Semua Bab MY STEPBROTHER : Crazy, Sexy, Cool: Bab 81 - Bab 90

190 Bab

81. Pagi Untuk Kita

Fajar kembali menyapa dengan sinar hangat yang menerpa permukaan bumi. Menghangatkan setiap komponen yang ada di bawahnya sekarang ini. Gadis cantik bersurai pekat dengan ujung ikal tak henti-hentinya menatap paras ayu miliknya sendiri di depan cermin persegi tempatnya biasa merias diri sebelum berangkat sekolah. Tak ada yang aneh, semua berjalan biasa dan sangat membosankan. Malam ia lalui dengan cara yang selalu sama. Hanya mengganti pakaian dan membersihkan wajahnya dari polesan make up. Besok adalah hari libur yang membahagiakan. Xena tak perlu lagi datang ke sekolah selama dua hari ke depan. Berdiam diri di rumah dengan menonton saluran televisi kesukaannya adalah aktivitasnya Xena kala libur akhir pekan datang menyapa. Gadis itu tak punya hal yang bisa menjadi alasannya untuk keluar dari rumah pekan ini. Tak ada janji dengan Nea Oktaviana, si sahabat dekat ataupun Daffa Kailin Lim si idaman hati. Malik? Ah, remaja sialan itu akan merusak hatinya juga harinya.
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-04-17
Baca selengkapnya

82. Bad News

Bus melaju dengan kecepatan sedang membelah padatnya jalanan kota. Membawa seluruh penumpang agar sampai ke tujuannya tepat waktu. Xena menatap ke luar jendela bus. Mengabaikan remaja yang kini mulai memainkan ujung jari jemarinya untuk bermain manja di atas pangkuan gadis yang sesekali memejamkan matanya untuk mengusir perasaan aneh yang melanda dirinya sekarang ini. Malik gila. Remaja itu tak pernah memikirkan apa risiko dari perbuatannya itu. Beberapa menit selepas naik ke dalam bus, Xena tak mau mengindahkan posisi Malik yang duduk berhimpit dengannya. Gadis itu tak acuh sebab tak ingin terbawa suasana sekarang ini. Katakan saja, Xena menghindari Malik yang jelas-jelas ada di sisinya. Bukan rasa canggung, namun sebuah perasaan aneh yang kini menyelimuti di dalam hatinya mulai menguasai diri Xena. Jika lepas sedikit saja, semuanya akan berantakan. Gila, sekali lagi Malik itu Gila! Menarik ujung jemari jemari Xena untuk ikut bermain dengan ujung jari jemarinya di atas
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-04-17
Baca selengkapnya

83. Hai, Apa Kabar Rasa?

Suasana khas sekolah kalau pagi menjelang siang begini terasa nyaman untuk Xena. Sepi dan damai. Kalau jam pembelajaran dimulai, maka tak akan pernah ada yang diijinkan keluar dari dalam ruang kelas kalau tak dengan dasar alasan yang kuat. Salah satu alasannya adalah pembelajaran olahraga. Lapangan rumput adalah tempat terbaik untuk melatih fisik dan kekuatan. Melakukan ini itu sesuai dengan perintah yang diberikan oleh sang guru. Xena sudah menyelesaikan semuanya, kini saatnya melepas penat dengan duduk bersandar pada tiang gawang besar yang ada di belakangnya. Ia tak sendiri, ada Nea di sisinya. Biasanya Danita juga ikut duduk bersamanya. Bercengkrama ringan dengan basa-basi tanpa arah tujuan pembicaraan yang jelas, namun sebab masalah kala itu Danita tak lagi berbicara dengannya. Sedih rasanya, sebab ia adalah teman baik Xena. Malang melang nasib gadis itu, namun mau bagaimana lagi? Ia hanya manusia yang tak pandai membendung semua amarahnya. Tatapan gadis itu menguda
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-04-21
Baca selengkapnya

