Home / Pendekar / THE HEIR OF DRAGON / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of THE HEIR OF DRAGON: Chapter 61 - Chapter 70

106 Chapters

Chapter 60

     Bahkan ketika Feng Lan telah berjalan keluar dari kediaman Lin Shi, kata-kata sang mantan Putri Han itu masih terngiang jelas di telinganya. Ia tidak dapat memungkiri bahwa hal tersebut sangat mengganggu pikirnnya. Ia menengadahkan wajahnya, memandang langit biru yang tengah berganti rupa menjadi kuning kemerahan.      “Tuan Putri Liang!”     Feng Lan tidak segera tersadar dari lamunannya. A Huan, si dayang belia pelayan Madame Zhao  harus memanggilnya berulang-ulang. “Yang Mulia Putri! Kabar buruk! Ayahanda Anda telah berpulang!”     Kali ini barulah Feng Lan tersentak sadar. “Apa katamu?!...”     “Yang Mulia lebih baik Anda mengikuti hamba sekarang juga!”     A Huan membalikkan tubuhnya. Feng Lan mengikutinya, berjalan dengan tergesa-gesa.      Ketika ia tiba di ruangan peristirahatan ayahnya, seluruh pembesar Chang bahkan termasuk Ka
Read more

Chapter 61

Raja Ular Emas menyeringai lebar. Ia membungkuk memberi hormat, “Saya sudah menduga Anda akan melakukan hal ini” Ia ganti memandang Lin Shi dan Madame Zhao. “Dan saya juga sudah menduga bahwa Anda bertiga telah saling mengenal, sejak Putera Mahkota dimasukkan ke Ruangan Kong Leng oleh Anda” Matanya berkilat tajam.     Alis Lin Shi terangkat naik. “Bukan aku yang mengurungnya. Itu Kaisar Chang! Dan apa maumu sekarang?! Kuperingatkan kau, jangan coba-coba mencari urusan denganku bila tak mau mengalami nasib yang sama dengan tuanmu!”     “Ohya Saya tentu tak berani mencari urusan dengan Anda, Han furen Sang Kesayangan Kaisar Tapi bila Anda ingin melanggar peraturan istana dengan menyelundupkan putri Liang keluar, saya tentu tak bisa membiarkannya!”              Raja Ular Emas mengambil segenggam anak panah, menarik semuanya serta membidik tepat ke arah mereka. Di lain pihak Lin Shi menyenandungkan sebuah
Read more

Chapter 62

     Si nyonya melirik cemas ke arah si prajurit. “Sepertinya mereka orang Liang...”     Si prajurit tidak langsung ingin membantu gerombolan tersebut dikarenakan ia tidak suka melihat sikap mereka yang angkuh dan memerintah seenaknya. Sementara itu, Feng Lan mengamati salah seorang di antara mereka. Detik berikutnya, ia berseru, “Panglima Liu!”     Orang yang dipanggil menolehkan wajahnya melihat Feng Lan, dan selanjutnya segera berlutut memberi hormat. “Rupanya Yang Mulia Putri juga berada di sini! Syukurlah, senang rasanya melihat Anda berdua dalam keadaan sehat walafiat!”     “Panglima Liu, mengapa Anda bisa berada di sini?” Feng Lan bertanya penasaran.     “Anda sendiri, Putri? Saya kira Anda tengah disandera oleh Chang”     “Ceritanya panjang, Panglima Liu. Bagaimana bila kita mengambil tempat yang nyaman baru berbincang-bincang?” Feng Lan ganti bicara pada pengawal Li
Read more

