Beranda / CEO / Ojol Menantu CEO / Bab 71 - Bab 80

Semua Bab Ojol Menantu CEO: Bab 71 - Bab 80

345 Bab

Gara-Gara Gaun Kesempitan

Hari pernikahan Nilam dan Irwan semakin dekat. Kata orang semakin dekat pernikahan semakin stres melanda. Seperti hari ini, mereka berdebat hanya karena masalah sepele. Nilam nggak terima ketika Irwan bercanda di depannya. Nilam menjadi over sensitif. “Dengar, ya, Mas? Aku memang tidak secantik Dokter Risa. Tapi aku punya harga diri. Kalau kamu nggak suka gaya aku, kenapa memilihku. Aku benci sama kamu! Aku benci!” Nilam Memukul dada bidang Irwan. Mereka memang dilarang ketemu. Tapi kali ini perlu sebab ada beberapa kendala tentang gaun yang harus Nilam pakai. Yang semula di pilih, ternyata cacat karena kesalahan pekerja. Irwan salah ngomong. Gaun itu memang ukurannya satu senti lebih kecil dari seharusnya, alhasil baju itu sempit berada di tubuh Nilam. Karena itu Nilam tersinggung karena salah paham dengan ucapan Irwan. Padahal Irwan hanya bilang jika bajunya kesempitan di tubuhnya. “Sayang, bukan begitu maksudku. Kamu sal
Baca selengkapnya

Pawang Nilam

Ini malam sebelum besok ijab-kabul. Mau dengar genderang hati kedua mempelai? Begitu tadi sore suara lantunan ayat suci Al-Qur’an terdeengar, tangan Nilam gemetaran. Aura dingin dan keringatnya saling berebut keluar. Meskipun acara resepsi di gedung, acara ijab di masjid, rumah harus berisi selamatan. Setidaknya itu naluri budaya sebagai orang Jawa. Bayu tetap memakai adat tersebut. “Kak, aku gemeteran dengernya.” Eliana memeluk sang adik ipar untuk menenagkannya. “Tenanglah! Kakak bantu di depan, ya? Kamu santai saja di sini. Bentar lagi temen-temenmu datang.” Eliana keluar dari kamar Nilam. Belum juga dia sampai di depan, suara rentetan klakson terdengar. Terlihat di sana para ojol sudah berbaris dengan jaket kebanggan mereka. “Kawan-kawan, kita berburu gratisan di rumah Bos Bayu!” teriak salahs satu sehingga di jawab setuju oleh kawan-kawan mereka. Elana menutup wajahnya. Untu
Baca selengkapnya

Kaliamat Ajaib

Lihatlah wajah calon pengantin di cermin. Nilam melihat kagum wajah dirinya. Wanita itu kini akan menyandang sebagai Nyonya Irwan setelahnya. Ijab-qabul rencana akan dilakukan di masjid sekitar hotel, agar nanti malam mudah berkoordinasi. Sebab memang rencana sekalian resepsi di hall sebuah hotel berbintang. “Sudah? Mari kita berangkat!” Nilam mengapitkan tangannya di sebelah kiri Bayu. Sedangkan sebelah kanan tentu saja Eliana. “Sayang, jangan jauh-jauh dariku, ya? Kamu kalau bau-bau yang dedek bayi nggak suka pasti mual.” Eliana mengangguk. Bayu memang jadi over protektif sebab kehamilan Eliana sedikit bermasalah. Eliana tidak suka bau parfum, bau bawang goreng dan wangi-wangi lainnya. Mereka menaiki mobil mewah yang sudah disulap sedemikian rupa sehingga sangat indah di pandang mata. Mereka sudah sampai di masjid tempat akad nikah. Tidak ada pasang mata yang tidak takjub melihatnya. Jika Irwan melihat, mungkin seke
Baca selengkapnya

