Beranda / CEO / Ojol Menantu CEO / Bab 91 - Bab 100

Semua Bab Ojol Menantu CEO: Bab 91 - Bab 100

345 Bab

Ingin Melihatmu Menggila (21+)

Miranda di bawa ke sebuah tempat. Stevan menyewa tempat itu. Dia akan tinggal berpindah-pindah saat ini untuk mengelabui petugas kepolisian. “Masuk! Kau sudah berani macam-macam sama aku. Kau akan terima akibatnya, Mira!” Stefan mulai melumat bibir Miranda. Wanita itu menerima saja, kerena memang dia juga merindukan sentuhan Stefan. “Kau mengharapkannya? Aku akan akan mengabulkan dengan gaya yang berbeda malam ini. Berdoa saja esok hari kamu masih bisa berjalan.” Miranda memang selalu bisa menaklukkan hati Stefan semarah apa pun. Dia mengalungkan tangannya. Rasa takut yang tadi menggelayuti bertambah gairah yang tersulut. Dia membalas ciuman Stefan. Lelaki itu yang tadinya ingin memberikan pelajaran pada Miranda ikut terhanyut dalam balutan bibir mereka yang saling terkait dan melumat. Stefan dengan kasar menyobek baju Mira, hingga atasnya terekspose dengan bra warna hitam. Mira berbalik dan menaikkan rambutnya agar S
Baca selengkapnya

Pelarian Stevan (21+)

“Aku memang brengsek karena masuk ke banyak lubang. Tapi itu karena kamu nggak ada. Kamu tahu aku mencarimu. Kenapa kamu bisa bocorkan pada Bayu kalau aku yang menggelapkan uang itu.” Miranda masih terlentang di lantai karena mereka melakukan adegan itu di lantai. “Aku nggak bilang, tiba-tiba mereka memberikan bukti-bukti dan akhirnya mau tidak mau aku mengaku.” Lagi-lagi Stefan membungkam mulut Miranda dengan alat tempurnya. “Aku tidak percaya. Malam ini aku benar-benar akan membuatmu kelelahan.” Dia menaik-turunkan tubuhnya hingga sang raja kenikmatan itu berdiri lagi. Tanpa basa-basi dia memasukkan lagi ke lubangnya. Miranda masih mampu melenguh karena masih merasakan sangat nikmat. Hingga mereka menuju puncak bersama. Stefan terus menggempur Miranda hingga wsanita itu sangat lemas. Entah sudah berapa kali. Dia juga sudah lunglai. Mereka akhirnya tidur di lantai dengan bekas kenikma
Baca selengkapnya

Jangan Ganas-Ganas

Pagi hari Bayu sudah siap berangkat ke kantor. Dia sudah rapi denga  jas mahalnya warna hitam. Sebeluim jas itu disematkan di leher, terlebih dulu Eliana menyematkan dasi ke lehernya. “Sayang, kamu jangan terlalu capek. Kalau memang harus get out biarkan saja. Toh kamu masih punya APK banyak.” Bayu mencubit pipi sang istri dan menciumnya. “Pikiran macam apa itu? aku akan berusah sekuat tenaga. Sudah hampir finish. Kau tahu dari siapa?” tanya Bayu. Eliana sudah tahu jika perusahaannya devisit. Dia wanita cerdas. Bahkan tanpa ikut terlibat dia sudah mencari tahu apa sebenarnya yang membuat perusahaan defisit. “Sudah, aku menyayangimu, Mas. Jangan terlalu diforsir. Aku tidak suka.” Eliana sudah selesai mengikatkan dasi dan memakaikan jas mahal keluarganya. “Sayang, sudah selesai. Tinggal satu lagi, karena jauh ke luar pulau jadi mungkin membutuhkan waktu. Jaga mama, Sayang. Pap
Baca selengkapnya

