Home / Romansa / My Beautiful Bride / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of My Beautiful Bride: Chapter 21 - Chapter 30

101 Chapters

Wasiat Opa Jacob

Aku menatap langit-langit kamarku dalam keheningan malam, aku seperti biasa tidak dapat tidur. Walaupun semuanya dalam kondisi yang sama, di kamar yang sama, di tempat tidur yang sama, aku tetap tidak bisa tidur, tapi mengapa selama beberapa hari ini aku bisa tertidur pulas? Mataku menerawang ke sekeliling kamarku yang temaram, lalu menangkap sebuah tas yang sudah putus talinya di atas meja. Ya, itu yang membuat semuanya berbeda, Anna, tidak ada Anna hari ini di sampingku. Hatiku mencelos, menyadari hal itu. Bagaimana wanita tidak tahu diri itu bisa membuatku menjadi tergantung dengannya.Setelah beberapa lama aku mencoba menutup mata akhirnya aku menyerah dan duduk di atas tempat tidurku. Mataku kembali kepada tas itu, aku berdiri dan kembali meraih tas itu, lalu duduk di atas kasur sambil kembali mengeluarkan isi tas itu. Handphonenya jatuh ke pangkuanku. Aku segera melihat handphone itu dengan penuh rasa ingin tahu. Aku membuka foto-fotonya. Ada berbagai dirinya dalam berba
Read more

Kedatangannya

Aku bermaksud untuk berangkat kerja lebih dahulu, dengan mengendap-endap melewati kamar mama, aku berjalan menuju pintu, tapi saat aku mengenakan sepatu, mama sudah ada di belakangku dengan tangan di pinggangnya."Kenapa kamu mengendap-endap, dah seperti maling saja!" ucapnya gusar. Aku memutar tubuhku dan melihat mamaku yang cantik tapi pucat terlihat kecewa padaku."Aku baru mau ijin sama mama mau pergi kerja." ucapku tersenyum semanis mungkin agar dia tidak marah."Pakai sepatu?" Dia menunjuk kakiku yang sebelah sudah memakai sepatu."Iya, baru ingat belum absen sama Mama, makanya baru sebelah pakainya." Aku beralasan, mama mendengus tidak percaya."Tunggu dimana dia?" tanya mama tanpa basa basi, menebak dengan tepat mengapa aku mengendap-endap."Raka tidak tahu, maksudnya tadi aku mau ke rumahnya." jawabku jujur. Mama langsung mendekatiku lalu menjewer telingaku."Bandel, gimana kalau orang komplek liat, semua dah pada tahu kalau kamu mo
Read more

Pria Lain

"Kita harus bicara." Aku bingung dimulai dari mana, tapi sebaiknya jangan disini untuk membicarakannya. Akhirnya dia menyelesaikan makannya, dan dia ke belakang sambil membawa piringku juga. Lantai belakangnya naik sekitar 15 cm sehingga aku harus menekuk kepalaku, desain rumah ini aneh sekali, mengapa lantai dapur bisa naik begini."Ngapain kamu disini," Anna bertanya dengan ketus. Aku juga tidak mengerti mengapa aku mengikutinya, bahkan kepalaku mulai terasa pegal."Aku mau tahu kenapa di dapur ini ga ada ventilasi udara, bisa kebakaran kalau begini!" Aku mencari lobang udara, pasti pengap sekali kalau mereka memasak."Kalau kalian masak, asap pasti ga bisa keluar, dan kalian bisa sesak napas!" ujarku lagi memandangnya, dia tiba-tiba mau menyentuh wajahku, aku terkejut lalu menepis tangannya dengan kasar, aku mundur dengan terkejut."Apaan sih!" jantungku berdebar kencang, aku tidak suka wajahku disentuh. Tidak ada, bahkan Leona pun tidak pernah menyentuh w
Read more