84. Xena untuk Bara

Bara menatap gadis yang ada di depannya sekarang ini. Peluh keringat membasahi sisi pelipisnya. Pelajaran memang sudah usia setengah jam lalu, namun hawa panas, lelah, dan letih masih jelas dirasa oleh seluruh anggota tubuhnya. Tidak hanya dirinya saja, namun juga Xena Ayudi Bridella yang duduk sembari menyantap soto panas dengan kuah cokelat pekat sebab gadis itu baru saja menambahkan kecap manis di dalamnya. Ia tak tahu, beginilah selera seorang Xena Ayudi Bridella. Sedikit unik sebab tak banyak orang yang menyukai kentalnya kecap manis tanpa ada bubuhan sambal di atasnya. Pure kecap! Yes, right!Gadis itu melahapnya hingga habis. Satu suap demi satu suap masuk ke dalam mulutnya. Tak ada yang aneh, wajar saja jikalau seseorang lapar akut kalau sudah lelah berolahraga dari pagi. "Lo doyan atau emang bener-bener lapar?" Bara menyela gadis yang baru saja ingin kembali memasukkan sesuap nasi soto masuk ke dalam mulutnya saat ini. Ia tau, Xena lapar! Akan tetapi han
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-04-22
Baca selengkapnya

85. Rahasia Bara Dan Malik

Ada satu hal yang membuat Bara melakukan hal aneh itu. Memainkan ujung rambut ikal milik Xena adalah caranya untuk memastikan sesuatu. Ada rasa di antara Abian Malik Guinandra dengan Xena Ayudi Bridella. Ia hanya ingin memastikan semuanya dari raut wajah Xena maupun Malik. Keduanya tak pandai menyembunyikan apa yang ada di dalam perasaannya ternyata. Bara bisa menyimpulkan itu dengan cepat. Ada! Ya, rasa itu ada. Sebuah cinta yang tertutup tak mau diketahui oleh khalayak umum adalah sebuah alasan Malik dan Xena bertemu di luar lingkungan sekolah. Membodohi semua orang dengan fakta bahwa Xena menolak perasaan Malik kala itu. Semuanya heboh! Bak fans gila yang kehilangan idolanya. Bara tau mengapa Xena menyembunyikan perasaan itu, sebab Malik adalah idolanya kaum hawa. Xena terlihat seperti gadis yang tak menyukai keramaian. Diserbu oleh pada gadis yang mencintai sosok Abian Malik Guinandra adalah hal yang paling ia hindari.Bara adalah si pendiam yang pandai menerka
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-04-22
Baca selengkapnya

86. Tentang Sebuah Perasaan

Abian Malik Guinandra menatap apapun yang ada di depannya saat ini. Papan tulis besar tak ada tulisan yang mengotorinya. Guru pembina pembelajaran hari ini juga belum datang, kiranya akan kembali ia habiskan tanpa ada pelajaran yang menjadi penemannya. Kebahagian seorang pelajar malas belajar di sekolah sebab hawa panas yang mengganggu dan kondisi yang tak lagi kondusif adalah jam kosong. Tak ada guru yang datang atau tak ada petugas piket sekolah yang menyampaikan pesan dari guru yang tak datang untuk memberi tugas pada murid didiknya. Ia bisa bersantai. Menatap dengan kosong seluruh objek yang ada di depannya sekarang ini.Seseorang menghampiri Malik. Selepas mengusir si teman sebangku yang duduk di sisi laki-laki idamannya, gadis itu duduk rapi berjajar dengan Abian Malik Guinandra. Remaja itu tak acuh, seperti biasanya. Ia hanya diam sembari meliriknya sekilas. Tak ada yang menarik, meskipun paras gadis yang ada di sisinya terbilang sedikit cantik dan mempesona. Tubuhnya s
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-04-24
Baca selengkapnya

87. Senja Terbaik

Senja melukiskan indah cahaya jingga dengan semburat kemerahan di atas cakrawala. Mentari lengser dari posisinya. Cahayanya redup seiring dengan waktu yang semakin menua saja. Siang berhenti dan sore menggantikannya. Semilir angin yang berembus menjadi saksi betapa damainya sore hari ini. Gadis itu berjalan dengan langkah tegas. Menyusuri trotoar jalanan yang sedikit ramai sebab bukan hanya dirinya saja yang berada di tempat ini sekarang. Beberapa orang berlalu lalang. Pulang ke peraduannya selepas lelah bekerja menjemput sesuap nasi untuk keluarga. Tak semua bernasib beruntung. Tak semua orang bisa naik mobil mewah dengan fasilitas 'wah' yang gila terkadang memuakkan. Hidup sederhana bagi Xena bukanlah sebuah beban, namun anugerah sebab ia tak perlu memikirkan banyak hal untuk menjaga kekayaannya. Malik benar, bisa saja ia meminta pada sang ayahanda untuk membelikan Xena mobil atau motor guna mengangkut tubuh gadis itu datang dan pulang dari sekolah. Xena bukan anak orang
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-04-25
Baca selengkapnya

