Semua Bab Pengantin Tuan Haidar: Bab 381 - Bab 390

606 Bab

Bab 380. Kalau Saya Mati, Kamu Juga Harus Mati

"Apa itu enak, Tuan?" tanya Baron ketika Haidar memakan buah jeruk bali."Kamu belum pernah makan buah ini?" tanya Haidar yang langsung berhenti mengunyah.  Baron menggelengkan kepalanya dengan cepat. "Saya belum pernah makan buah jeruk bali," jawab Baron.Baron sama sekali belum pernah makan buah jeruk yang besar itu, tapi melihat tampilan buah itu ia juga tergoda untuk mencicipinya. 'Kalau pulang saya akan beli yang banyak buat orang di rumah,' ucapnya dalam hati."Kenapa kamu nggak tanya-tanya dulu. Ini juga pertama kalinya saya makan jeruk bali. Kalau buah ini beracun bagaimana?" tanya Haidar yang kesal dengan sang asisten."Tidak mungkin, Tuan," sahut Baron, "Waktu saya beli, ada ibu-ibu yang makan buah ini juga. Itu artinya ini aman.""Kamu juga harus makan, kalau saya mati, kamu juga mati," ujar Haidar yang kembali melanjutkan mengunyah buah jeruk itu."Baik, Tuan," jawab Baron.Laki-laki tampan yang sejak tad
Baca selengkapnya

Bab 381. Mendadak Romantis

"Apa kamu mau jadi kuda lumping, piring juga mau dimakan," kata Andin sembari mengambil nampan bekas suaminya makan yang membuat sang asisten tidak bisa menahan tawanya. Andin langsung menoleh pada laki-laki yang sedang tertawa itu.Baron langsung membungkam mulutnya. "Maafkan saya, Nyonya," ucapnya sambil menundukkan kepala.Haidar menahan tawanya melihat ekspresi wajah Baron saat keceplosan menertawakannya. 'Si tua itu lebih takut pada istriku dari pada sama aku,' batin Haidar."Baron, sebaiknya kamu pulang! Mbak Tari pasti udah nungguin kamu, sebentar lagi waktu makan malam!" titah Andin pada asisten sang suami. "Kamu tidak usah khawatir! Suamiku baik-baik aja. Hanya saja sekarang aku harus berhati-hati padanya, jangan sampai piring di rumah habis dimakannya."Ia berharap rumah tangga Baron dan Tari tidak seperti awal pernikahannya dengan Haidar. Walaupun mereka sama-sama dijodohkan, tapi Tari sudah cukup dewasa untuk menghargai sebuah ikatan pernikaha
Baca selengkapnya

Bab 382. Belajar Romantis

"Kamu habis makan apa, Bang?" tanya Tari pada sang suami.Baron langsung melepas pelukannya. "Kenapa? Apa mulut saya bau?" tanya Baron sembari mengembuskan napasnya sendiri pada telapak tangan dan menciumi aromanya."Bukan begitu maksud aku," balas Tari sembari terkekeh, "Maksudku Abang makan apa tadi, kenapa mendadak romantis gini," lanjutnya sembari menggelengkan kepala.'Jadi, seperti ini saja sudah disebut romantis ya? Saya akan mempelajari bagaimana bersikap romantis pada pasangan. Ternyata romantis itu tidak harus bersikap berlebihan,' ucap Baron dalam hatinya."Abang yang membawa buah jeruk bali ini?" tanya Tari saat membuka plastik putih berisi lima buah jeruk besar.Namun, Baron masih asyik dengan lamunannya, ia tidak mendengar ucapan sang istri yang membuat wanita cantik itu mengulang ucapannya."Bang!" Tari memukul lengan sang suami hingga laki-laki itu terperanjat."Ada apa?" tanya Baron yang benar-benar tidak mendengar ap
Baca selengkapnya