Resepsi

Malam ini adalah resepsi setelah tadi siang sudah melakukan sesi ijab-kabul. Lihatlah raja dan ratu sehari itu. mereka namapak elegan dan cantik.tidak menyangka jika itu gaun yang gagal. Terlihat nampak sangat indah. Yang tadinya hanya berupa ekor panjang di belakang, maka kali ini ada sayap di bajian samping yang berbentuk mirip dengan sayap kupu-kupu berwarna putih hampir kupu-kupu untuk menutupi jahitan di bagian samping. Sayap itu langsung terhubung dengan jemari Nilam. Sehingga saat tangannya mengangkat, maka sayap itu akan membentuk seperti layaknya kepakan kupu-kupu. “Wuis, keren!” Demikian komentar para dokter sahabatnya Irwan. “Ketua jomlo kita sudah pensiun jadi jomblo. Sekarang siapa ini yang naik pangkat menajdi ketua jomblo?” tawa mereka meledak. “Wan, istri lo cantik banget. Sayang kalau lo anggurin. Puasin dia nanti malam.” “Jangan kasih jeda,
Baca selengkapnya

Kamar Pengantin

Akhirnya Nilam memilih mengikuti suaminya masuk ke dalam kamar.  Sebelumnya pamitan dnegan Baytu agar tidak dicari. Setelah keluar dari tempat pesta itu, maka Nilam di gendong oleh Irwan ala pengantin baru. Tidak dapat digambarkan detak jantung Nilam yang sudah sangat keras detaknya.   Irwan membuka pintu kamar hotel setelah kartu itu ditempelkan pada handle pintu oleh tangan kiri Nilam. Maka dengan kaki kirinya menahan pintu itu. Setelah itu, dengan kakikanannya menutup pintu itu. Irwan meletakkan tubuh itu di atas ranjang mereka. Terlihat ranjang itu sudah dihias sedemikian rupa. Ada selimut yang sudah dibuat membentuk angsa yang berciuman, kelopak mawar yang ditabur membentuk daun waru yang mengelilingi angsa tersebut. lilin-lilin kecil sduah terpasang, yang mungkin baru saja di sulut ketika Irwan pamit sama sang kakak. Suasana itu membuat mereka saling hanyut. “Masih pegel kakinya?” tanya Irwan.
Baca selengkapnya

Malam Pertama (21+)

Nilam mengguyur tubuhnya dengan air dingin. Dia gelagapan sebab air itu menyentuh ubun-ubunya. Beberapa saat lalu, Irwan sang suami membuat darahnya mendidih. Rasanya geli tapi ingin terulang lagi. Dia meraba tubuhnya yang sempat disentuh oleh Irwan walau tidak sampai ke araeanya, karena Irwan meraba punggungnya. Dia menjadi malu sendiri. Nilam membersihkan diri dengan sabun aroma therapi agar tercium wangi di reseptor hidung suaminya. Hingga berakhir dengan menghilangkan busa-busa tersebut. Nilam keluar dengan handuk yang dililit sampai ke dada dan pahanya yang mulus masih terekspose. “Siut ... aku menyukainya yang seperti ini.” Irwan melepas handuk yang melilit tubuh sang istri. Hingga sekarang Nilam tanpa sehelai benang pun. Hanya handuk kecil yang membungkus kepalanya. “Mas, malu ih,” cicit Nilam. “Kalau seperti ini, malu nggak?” Irwan melepas bajunya bagian atas. Terpampang dada t
Baca selengkapnya

Bermain Becek-Becekan (21+)

“Shit! Kurang ajar banget siapa gangguin gue sama istri gue?” Nilam menarik selimut untuk menutupi tubuhnya. Sedangkan Irwan bangkit dan memakai handuk untuk menutupi tubuhnya. “Maaf, Tuan. Ini makan malam romantis yang anda pesan.” Irwan mengerutkan keningnya. Dia melihat satu kartu untuk dirinya dan istri. Maka dia menerimanya. Namun Irwan tidak memakannya terlebih dahulu. Dia memilih kembali ke ranjangnya. “Kali ini tidak ada gangguan.” Irwan sengaja mencabut stop kontak yang menyalur ke bel. Lelaki itu akan memastikan tidak ada gangguan yang akan membuat malam pengantinnya kacau lagi. Lelaki itu mengendap-endap menuju wajah istrinya. Dia mengkungkung tubuh istrinya dengan tubuhnya. “Hai, jangan menutup wajahmu, aku menyukainya yang malu-malu seperti itu.” Nilam tidak kuasa memandang lekat wajah sang suami. Namun dia mencoba memandangnya. Ternyata memang suaminya sangat
Baca selengkapnya

