh lebih cantik di hari sebelumnya. Tapi, kurasa di saat pernikahanmu datang, itu jauh lebih membuatmu menjadi ratu yang telah mendapatkan pangeran impiannya.”Akira dan kelima temannya tertawa dan sesekali mereka ikut menimpali perempuan yang malam ini mengurai rambutnya.Nyonya Sener tersenyum manis, menangkup sisi wajah Akira. “Besok kau akan menjadi menantuku, Nak,” cetusnya menghadirkan rona merah di pipi Akira.Ia mendongak, menatap kedua wanita yang sangat disayanginya selal
Read more

Chapter 26 Forgive Me

Ayse berdiri di balkon unitnya, memandang ke langit malam yang begitu indah. Ia tersenyum getir, suasana malam ini tidak mencerminkan isi hatinya.Perih menghampiri perasaannya. “Kau sudah resmi menjadi suami dari Akira, Can,” lirihnya.“Perempuan itu resmi menjadi pendamping hidupmu,” lanjutnya.Ayse memegang erat pembatas balkon.Jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam, tapi ia tidak bisa ikut tidur bersama Nur dan Jemima. Ayse tidak merasa kantuk sedikitpun.Ia mengembuskan napas pelan, mengusap sudut matanya yang berair. Ayse tidak ingin terus memperlihatkan wajah sembabnya pada kedua sahabat. Mereka bahkan mengundurkan waktu kepulangan. Setidaknya, Ayse harus bersyukur memiliki sahabat yang sangat menyayanginya.Perempuan itu beranjak dari balkon dan menutupnya, lalu mengambil mantel yang tersampir di sisi pintu unit. “Aku ingin berjalan sekitar gedung apartemen ini,” cetusny
Read more

Chapter 27 Reply Message

“Biarkan aku yang menghidangkan makanan untuk suamiku, Bibi,” ucap Akira mengambil alih cangkir yang akan diisi air putih untuk Can.“Aku akan menyiapkan sendoknya, Nona.”“Tidak perlu. Kau bisa melayani Mama dan Papaku saja,” sambungnya membuat Nyonya dan Tuan Sener yang baru saja datang dan duduk di kursi mereka, menatap Akira dengan senyum kecilnya.“Kau ingin mengawali statusmu yang baru ini, Sayang?” tanya Nyonya Sener.Akira tertawa kecil seraya menyusun sendok dan garpu di sisi piring Can. Ia masih menunggu suaminya yang gantian membersihkan diri. Pagi ini ia merasa jauh lebih berbeda bisa mendapati suaminya tidur di samping dirinya.Paras tampan Can dan bagaimana pria itu selalu menyayanginya, membuat debaran dalam diri Akira tadi pagi begitu membuncah. Ini luar biasa membahagiakan untuknya.“Aku ingin menjadi istri yang baik dan perhatian untuk Can, Mama,” balasnya tidak me
Read more

Chapter 28 Difficult Choice

“Kau tampak bahagia setelah menikah ya ...”Can mendengkus geli, menatap Ozan yang duduk di hadapannya dengan pakaian santai. Pria itu memakai kaus polos berwarna putih berbalut jaket kulit berwarna coklat yang dikenakannya. Pria itu pun memadukannya dengan jeans dan sepatu olahraga.“Apa kau sudah beralih profesi sebagai peramal di bandingkan menjadi seorang Manajer diusia muda?”Ozan nyengir lebar dan dengan santainya mengambil cangkir minuman yang bahkan belum disentuh pemiliknya. Sekretaris Can membawa masuk minuman milik Atasannya bersamaan dengan kehadiran Can di siang hari.“Kau ini, Ozan ...” Can menggeleng pelan, tidak menyangka dengan sikap pria yang lebih muda darinya.Pria keturunan Jerman – Turki itu terkekeh pelan. “Tenggorokanku terasa kering sejak tadi dan kau tidak peduli dengan diriku sebagai tamu.”Can memicingkan matanya dan berucap, “Kau harus tau, jika Asistenk
Read more

Chapter 29 Passion

Akira tersenyum manis dan segera menuruni anak tangga di halaman rumah Can. Ia melihat mobil pria itu sudah datang dan Akira berusaha menuruni anak tangga, menyambut kedatangan suaminya di depan pintu mobil.“Can? Kau sudah pulang, Sayang,” ucapnya semringah, melihat pria bertubuh tinggi itu keluar dari mobil, menyerahkan kunci mobil pada anak buahnya yang berjaga di luar rumah besar dan megah itu.Can mengangguk sekilas dan tatapan Akira sedikit membeliak, mendapati Nyonya Sener ikut keluar dari mobil. “Mama?” bingungnya.Perempuan yang tidak lebih dari bahu Can, menatap suaminya dengan kernyitan bingung. “Kenapa Mama bisa bersamamu? Kurasa, Mama keluar dengan disopiri, Can?”Nyonya Sener tersenyum paksa. “Mama datang sengaja mengunjungi Can dan membiarkan sopir rumah pulang, Akira,” balasnya memutari mobil dan mendekati keduanya.“Aku tidak tau jika Mama pergi ke perusahaan. Jika begitu, aku bisa
Read more

Chapter 30 Tired of All These

Ayse tertawa kecil melihat jejak saus di sudut bibir Can. “Kau makan dengan begitu belepotan, Can,” sahut Ayse sedikit mengejek pria itu yang baru saja menerima suapan dari kebab yang dibelikan Can.Pria itu mendelik kesal. Berpura-pura marah. “Siapa yang sengaja membelokkannya ke sudut bibirku?” tanyanya sedikit menantang pada perempuan yang masih setia duduk di pangkuannya.Keduanya tampak nyaman duduk dilanjutkan obrolan kecil sambil memakan kebab dan teve menjadi pemecah keheningan di antara mereka.Can bahkan tidak berniat memakan bagiannya dan hanya ingin berbagi berdua bersama Ayse. Alasan sederhananya supaya terlihat romantis dan bisa disuapi oleh perempuan itu.Ayse masih menyisakan tawanya meskipun jemari lentiknya dengan perlahan mengusap sudut bibir Can. Sayangnya, pria itu jahil dan ingin menggoda Ayse dengan menahan jemari telunjuk itu dan saat itu pula ia membawa telunjuk tersebut ke depan bibir Can,
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status