88. Identitas Haidar Bara Ivander

Tatapannya teduh menuju pada nisan yang ada di bawah pandangannya. Sejak lima belas menit berlalu, remaja jangkung itu datang dan tak berucap apapun. Ia hanya membisu untuk merasakan hawa semilir yang berembus membelai setiap inci permukaan tubuhnya. Haidar Bara Ivander. Remaja yang datang ke makam sang sahabat baik. Sudah lama ia tak mengunjungi tempat ini, semenjak dirinya disibukkan dengan kegiatan ini itu untuk mengurus kepindahannya ke sekolah baru, ia sejenak melupakan bahwa ada sesosok tubuh yang amat merindukan kehadirannya. Gadis malang itu menamatkan hidupnya di usia 16 tahun bersama janin yang ada di dalam kandungannya. Belum lama Bara mendengar kabar dari sahabat kecilnya itu. Kiranya dua hari selepas gadis itu mendatangi dirinya dengan memperkenalkan janin yang ada di dalam kandungannya sudah tumbuh selama dua minggu lamanya, sekolah mengkonfirmasi bahwa ia ditemukan tewas di belakang gedung sekolah dengan keadaannya tengkorak yang pecah. Bara tak kuasa kala
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-04-25
Baca selengkapnya

89. Cerita Senja (Bab 1)

Abian Malik Guinandra. Remaja jangkung yang baru saja memarkirkan motornya di sisi gang rumah sederhana yang sukses membuat dirinya terdiam seribu bahasa. Bukan sebab rumah ini terlihat begitu kuno sedikit aneh, namun sebab Xena datang mengajaknya kemari. Setahu Malik, Xena membenci kehadiran Zain Kalandra Abinaya. Remaja brengsek itu adalah orang yang selalu membuat dirinya dalam bahaya, itu sebabnya Xena membenci Zain. Namun sekarang gadis itu mengajaknya pergi ke rumah Zain? Di tempat ini Malik mengakhiri perjalanannya. Tak lagi membelah padatnya Kota Jakarta, ia kini terdiam sembari menatap bangunan yang ada di depannya. Gerbang hitam itu masih tertutup rapat meskipun Xena sudah mengetuknya beberapa kali. "Kita pergi aja," ucapnya menarik tubuh jangkung milik Xena. Gadis yang baru saja ingin mengetuk gerbang hitam di depannya itu menoleh. Melepas genggaman Malik dari ujung tas punggungnya."Lo bisa pergi kalau gak mau nemenin," tukas Xena memberi peringatan den
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-04-26
Baca selengkapnya

90. Cerita Senja (Bab 2)

Remaja jangkung berparas tampan itu menatapnya dengan benar. Mengarahkan sorot netra elangnya untuk memblokir seluruh arah gerak bola mata lawan bicaranya itu. Zain tak berucap sepatah kata pun selepas Xena pergi menyisih dengan menciptakan jarak yang jauh dari jangkauan mereka sekarang ini. Gadis itu menepi, sesuai dengan perintah Zain sebelumnya. Menunggu si saudara tiri untuk menyelesaikan pembicaraan dengan remaja tampan yang berdiri di depannya sekarang ini. Zain tersenyum seringai selepas netranya bertabrakan dengan sepasang lensa pekat milik Abian Malik Guinandra. Tak berucap, hanya mengembuskan napasnya berat."Lo akan diam aja begini sampai besok?" Mau tak mau harus Malik lah yang menjadi pembuka percakapan kali ini.  Remaja jangkung itu terus memberi tatapan pada Zain yang sesekali menghela napasnya dan memalingkan wajahnya. Zain tak ingin membahas ini sebenarnya, namun mau bagaimana lagi? Ia bisa menahan semua rasa sakit yang ada di di dalam dirinya, akan teta
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-04-28
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
7891011
...
19
DMCA.com Protection Status