Home / Pendekar / THE HEIR OF DRAGON / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of THE HEIR OF DRAGON: Chapter 81 - Chapter 90

106 Chapters

Chapter 80

     Yu Shi baru hendak membalikkan tubuhnya ketika melihat Enkhjargal sekali lagi mengayunkan pedangnya. Seketika otaknya merasakan sesuatu yang tidak beres dari gerakan sang lawan. Rasa-rasanya aku pernah melihat rentetan gerakannya... Semua gerakan pedangnya sungguh sangat familiar... Ah! Benar juga! Ini jurus yang dulu pernah diperagakan Guru Erdenet! Erdenet adalah salah satu guru asing yang diminta Tuan Li untuk mengajar Yu Shi.     Bibir Yu Shi melengkungkan senyum yang sangat lebar. Ia mengayunkan pedangnya, melancarkan jurus-jurus pedang yang benar-benar persis sama dengan jurus Enkhjargal. Membuat sang jenderal kawakan kontan terbelalak terkejut. “Kau! Bagaimana kau juga bisa memperagakan jurus ini?!...”     “Tentu saja. Karena Master Erdenet telah mengajarkan ini padaku!” Yu Shi tersenyum semakin lebar.     “Bagaimana mungkin kau mengenal Master Erdenet?!? Dia
Read more

Chapter 81

     “Seharusnya Yu Shi telah berhasil menaklukkan Khanate.” Tepat setelah Tuan Li selesai berujar, Si Perak terbang ke arahnya lalu memberikan surat yang ditulis oleh Yu Shi. Waha Tuan Li berubah sumringah. “Anak-anak itu telah berhasil melakukannya.”     Di sampingnya, Song Qiu bernafas lega. “Padahal saya sempat khawatir. Menyerang Istana Khanate seorang diri... Siapapun tidak akan bisa! Tapi benar-benar tidak dinyana, Tuan Han berhasil melakukannya!...”     “Ya. Kau benar-benar sangat menentang usulanku pada mulanya. Tapi sekarang kau pun telah melihat, aku tidak mungkin salah memperhitungkan. Bahkan sekarang, dengan berhasil menaklukkan Khanate, Yu Shi telah berhasil satu langkah mendahului para saingannya yang bahkan masih kebingungan meniti jalan awal.”      Tuan Li memandang ke luar jendela. Awan-awan putih keabuan bergulung-gulung sembari
Read more

Chapter 82

     “Kalau begitu, kau tidak boleh pergi bersama kami!”      “Tapi aku ingin pergi bersama kalian!” Bola mata si anak berkilat-kilat. “Aku tahu tujuan kalian adalah Klasnyvyska. Aku sungguh ingin pergi ke sana! Aku... ingin menyelidiki perihal kematian adikku!”     “Nak... Kalau mendengar penuturan ibumu, Klasnyvyska adalah tempat yang berbahaya. Kau masih kecil, aku takut terjadi apa-apa denganmu...”     Sergeyev membuka kopiahnya, lantas mengeluarkan sesuatu dari sana, mengutak-utiknya sebentar, dan  menyabetkannya secepat kilat ke hadapan Yu Shi dan Rong Xun, yang karena kaget, langsung melompat ke belakang dan, karena naluri mereka sebagai tentara militer, langsung menghunus pedang masing-masing. Karena ternyata benda yang disabetkan Sergeyev adalah sebuah pedang.     “Kakak-kakak mohon jangan meremehkanku. Wa
Read more

Chapter 83

     Ketika mereka melanjutkan perjalanan esok harinya, jarak mereka menuju Klasnyvyska sudah sangat dekat. Hanya dibutuhkan lima belas menit sebelum mereka mencapai garis terluar Klasnyvyska. Walaupun situasi yang mereka hadapi tidak seperti dugaan Yu Shi.     “Mengapa tidak ada bahkan seorangpun pengawal di sini?” Yu Shi bertanya keheranan.     “Mereka bersembunyi. Tapi begitu kita melewati garis ini,” Sergeyev menunjuk coretan garis merah membujur panjang di tanah. “Maka akan ada puluhan anak panah menyerbu kita.”     “Hm, menarik. Biar kucoba.” Rong Xun tanpa ragu menginjak garis merah tersebut. Sergeyev membelalak ketakutan, sementara Yu Shi memandangi dengan khawatir.     Baru sedetik Rong Xun menginjak garis perbatasan, suara desingan memecah angin segera terdengar. Rong Xun telah siap. Dengan cekatan ia mengelak, menghinda
Read more

Chapter 84

     Si wanita melompat. Gerakannya sangat gemulai. Dan rambut panjang yang menutupi dadanya berkibar, serta merta mulai membuka singkapannya. Yu Shi dan Rong Xun menahan nafas. Jantung mereka berdebar keras. Sebentar lagi mereka akan melihat buah dada wanita itu.....     ... Yang ternyata datar.     Tapi sebelum Yu Shi sempat bahkan mengucapkan sepatah katapun, si “wanita” telah menubrukkan dirinya merangkul Yu Shi erat-erat.      “Kau pria!!! Tapi mengapa kau bersikap begini?!?” Yu Shi berseru sambil berusaha melepaskan diri dari dekapannya.     “Betul, aku pria. Tapi jiwaku adalah wanita. Sebetulnya wajahku pun juga wajah wanita tulen, bahkan jauh lebih cantik daripada mereka, hanya saja aku tak memiliki organ intim yang mereka punyai... Tapi, bukankah kau tertarik padaku? Jangan malu-malu, akuilah. Aku pun juga tertarik padamu...”
Read more