Buktikan

"Ya udah bicara, dari tadi bilang mau bicara tapi nggak bicara-bicara." Aku kesal karena dia dari tadi mengulur-ulur waktu. Tadi aku merasa bersalah sekali dengan Raka, seharusnya aku tadi langsung naik, dan tidak membiarkan pria ini menarikku. Dia menggertakkan giginya dengan kesal."Ga bisa di mobil begini, kamu harus tanda tangan sesuatu," jawabnya dengan ketus dengan pandangan masih lurus ke depan."Tanda-tangan apa lagi?" Buat apa dia tanda-tanganku, aku melipat tanganku dengan kesal."Warisan!" Dia membentakku. Aku menatapnya kesal, kenapa dia jadi membentakku, dia yang datang tiba-tiba ke rumah, memaksaku masuk ke mobilnya, dan sekarang saat aku bertanya dia malah marah-marah, dasar menyebalkan.Tapi, tadi dia bilang apa?"Apa kamu bilang?" tanyaku menatapnya. Dia memandangku kembali dengan heran."Warisan, tanda-tangan warisan!" jawabnya ketus. Aku menatapnya bingung, kenapa aku harus tanda-tangan? apakah ini maksudnya aku   mendapat
Read more

Rasa 'Itu'

"Prove it!" seru Leona menantangku dengan mata melotot. Aku sudah tak bisa lagi menahan amarahku yang sudah di ubun-ubun, Aku menghentakkan kemejaku yang dia tarik sehingga terlepas."Aku bisa buktikan," teriakku marah. Leona memicingkan matanya seakan meragukanku, dia menantangku dengan melipat tangannya, menunggu pembuktianku. Aku mengalihkan pandanganku ke segala arah, berpikir cepat apa yang aku bisa lakukan, lalu aku melihat Anna.Aku segera menariknya, meletakkan telapak tanganku di tengkuknya dan menundukan wajahku, memaksakan ciumanku, dia mendorongku segera, memberontak ingin melepaskan dirinya dari dekapanku, tapi aku menariknya lebih dekat, memposisikan dia agar aku bisa merasakan bibirnya lebih lekat lagi, dan aku merasakan sesuatu yang berbeda, di luar bayanganku, bibirnya begitu memabukan. Aku seperti terkena racun karena kini bibirnya menghipnotisku, aku mau lebih, bukan karena pemaksaan, tapi aku ingin benar-benar merasakan dia seutuhnya. Mata Anna lama-l
Read more

Reaksi Hati

Astaga, apa yang aku lakukan disini? Mengapa aku jadi merasa aneh seperti ini? Ayolah Anna, jangan sampai kamu merasakan yang macam-macam, dia itu Ethan,... Ethan, pria kasar yang tidak tahu diri! Tapi, kenapa debaran jantungku tidak berhenti-henti dari tadi? Bibirku seperti masih merasakan kecupannya, mengapa aku tadi bisa-bisanya menerima ciumannya? dan yang lebih aneh lagi mengapa aku malah masih mau merasakan bibirnya di bibirku? Aku benar-benar menikmatinya, aku masih mau lagi.Dan di lift tadi, seakan-akan ciuman tadi masih kurang, aku masih harus berdekatan dengannya, dihadapannya menatap matanya yang dalam itu, meletakkan kepalaku di dadanya yang bidang itu, aku menghela napas panjang.Kini hanya berdua bersamanya membuatku merasa kikuk. Setelah masih ke dalam kantornya kami malah saling tatap, riuh perkantoran langsung menghilang ketika pintu tertutup. Wajahnya tidak dapat kubaca, apa yang ada di dalam pikirannya ya?"Kantor...mu ramai juga,
Read more

Canduku

"Tidak bisa, jika kamu menolak maka kamu menghancurkanku. Aku juga tidak bisa menerima semua harta itu." jawabku sejujurnya, apalah hidupku jika aku tidak bisa bekerja, hidupku hanya diisi oleh pekerjaan. Aku menatapnya yang masih memegang map kuning itu. "Tapi itu tidak mungkin!" jawabnya menghindari pandanganku. Aku melangkah mendekatinya, hatiku sakit mendengar jawabannya, sehina itukah menikah denganku? "Kenapa?" Aku tidak bisa menerima penolakannya, maksudku ... aku tahu aku tidak buruk rupa, dan pastinya aku kaya, mengapa dia tidak mau menikah denganku? kenapa? "Kamu pasti gila!" Dia masih membantahku "Kenapa?" Emosiku mulai naik, seperti biasa jika bersama wanita ini, emosiku sangat tidak stabil. "Yah... aku nggak mungkin menikah denganmu!" jawabnya seenaknya, menyakiti hatiku. "Kenapa?" Aku kini sudah di hadapannya menatapnya, dia mundur sampai menemp
Read more

