Cinta datang di hadapan kami bertiga. Dia sangat marah mendengar apa yang Ben ucapkan. Aku serontak berdiri memeluknya. Aku tidak mau ada masalah yang bisa mengganggu kehamilannya.“Ben, jika kamu menolong Minah untuk melakukan itu, aku akan mencincangmu menjadi daging steak!” bentaknya membuat Ben menelan salivanya. “Glek!”“Steaknya pasti alot,” gumam Rahman dan aku mengangguk. “Alot dan pahit, hitam,” jawabku.“Gus, dia ndak mungkin hitam. Kulitnya putih, otomatis dagingnya putih,” bantah Rahman membuatku kesal.“Man, kan, bisa hitam itu karena gosong. Mau putih, kalau gosong ya hitam,” balasku melotot, dia memutar bola matanya. “Bener juga ya, Gus,” jawabnya menganggukkan kepala.“Huh, sudah cukup. Ben, pergilah!” teriak Cinta semakin membuatku kawatir. Rahman diam seketika. Namun, Ben masih tidak menyerah.“Cinta, im sory. Aku tidak ber
Baca selengkapnya