Chapter 85

     “Lepaskan Yu Shi!!!” Tiba-tiba saja Rong Xun telah berada di belakang Ivan, dengan cepat menghajar tengkuknya. Terhuyung lemas, Ivan jatuh ke samping.     Yu Shi sendiri berusaha keras melepaskan dirinya dari cengkeraman para prajurit. Usahanya berhasil. Memastikan dirinya telah bebas, ia menarik pedangnya, dan bersama-sama Rong Xun terlibat dalam pertempuran riuh di Klasnyvyska.     “Cepat keluarkan Puteri! Atau kami habisi kalian semua!” Yu Shi berseru, pedangnya menebas dua orang sekaligus.      “Sialan!” Ivan turut mengangkat pedangnya. Suasana benar-benar sangat riuh. Yu Shi dan Rong Xun juga mulai kewalahan, karena jumlah prajurit Kishov seakan tidak ada habis-habisnya. Dan Ivan sendiri ternyata sangat andal dalam pertarungan.      “Rasanya kita harus gunakan Strategi ke-36!” Rong Xun berseru frustrasi. Yu Shi
Read more

Chapter 87

     Kamar tidur Putera Mahkota Ivan terletak di lantai tiga Menara Timur. Sangat luas dan indah, dan didesain dengan nuansa yang apik, yang menyiratkan sang Pangeran memiliki selera sangat tinggi dalam desain dan artistik. Dalam hati Yu Shi bergumam, Hanya orang seperti Ivan yang mau bersusah payah mendesain kamarnya seartistik ini. Kalau aku, aku tak akan mau capek-capek begini, bagaimanapun aku harus menangani banyak urusan lain yang lebih penting. Yah... tapi setiap orang memang berbeda-beda!     Yu Shi memandang sekelilingnya dengan gelisah. Bagaimanapun, Ivan membuatnya menanti terlalu panjang. Pangeran muda itu berkata ia ingin membersihkan diri supaya terlihat menarik di mata Yu Shi. Yu Shi sendiri tidak peduli seberapa menarik Ivan, yang ia pedulikan adalah menyelesaikan masalah ini secepatnya. Dan itu berarti, menghadapi Ivan secepatnya.     Akhirnya, pintu terbuka. Keluarlah Ivan dari kamar mandi, tubuhnya hanya
Read more

Chapter 86

     Yu Shi menengadah. Tatapannya kembali menerawang.       “Kakak Xun, bila kakek adalah aku saat ini, kau rasa, apakah yang akan ia lakukan?”      Rong Xun hanya bisa membalasnya dengan tatapan hampa lantaran ia tidak mampu menjawab pertanyaan Yu Shi. Yu Shi sendirilah yang menjawab, “Itu tidak mungkin terjadi... Sebab kakek telah mampu mengantisipasi segala kemungkinan. Lain denganku yang terlalu mudah terpancing emosi ini.”      Menyadari keputusasaan tengah melibat sahabatnya, Rong Xun berujar, “Aku yakin, kakekmu tetap akan melakukan hal yang sama denganmu. Karena yang tengah diculik adalah seseorang yang amat disayanginya. Siapapun dia, bila orang yang paling disayanginya direnggut dari sisinya, pasti akan berusaha untuk menyelamatkannya. Itu adalah pemikiran yang wajar dimiliki oleh seluruh manusia, Yu Shi. Pemikiran yang wajib dimiliki seorang pemimpin sejati. Kasih sayang. Dengan kasi
Read more

Chapter 88

      Yu Shi menarik nafas panjang. “Jangan kaukira hanya dirimu yang sengsara dan menderita. Semua orang memiliki kesusahan dan penderitaannya masing-masing. Kau tak tahu, aku dulu dibuang ke Yitmaiszk sebagai budak selama sembilan tahun sebelum akhirnya aku berhasil melarikan diri. Kau tentu tak mengerti bagaimana rasanya menjadi budak, harus bekerja siang dan malam walau tubuhmu sudah kelelahan, dan selalu dihina serta dimaki seakan kau sederajat dengan binatang...”     Dan, bagaimana rasanya dihina karena dosa leluhurmu serta darah yang mengalir di dalam tubuhmu...     Ivan berbisik lemah, “Aku memang pernah dengar akan kisahmu...”      “Tapi aku tak pernah merasa pantas berbahagia di atas penderitaan orang lain, walaupun sekarang aku mempunyai kekuasaan yang cukup untuk membalas dendam pada orang-orang yang telah membuatku menderita.” Yu Shi menatap Ivan
Read more

Chapter 89

     “Kakak Xun, sebetulnya apa yang telah terjadi? Bisakah kau jelaskan padaku?”     Mereka tengah mengendarai kuda yang melangkah dengan tenang. Langit malam maha luas, indah ditaburi bintang-bintang berkilauan. Rong Xun sendiri balas menatap Yu Shi, tersenyum.     “Aku lupa memperkenalkan kalian. Ini Puteri Shirma dari Tukhestan.”     Yu Shi memberi hormat. “Rupanya Anda seorang Puteri... Tapi, bagaimana mungkin...”     Rong Xun tidak suka disela bila keterangannya belum selesai ia kemukakan. Ia berbalik menghadap Shirma. “Dan ini sahabatku, Han Yu Shi. Ia adalah Panglima Utama Negeri Liang.”    Yu Shi tersentak kaget. Tidak disangkanya Rong Xun bisa seberani itu, mengungkap blak-blakan identitasnya pada seorang Tukhestan. Tapi Shirma sendiri terlihat tenang-tenang saja. Ia balas menghormat. “Terima kasih atas keb
Read more
PREV
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status