Bab 383. Sakit Itu Tidak Enak

"Bee, kamu makan dulu sana! Biar aku yang jagain anak-anak." Haidar membelai lembut rambut sang istri yang membuat Andin terperanjat karena tidak tahu kalau sang suami datang.Andin menoleh kepada laki-laki yang membelai rambutnya. "Kamu kenapa ke sini? Udah istirahat aja. Mereka ada Bibi yang jagain." Andin bangun dan berdiri menghadap sang suami."Nggak apa-apa, aku udah sehat," jawab Haidar sembari melambaikan tangannya pada sang anak. "Mereka kangen sama kamu kayaknya," ucap Andin sembari tersenyum penuh syukur. "Kamu temenin aku makan aja yuk!" Andin menarik tangan sang suami agar mengikutinya."Tunggu sebentar! Aku mau mencium kedua juniorku dulu." Haidar mendekati ranjang anaknya, ia mencium kedua generasi penerusnya dengan penuh kasih sayang."Maafkan Daddy ya, Nak, Daddy bukannya jijik sama kamu, hanya saja tubuhku ini masih dalam pemulihan," ucap Haidar pada bayi Gara.Setelah mencium kedua anaknya, Andin dan Haidar keluar dari kamar si k
Baca selengkapnya

Bab 384. Kamu Nggak Gendut, Tapi Semok

"Maafkan aku juga, nggak bisa menemani kamu," kata Haidar sembari membelai wajah sang istri. "Kamu habiskan makanannya dulu! Nanti kita ke butik, nyari baju pesta untukmu. Pasti udah nggak ada yang muat kan!" ucap Haidar sembari terkekeh."Aku gendut gara-gara kamu," sahut Andin sembari memonyongkan bibirnya. Niatnya untuk menurunkan berat badan selalu dilarang oleh suaminya."Kamu nggak gendut, tapi semok," balas Haidar sembari tertawa geli."Ayo kita berangkat! Kalau kemalaman nanti keburu tutup!" ajak Andin setelah mengelap mulutnya dengan tisu.Andin sangat bersemangat untuk pergi keluar bersama sang suami. Akhir-akhir ini ia jarang sekali pergi berdua, menghabiskan waktu bersama dengan laki-laki yang sangat ia cintai."Ayo." Haidar bangun dari duduknya, mengulurkan tangan di depan wanita cantik itu. "Kamu ganti baju dulu sana! Kita pergi naik motor, sekalian kita pacaran," ucapnya sembari mengedipkan sebelah matanya."Jangan naik motor!
Baca selengkapnya

Bab 385. Godaan Bidadari Mesum

 Tidak sampai sepuluh menit, Andin sudah keluar dari kamarnya. Ia menapaki tangga dengan perlahan sembari mengedarkan pandangannya mencari sang suami."Brondong alot kemana?" gumam Andin saat sudah menuruni tangga, tapi tidak menemukan suaminya. "Boo! Kamu di mana?" Andin memanggil Haidar dengan sedikit berteriak.Pelayan setia Haidar yang sudah tidak muda lagi menghampiri Andin. "Tuan ada di teras depan, Nyonya," kata Pak Jaka dengan sopan yang kebetulan dari luar rumah."Makasih, Pak," ucap Andin kepada laki-laki yang usianya sudah lebih dari setengah abad.Andin melangkah sambil bersenandung, menghampiri sang suami yang sedang duduk bersantai di teras depan."Boo, ayo kita berangkat!" Ucapan Andin membuat Haidar menoleh pada wanita cantik itu. Ia memandang sang istri dari atas hingga bawah. "Kamu memang seksi, mau pakai baju apa pun tetap seksi," ucapnya pada sang istri."Baru nyadar kalau istrimu ini wanita yang
Baca selengkapnya

Bab 386. Bukan Wanita Bayaran

Mobil sport berwarna ungu dan dua mobil mewah lainnya berwarna hitam telah terparkir tidak jauh dari taman."Kenapa ke sini dulu, nanti butiknya keburu tutup," tanya Haidar sebelum keluar dari mobil."Besok aja ke butiknya, sekarang kita pacaran dulu," jawab Andin sambil mengedipkan sebelah matanya."Baiklah," sahut Haidar sembari tersenyum bahagia.Kedua pengawalnya sudah berdiri di samping mobil, dan sudah membukakan pintu untuk mereka berdua.Haidar melihat ke sekeliling, ia melihat pengawalnya sudah menyebar, tapi ada yang berbeda dengan para pengawalnya itu. Mereka tidak menggunakan setelan jas berwarna hitam seperti sebelumnya, tapi para pengawal itu berpakaian santai."Kapan kamu nyuruh mereka ganti baju?" bisik Haidar pada sang istri sambil berjalan menuju taman. Taman yang selalu ramai dengan para pengunjung yang kebanyakan sepasang kekasih untuk menghabiskan waktu bersama dengan orang yang dicintainya.
Baca selengkapnya