Gara-Gara Cupang

Irwan berangkat kerja dengan bangga membawa bekas percintaannya semalam. Dia memasuki ruang prakter rumah sakit.. Asistennya tersenyum melihatnya. “Ada apa, Tia? Senyam senyum?” tanya Irwan saat Tia sang asisten senyam-senyum karena melihat leher dokternya bekas tanda merah yang banyak. “Dok, sengaja atau memang gimana? Cupanggnya kelihatan banget.” Tanya Tia. “Begitulah kalau menikah. Makanya kamu menikah.” Perkataan singkat itu membuat suster wanita itu menutup  mulutnya. Dia membayangkan bahwa istri dokternya itu sangat beringas di ranjang. Hingga dia merasakan tubuhnya sendiri bergetar. Tuk ... Dokter Irwan menjentikkan jari di kening Tia. “Jangan kebanyakan mengkhayal. Cepat buka antrian. Kasihan mereka sudah menunggu.” Irwan memulai prakteknya. Ibu muda dengan dres warna ungu dengan belahan dada rendah mulai dengan antrian pertama. Dia nampak cantik dan seksi. Da
Baca selengkapnya

Pantes Nggak Laku, Garang!

“Sudah? Mau nambah nggak?” ucap Irwan. Dia memeluk tubuh ramping sang istri yang kelelahan disampingnya. “Ih, udah ah. Aku mau pulang. Hmmm, nanti mau makan apa? Biar aku masakin. Maksudnya Bi Siti.” Nilam meringis memperlihatkan giginya. “Mandi dulu.apa aja, nggak mau pulang ke rumah? Nanti biar aku suruh asisten untuk tinggal di rumah baut nemenin.” Irwan duduk dan meraih handuk yang ada di gantungan baju. Dia kemudian melemparkan satu ke arah istrinya, dan untuk dia pakai sendiri satu. “Kalau masih di rumah Kakak gimana? Setidaknya aku tidak bolak-balik kalau kamu nggak pulang.  Aku nggak enak kalau tinggal dengan orang lain.” Irwan tersenyum. Dia mencium pucuk kepala sang istri. “Kenapa? Kamu nggak mau?” ucap Nilam. “Bukan gitu, tapi siapa tahu kamu mau pulang. Aku nggak masalah mau tinggal di mana saja, y
Baca selengkapnya

Semangat Lagi

“Ogah, bye aku tunggu di rumah. cepat selesaikan, cepat pulang.  Maka kau akan mendapatkanku seutuhnya. Mau berapa kali? Aku siap terlentang.” Nilam bergelayut manja di leher sang suami. “Ck, ya sudah. Hati-hati. nggak usah ngebut. Tunggu aku, ya? Hmmm, jadinya kapan wisuda?” Irwan memegang pinggang sang kekasih halalnya tersebut. “Bulan depan. Ini sudah selesai tinggal nunggu saja.” Irwan meremas bibir istrinya dengan mulutnya. Lelaki itu memeperdalam lumatannya dengan memegang tengkuknya. “Hati-hati, tunggu aku di rumah. Ini nggak jadi ke mall?” Mat Irwan berkedip-kedip. “Nunggu kamu libur saja. Aku akan menghabiskan uangmu, Dokter Irwan.”  Nilam memegang bibir suaminya dengan telunjuknya. “Boleh,” Irwan tersenyum. Dia mencium sekali lagi bibir sang istri kemudian melepaskannya. Nilam menarik tasn
Baca selengkapnya

Rayuan Miranda

Selepas makan siang Bayu pamit sama Rara pulang. Dia sudah memerintahkan kepada wanita itu agar mengosongkan jadwalnya sampai besok pagi. Dia ingin bersama istrinya kali ini. hari-hari panjang karena membereskan kekacauan yang dibuat Stefan baru saja berlalu. Dia ingin menikmati sejenak hari santainya dengan sang istri. Bayu berlari sedikit cepat menuju ke tempat parkir. “Bay, mau ke mana?” ucap Miranda. Bayu membalik badan. “Pulang, kenapa?” Miranda terlihat menggoda Bayu. Wanita itu memang murahan dan tidak tahu malu. “Aku tahu istrimu hamil dan gendut. Mestinya dia kurang hebat di ranjang karena kondisinya. Aku mau menemanimu.” Bayu mencekal tangan Miranda yang lancang memegang dadanya. “Dengar! Jangan coba-coba menyentuhku! Ku kira kau mengenalku dengan baik, Mira. Sebab hubungan kita di masa lalu tidak sekejap. Tapi ternyata tidak. Aku bukan laki-laki yang hanya mementingkan
Baca selengkapnya

Kamu Marah?