Di Pinggir Tebing

Lagi-lagi aku gagal mengontrol diriku, mengapa aku begitu lemah di hadapannya? mengapa begitu dia menyentuhku, aku langsung berserah dan pasrah kepadanya? Aku yang kini sedang digandengnya, melalui lobby kantor yang ramai, banyak kasak-kusuk orang berbisik membicarakanku, tapi Ethan tidak sadar atau mungkin tak perduli. Dia tetap menggandengku   membawaku ke mobilnya yang sudah siap di pintu lobby. Petugas yang membawa mobilnya menunduk hormat kepadaku lalu membukakan pintu untukku, sementara Ethan masuk ke dalam mobil.Aku tak berani memandangnya, aku malu. Memikirkan ketika tadi bisa-bisanya aku mengerang saat dia mencium leherku, aku begitu malu. Aku kini merasa bersalah karena menikmati semua kecupannya tadi, oh apa yang aku telah lakukan. Aku seharusnya tidak seperti itu tadi! Tiba-tiba, perutku berbunyi, oh tidak perut kamu jangan bikin malu, kira-kira dia dengar tidak ya tadi, kumohon jangan sampai dia mendengar. Aku melirik kearahnya melihatnya dari kaca spion ten
Read more

Ada Yang Mabuk

Wanita di sebelahku terus memperhatikan Trudy dengan mata melotot, dia berusaha agar tidak terlalu terlihat perasaannya, tapi hal itu justru membuatnya aneh. Aku memperhatikan tubuh Trudy yang seksi. Trudy tahu bagaimana cara menunduk sehingga dia bisa mempertunjukkan kemolekan tubuhnya dengan sempurna. Aku senyum-senyum karena hal itu semakin membuat Anna bereaksi lucu. Apakah dia cemburu? seperti inikah rasanya dicemburui oleh seseorang? Aku berusaha keras untuk tidak tertawa. Trudy semakin semangat berlegok- legok karena melihat senyumanku, sebenarnya aku muak melihatnya, tapi demi melihat kerlingan mata Anna yang mencemooh aku membiarkannya. "Ada lagi yang saya bisa bantu Mr. Ethan?" desah Trudy berbisik di telingaku, aku segera mundur, itu agak keterlaluan, tapi hal itu langsung terbayar dengan pandangan Anna kepada Trudy yang mencela. "Sepertinya tidak ada terima kasih," jawabnya kepada Trudy. Matanya yang sinis membuatku melambung kar
Read more

Darah Beku

Aku mencoba makan hati sapi itu, karena Ethan sepertinya tidak akan berhenti memperhatikanku kalau aku tidak memakannya, begitu masuk ke mulutku, aku langsung mual. Rasanya seperti makan darah beku, darah beku yang digoreng. Astaga apa yang aku masukkan ke dalam mulutku ini? Aku segera mengambil gelas yang Ethan baru tuang dan langsung menghabiskannya. Hmm minuman apa ini, rasanya pahit tapi rasanya enak di belakangnya, tapi aku kembali mual, rasa darah dari hati tadi muncul lagi, aku segera menuang dan meminum cairan merah itu lagi. Tapi kini perutku terasa panas, ugh... apa yang kuminum ini? Ethan mentertawakanku, lesung pipinya yang dalam segera muncul, tampan sekali, Aneh perasaanku menjadi senang, restoran ini menyenangkan, pemandangannya juga enak. Dia lalu memberikanku ayamnya, kenapa nggak dari tadi. Dia bahkan tidak mau memakan makananku, dan memesan lagi makanan yang sama denganku.Aku benci melihat Trudy dan gaya centilnya, terlalu terlihat kalau dia berharap pada E
Read more
PREV
123456
...
11
DMCA.com Protection Status