Aku terbangun dengan posisi tubuh dipeluk dari belakang. Lengan kokoh Bram melingkari perutku, posesif. Aku juga tak mengerti mengapa semua rasa sakit menguap ketika melihatnya termenung sendirian di lokasi proyek semalam. Rasanya seperti menemukan kembali cinta yang sempat dirampas paksa. “Honey.” Aku melepaskan diri dari dekapan Bram. Namun, Bram hanya melenguh pelan, masih enggan membuka mata. Mungkin lelah karena mengarungi malam panjang yang manis bersamaku. Aku menyentuhkan jari telunjuk menelusuri alis, mata, hidung dan bibirnya. Tiba-tiba perutku terasa seperti diaduk-aduk. Sedikit tergesa aku turun dari ranjang, lalu menyambar jubah tidur satin. Belum sempat mengikatkan talinya, rasa mual menyerang, membuatku tergesa menuju kamar mandi. Tak hanya muntah, kepala pun terasa nyeri mendadak. Apa aku salah makan atau masuk angin karena bergadang bersama Bram? “Baby, are you oke?” Bram ikut masuk dan berjongkok di sebelahku. “Aku mual bange
Baca selengkapnya