Irwan dan Bayu hampir bersamaan masuk ke rumah. Bayu terlebih dulu masuk dengan mobil sedannya, disusul tidak berapa lama Irwan dengan mobil sport. Mereka keluar dan saling sapa setelanya. “Tumben lebih siang? sudah rampung semua?” sapa Irwan. “Sudah, besok tinggal ketemu klien untuk teken kontrak baru. Menang tender lagi. Kamu nggak tertarik invest, Wan?” Dari arah pintu gerbang Pak Satpam datang  karena Bayu melambaikan tangannya. “Tolong ambil makanan di dalam jok,Pak.Kasih Mbok Siti atau asisten yang lain.” Mereka mulai masuk ke rumah itu hampir bersamaan. “Kita bicarakan saat makan saja nanti. Biar lebih santai.” Irwan langsung masuk ke kamarnya. Tidak beda dengan Bayu juga masuk ke kamar. Dia langsung ke kamar mandi. Mandi lebih segar. Dia menyugar rambutnya yang basah. Tidak lama Eliana datangd ari luar. Dia langsung memeluk sang suami. “Pesananku mana?&rd
Baca selengkapnya

Kebaikan Bayu

Hari ini Bayu jadwalnya akan menjenguk Toni di penjara. Namun sebelumnya, dia menjenguk adik-adiknya di panti asuhan. Adik Toni yang paling kecil menghampirinya. “Hai anak manis, hari ini sudah minum susu?” ucap Bayu. “Sudah, Kak. Kak Bayu, mana Kak Toni?” Bayu tersenyum walau hatinya sakit. “Kak Toni sedang bekerja, kamu tahu? Biar nanti dapat uang banyak.” Anak itu kegirangan mendengarnya. “Kalau dapat uang banyak, bisa belis sepeda, ya?” Bayu tersenyum. “Kamu ingin sepeda? Besok Kak Bayu sampaikan, ya? Untuk membelikan sepeda.” Bukan sampaikan, tapi Bayu akan membelikan sepeda untuk dia. Bayu sudah berjanji akan menyejahterakan adik-adik si Toni. Maka tidak boleh setengah-setengah. Dia akan memberikan keperluan untuk adik-adik Toni tersebut. “Kak Bayu, sebenarnya Kak Toni ke mana? Apakah terjadi sesuatu?”
Baca selengkapnya

Kamu Nggak Marah?

Bayu ke penjara tempat Toni dikurung. Lelaki itu menunggui di ruang tunggu. Mereka memang tidak bisa ketemu antar tubuh. Hanya dinding kaca yang melingkupinya. “Ton, sehat?” Toni terlihat berkaca-kaca. “Terima kasih, Bayu. Kamu masih peduli padaku.” Toni terlihat berkaca-kaca. “Ini ada makanan untukmu. Aku tadi dari panti asuhan. Aku minta maaf terpaksa bilang pada Lina.” Bayu merasa menyesal karena sudah mengatakannya kepada Lina tentang Toni. “Tidak apa-apa, Bay. Memang seharusnya Lina tahu.” Toni merasa kecewa bukan karena Bayu mengatakannya.tapi karena dirinya sendiri. mengapa dia bisa kasih contoh yang tidak baik untuk adik-adiknya? “Tanggapan dia bagaimana, Bay.” Toni tidak sanggup memandang wajah Bayu. Dia merasa sangat malu. Inikah orang yang dulu dia benci setengah mati karena pelanggannya pada lari? Yang sebenarnya adalah bosnya sendiri. 
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
89101112
...
35
DMCA.com Protection Status