Aku tidak mengerti dengan apa yang dikatakan Cinta barusan. Dia berlari menghampiriku. Napasnya terengah-engah. Aku segera memeluknya dan mengusapnya. Aku sama sekali tidak bisa marah kepadanya. Apalagi dia tiba-tiba datang kepadaku dan wajahnya pucat seperti itu.“Cinta, kamu itu diam dulu dan tenangkan hatimu. Sekarang, tarik napas … hembuskan … tarik lagi, lagi, lagi …”“Duh, kok tarik, tarik saja sih. Mau aku tarik?”“Mau, hehe,” jawabku malu.“Agus, konsen dong. Mereka itu menemukan ranselmu, sayang. Aku saat itu ingat telah meletakkan ransel begitu saja di air terjun itu. Lalu, aku memutuskan untuk mengambilnya. Ternyata, mereka menemukannya, dan aku bersembunyi dari kejauhan untuk mengamati mereka. Lalu …”Cinta menghentikan ucapannya. Dia membuatku sangat penasaran. Aku memutar otak. Sepertinya tidak meletakkan hal aneh di dalam ransel. Emangnya aku mau meletakkan a
Baca selengkapnya