Hari ini Bayu jadwalnya akan menjenguk Toni di penjara. Namun sebelumnya, dia menjenguk adik-adiknya di panti asuhan. Adik Toni yang paling kecil menghampirinya. “Hai anak manis, hari ini sudah minum susu?” ucap Bayu.
“Sudah, Kak. Kak Bayu, mana Kak Toni?” Bayu tersenyum walau hatinya sakit.
“Kak Toni sedang bekerja, kamu tahu? Biar nanti dapat uang banyak.” Anak itu kegirangan mendengarnya.
“Kalau dapat uang banyak, bisa belis sepeda, ya?” Bayu tersenyum.
“Kamu ingin sepeda? Besok Kak Bayu sampaikan, ya? Untuk membelikan sepeda.” Bukan sampaikan, tapi Bayu akan membelikan sepeda untuk dia. Bayu sudah berjanji akan menyejahterakan adik-adik si Toni. Maka tidak boleh setengah-setengah. Dia akan memberikan keperluan untuk adik-adik Toni tersebut.
“Kak Bayu, sebenarnya Kak Toni ke mana? Apakah terjadi sesuatu?”
Bayu ke penjara tempat Toni dikurung. Lelaki itu menunggui di ruang tunggu. Mereka memang tidak bisa ketemu antar tubuh. Hanya dinding kaca yang melingkupinya. “Ton, sehat?” Toni terlihat berkaca-kaca.“Terima kasih, Bayu. Kamu masih peduli padaku.” Toni terlihat berkaca-kaca.“Ini ada makanan untukmu. Aku tadi dari panti asuhan. Aku minta maaf terpaksa bilang pada Lina.” Bayu merasa menyesal karena sudah mengatakannya kepada Lina tentang Toni.“Tidak apa-apa, Bay. Memang seharusnya Lina tahu.” Toni merasa kecewa bukan karena Bayu mengatakannya.tapi karena dirinya sendiri. mengapa dia bisa kasih contoh yang tidak baik untuk adik-adiknya? “Tanggapan dia bagaimana, Bay.” Toni tidak sanggup memandang wajah Bayu. Dia merasa sangat malu. Inikah orang yang dulu dia benci setengah mati karena pelanggannya pada lari? Yang sebenarnya adalah bosnya sendiri.
Bayu sudah di rumah sekarang dia merebahkan diri di kasur empuknya. Hampir saja dia terlelap ketika dering ponsel membuatnya terjaga kembali. Sebuah vidio call dari snag istri. “Hai, sduah masuk ke ruang dokter? Bagaimana?” Eliana memperlihatkan ke layar besar hasil gambar USGnya. Terlihat sangat sehat bahkan bergerak sangat aktif.“Wow, cowok apa cewek? Sudah kelihatankah?” Dokter terdengar menjelaskan, Bayu yang tadi bertanya juga mendengarkan. “Oh, jadi cowok dok?” Tapi ternyata ada dua, jadi sepertinya kembar. “Yang bener, Dok? Kembar? Wah, jagoanku sekaligus ada dua. Aku sangat bahagia. Sayang, terima kasih.” Tapi Eliana malah nyengir dan menganggap Bayu lebay.“Ih, nggak apa-apa lebay. Baiklah, masih lama nggak? Aku gemes pingin nyusulin kamu.” Bayu terlihat bangkit dan memakai bajunya. Tapi ternyata pemeriksaan sudah selesai.“Nggak usah menyusul. S
Irwan baru pulang ketika pukul delapan malam. Lelaki itu menyapa seisi rumah. Irwan kemudian ke kamar dulu untuk mandi. Walau sudah diseprot segala macam, tetap saja habis dari rumahs akit yang banyak penyakit. Bajunya saja, dia pisahkan. Sedangkan Nilam membuatkan minuman untuknya. Tidak berapa lama, Irwan turun dan bergabung bersama mereka.Eliana masih bergelayut mesra di lengan sang suami. Irwan tersenyum, hampir semua wanita hamil memang sangat manja. “Apa senyam-senyum? Sudah makan belum?” ucap Nilam.“Sore tadi sudah makan yang sedikit berat. Masih kenyang. Mungkin minum saja.” Nilang bangkit dan memabawakan satu gelas susu rendah kalsium dan satu teh lemon hangat.“Silakan, Mas. Habis minum aku mau ngomong.” Irwan tersenyum dan menjawil dagu sang istri.“Ada maunya ternnyata? Tapi nggak apa-apa. Semua untukmu.” Satu ciuman mendarat di bibir sang
Hari ini waktunya Nilam wisuda. Dia sendiri sudah sibuk dari pagi karena harus dirias sedangkan Irwan suaminya berangkat malam belum pulang sampai pukul delapan, padahal acara pukul sembilan. Saat pandemi seperti ini, acara sibatasi. Kali ini wisuda juga dilakukan dengan alternatif lain. Nilam sudah cantik jelita dengan balutan kebaya yang dirangkep dengan baju toga.“Sudah ayo bernagkat. Nanti Irwan pasti nyusul, Nil. Mas Bayu juga sekalian rapat katanya menyusul. Jangan risau!”:Eliana sudah siap juga dengan dandanan yang agak sedikit lebih cantik dari baisanya. Dia juga pasang bulu mata. Mereka pergi diantar oleh supir. Sepanjang jalan, Nilam hanya diam saja. Dia memang sedikit marah sama sang suami kali ini. Mengapa tidak mengabarinya. Ditelepon juga susah. Katanya mau pulang segera.Sementara itu, Irwan sedikit kesal dengan Risa yang hari ini tidak datang praktrek. Mungkin Risa sudah tahu jika hari ini Nilam akan wisuda. Wani