Berkali-Kali (21+)

“Nanti aku ajari bermain becek-becekan,” goda Irwan. Nilam masih tidak mengerti. “Ogah, sudah malam, nanti kalau kotor mandi lagi dingin,” tukas Nilam. “Hahaha, bukan becek-becekan itu, tapi ....” Irwan meraih tangannya Nilam kemudian mengarahkannya ke bagian miliknya. “Mas, ih ... kok nakal sih?” Tapi tetap saja Nilam mengikutinya. Mereka saling memberikan kenikmatan. Nilam menghisap kembali batang yang sudah layu itu, agar menegang kembali. Di memainkan lidahnya di sana. Irwan hanya bisa melenguh karena rasa nikmat yang menguasai dirinya. Nilam tersenyum mendengar lenguhan dari sang suami. Dia berheni seolah mempermainkan sang suami, hingga Irwan menarik tubuhnya Nilam agar berganti posisi di bagian bawah. Irwan menyusuri kulit putih sang istri sehingga dia kini yang merasakan sensasi nikmat yang tiada tara. Nilam menegang dan bagian puncak dadanya su
Baca selengkapnya

Risa Mengintai (21+)

“Aku nggak bawa baju,” jawab Nilam. Dia mencibikkan bibirnya. “Oh, sudah aku siapkan. Kita turun sarapan sekalian pulang. Pakai bajumu, Honey.” Nilam memakainya di depan suaminya. Walau masih malu-malu, tapi dia sudah berani. Mereka langsung berkemas setelah Nilam ganti  baju. Irwan tidak mendapatkan banyak cuti. Jadi ditunda dulu bulan madunya. Lagi pula, Nilam juga belum kelar menyusun  skripsi. Nilam berada di depan kaca ketika Irwan sedang berkemas. Satu minggu ini dia sedang rajin berdandan. Lebih tepatnya berusaha untuk bisa dandan. “Sudah cantik, aku tahu kamu berusaha banget untuk nyenengin aku. Tapi kalau kamu merasa nggak nyaman, Mas nggak suka.” Irwan sudah selesai karena  memang hanya baju pengantin saja yang butuh penanganan  khusus. Selebihnya hanya linggerie dan baju tidur dia saja. “Bukan, aku sedang menutupi leher ini. Malu merah-merah,”
Baca selengkapnya

Kecanduan Bercinta (21+)

“He, itu seksi lagi. Kalau di rumah, aku akan menghapusnya dengan bibirku,” goda Irwan. Nilam merasa malu. Dia mencubit tangan suaminya tersebut dan  sedikit memukulnya. Irwan tertawa dengan seluruh kebahagiaannya walau di sudut yang lain  Risa merasa perih.Irwan menggandeng Nilam setelah selesai sarapan. Taksi mereka sudah datang.  Risa mengikuti  mereka. Irwan tersenyum  karena melihat Risa dari kaca yang ada di samping mereka. Irwan tiba-tiba menarik Nilam dan memepetkannya di dinding kaca tersebut. Dia melumat habis bibir itu hingga Nilam tidak bisa menghindar lagi. “Mas, kalau ciuman jangan di sini, banyak anak kecil sliweran. Sewa kamar saja,” kejut seorang satpam. Mereka berdua tertawa. Irwan meminta maaf atas insiden itu. Dia menjelaskan kurang puas menghabisi mantan istrinya semalam. Satpam tersebut menggelengkan kepalanya. Memang anak jaman sekarang tidak tahu aturan. Langsun
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
678910
...
35
DMCA.com Protection Status