Bab 387. Menggores Hati

"Maaf, Tu-tuan," ucap pemuda itu terbata."Bereskan dia!" titah Haidar kepada para pengawalnya.Kedua pengawalnya menarik pemuda itu untuk menjauhi kerumunan. Seketika orang yang melihat kejadian itu bertepuk tangan."Anda hebat, Tuan," puji salah satu laki-laki yang seumuran dengannya.Haidar hanya tersenyum menanggapi ucapan dari laki-laki itu. Kemudian, ia mengajak sang istri untuk duduk di rerumputan dekat batu besar yang ada di taman itu.Hanya ada beberapa orang saja yang ada di sekelilingnya yang sedang menikmati malam indah bersama seorang kekasih.Andin duduk di samping sang suami sambil menyandarkan kepalanya di bahu laki-laki kekar itu."Boo, coba ku lihat tanganmu." Andin meraih tangan sang suami yang digunakan untuk memukul pemuda tak berakhlak itu. "Tanganmu tidak apa-apa?" tanya Andin. Lalu, menciumi jemari sang suami dengan mesra."Kenapa kamu mencium tanganku?" tanya Haidar, "Harusnya kamu cium ini," kata laki-
Baca selengkapnya

Bab 388. Aku Sedang Cemburu

"Boo, malam ini aku sangat bahagia." Andin menyandarkan tubuhnya di rerumputan yang tanahnya menggunduk seperti bukit. Menatap hiasan langit malam yang berkelip indah. Ia merasa sangat bahagia menghabiskan waktu bersama dengan laki-laki yang dicintainya."Apa karena menyanyikan lagu kenangan bersama mantan kekasihmu?" tanya laki-laki yang sedang duduk dengan tumpuan kedua tangannya sebagai penunjang di belakang sambil menatap langit gelap yang bertabur bintang."Apa kamu cemburu?" Andin bangun dan duduk kembali, lalu menyenggol bahu laki-laki yang duduk di sampingnya. "Terima kasih." Andin melingkarkan tangannya di leher sang suami. Kemudian, mengecup pipi suaminya berkali-kali."Aku sedang cemburu. Kenapa kamu malah berterima kasih." Haidar menolehkan wajahnya pada sang istri."Karena kamu sudah cemburu, itu artinya kamu mencintaiku," jawab Andin sembari tersenyum tanpa melepas rangkulan tangannya di leher sang suami."Apa kamu masih
Baca selengkapnya

Bab 389. Kita Dihadang, Tuan

Haidar menutup mulut Andin saat wanita cantik itu ingin kembali berteriak."Udah, Bee, malu," bisik Haidar tanpa melepas telapak tangannya yang menutup mulut sang istri.Andin melepas bekapan tangan sang suami. "Aku haus, mau minum," ucapnya.Haidar terkekeh, lalu mengambil botol air mineral dan memberikannya pada sang istri setelah terlebih dulu membuka tutupnya. "Makanya jangan teriak-teriak, kayak Tarzan aja!""Habisnya kamu ngeraguin aku terus," ucapnya setelah minum air mineral itu.Ia kembali memberikan botol air minum yang masih tersisa setengahnya kepada sang suami.l"Bee, ayo kita pulang! Kita terlalu lama meninggalkan anak-anak!" Haidar bangun dan berdiri, lalu mengulurkan tangannya pada wanita cantik yang selalu terlihat seksi walau memakai pakaian yang tertutup."Ayo!" Andin menerima uluran tangan suaminya. Mereka berjalan bergandengan tangan menuju tempat parkir."Sepertinya kita harus lebih sering menghabiskan wak
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
3738394041
...
61
DMCA.com Protection Status