Bayu malam ini lembur di rumahnya, karena memang banyak pekerjaan. Perusahaannya mendapatkan tender baru. Padahal Eliana sedang manja-manjanya. Dia tidak mau tidur kalau tidak berbantal dadanya sambil dielus-elus. Kalau tidak begitu, punggungnya merasa pegal akhirnya tidak bisa tidur. Seperti malam ini. padahal Bayu sduah melakukan tugasnya mengelus punggungnya sampai terlelap. Tapi Eliana bangun karena merasakan ingin pipis. Akhirnya dia hanya bolak-balik di tempat tidur karena tidak ada tangan suaminya yang mengelusnya.“Mas,” manja Eliana.“Kok, bangun? Ada apa, Sayang?” Bayu menghentikan pekerjaannya dan bangkit menuju ke arah pintu di mana istrinya sedang bersandar.“Nggak bisa tidur, punggungku sakit.” Bayu tersenyum kemudian menggandeng istrinya untuk duduk di kursi kerjanya.“Duduklah dulu. Sebentar, ya?” Bayu bangkit dan terlihat mengambil. Sep
Pagi ini Tiara bangun agak siang. setengah enam dia baru bangun. Setelah bersih diri, langsung Salat Subuh. Sedangkan Bayu sudah berada di belakang untuk olah raga. Lelaki itu selalu rajin oleh raga, makanya badannya juga six pack. Dia bukan hanya menginginkan badan bagus saja. Namun memang kesehatan itu sangat penting. Eliana memegang perutnya yang sudah mulai membesar. Kehamilan kembar tidak mudah. Makanya, perutnya lebih besar dari lumrah usia kandungan menginjak enam bulan. “Mas, jusmu ada di sini.” Bayu menghentikan kegiatannya. Dia menghampiri sang istri.“Terima aksih, Sayang. Susumu mana?” Bayu yang penuh dengan keringat mengangkat gelas jus gado-gado. Ada wortel, kangkung dan juga apel. Bayu memang menyukainya. Walau rasany agak kacau menurut Eliana, tapi lelakinya itu menyukainya.“Aku nanti saja minumnya. Takut muntah kalau jam segini. Kamu kemari memang sudah pendinginan tadi? Nanti cidera kalau ngga
Kebahagiaan menanti buah hati bagi Bayu dan Eliana harus ternodai dengan munculnya Miranda yang memang masih mencintai Bayu dan memiliki misi tersendiri. Malam ini, Bayu memang lembur karena esok hari akan melakukan baby moon bersama istrinya. Mumpung usia kandungan baru menginjak enam bulan. Mereka tidak jauh-jauh mengadakan acara baby moon hanya ke pulau Lombok saja. pulau yang selalu diinginkan oleh Eliana untuk dikunjungi, walau sudah beberapa kali ke sana.Sore ini, Miranda datang ke kantor Bayu. Dia ingin meminta tanda tangan. Tiba-tiba Bayu ke belakang ingin buang air. Di situlah Eliana beraksi. Dia memberikan obat pada Bayu agar tertidur. Sedangkan Miranda bisa beraksi. Bayu tidak mengatakan apa pun dia segera menandatangani berkasnya, kemudian mengenbalikan. Miranda akan bangkit, tapi melihat Bayu mengangkat gelasnya dan meminumnya. “Ngapain masih di sini? Silakan keluar!” Bayu mengusir Miranda.“Baik, Pak. M
Eliana mendelik melihat nomor tak dikenal memberikan vidio syur suaminya. “Mama! Mama, tolong,” jerit Elaina. Mamanya langsung berlari mendekati Eliana yang histeris. Papanya, Papa Agung juga lari menuju kamar sang putri.“Eliana, ada apa? Makanya jangan tidur sore, jadinya mimpi buruk ‘kan?” Mamanya Eliana memeluk sang anak.“Ini bukan mimpi, Ma.” Agung memeinta ponsel Eliana yang masih dipegangnya.pasti ada sesuatu di ponsel itu.“Ya Allah!” pekik Agung.“Ada apa, Pa?” Agung menggeleng.“Tenangkan Eliana dulu. Papa akan ceritakan nanti.” Agung keluar dari kamar putrrinya. Terlihat wajahnya tidak percaya. Agung menarik napas sangat dalam agar perasaannya tenang. Bayu pengusaha sukses, dia pasti banyak musuh. Agung segera pamit istrinya pergi.“Mau ke mana, Pa? Mama hadapi Eli