Chapter 63

     Tuan Li menarik nafas panjang sebelum menjawab. “Kau masih ingat apa yang dulu pernah kuceritakan padamu? Tentang betapa beraninya ia melontarkan makian pedas pada kakekmu? Nah, sebagai kaisar yang berharga diri tinggi, kakekmu tentunya tidak bisa mengampuni perbuatannya. Ia lantas menjatuhkan hukuman atas kelancangan Sui Feng itu.”     “Jadi, tangan kanannya itu terputus?” Yu Shi mencoba menebak pemikiran kakeknya dalam menjatuhkan hukuman.     “Tepatnya, buku jarinya hancur berantakan.” Tuan Li mengamati Yu Shi yang mengernyit pertanda muak. “Masih mending kakekmu tidak memenggalnya. Aku nyaris khawatir ia akan menghukum mati Sui Feng.”     “Tapi, setahu saya Tuan Chen sangat gemar menulis. Dengan kakek menghancurkan jari tangannya, ia tak bisa menulis lagi. Hukuman itu sama kejam dengan mencabut nyawanya!...”     “Oh ya... betul juga pemikiranmu. Pantas saja ia ingin menghancurkan kedu
Read more

Chapter 64

     Ketika Putri Liang Ying Lan dan Ma Yong Quan melarikan diri dan keluarga istana lainnya ditawan, prajurit Chang sibuk mengobrak-abrik Istana Liang. Mereka membuat suasana di sana begitu riuh pula tak aman. Sebagian prajurit menggeledah dan mengacak-acak istana, sebagian lagi mengumpulkan para menteri dan bangsawan penting lainnya lalu menyiksa mereka agar membocorkan di mana letak stempel kekaisaran sebenarnya.      “Harus kami katakan berapa kali, Tuan kami benar-benar tak tahu” Seorang menteri tua berkata lirih, suaranya melemah akibat ia tidak kuat lagi menahan pukulan-pukulan para prajurit Chang.     Tidak puas akan jawaban tersebut, prajurit Chang kembali memukulnya. “Kau berbohong! Kalian juga sama! Cepat katakan di mana letak stempel itu kalau ingin nyawa kalian selamat!”     Namun walau sudah disiksa seberat apapun para pejabat istana tetap bungkam. Sampai ketika seorang prajurit menyeret seora
Read more

Chapter 65

     Semula rencana mereka berjalan lancar. Mereka tahu, walaupun mereka telah berhasil mengusir pasukan Chang dari istana, namun itu tidak sama dengan menghilangkan kekuatan tempur mereka. Chang pasti akan mengutus pasukannya kembali menyerang Liang. Karenanya mereka tentu harus menyiapkan formasi pasukan untuk menghadapi gempuran Chang. Dan rencana mereka nyaris rusak akibat kembalinya Ying Lan dan Yong Quan.     Sudah barang tentu Ying Lan sangat tidak menyetujui kembalinya yu Shi pada jabatannya semula. Sang putri menggerung keras, “Kau gila ya, Feng Lan?! Mengangkat Darah Sesat ini sebagai panglima?!”      “Dan asal kakak tahu, sewaktu kakak melarikan diri bersama Ma Yong Quan entah ke mana, pemuda yang kakak panggil Darah Sesat inilah yang mengusir pasukan Chang dari istana!” Feng Lan balas berseru.     “Bagaimanapun aku tak setuju kau mengangkatnya kembali sebagai panglima!”     “K
Read more

Chapter 66

     Keoptimisan melahirkan kemampuan brilliant. Walaupun pasukannya kalah jumlah juga kalah dalam soal kualitas, namun Yu Shi berhasil membuat mereka mampu menekan Chang sedikit demi sedikit. Caranya adalah dengan memasang jebakan serta memaksa pasukan Chang melewati daerah-daerah berbahaya. Pasukan Liang akan membunyikan tambur dan genderang dan menyerbu Chang dengan ganas, tetapi saat melihat pasukan Chang mulai terpancing emosi, mereka akan segera mundur, membiarkan pasukan Chang yang tidak puas membiarkan musuhnya kabur begitu saja berlari masuk ke dalam jebakan yang mereka buat. Kalaupun tidak memancing mereka ke dalam jebakan, Yu Shi membuat mereka memasuki area seperti hutan rimba yang mudah membuat mereka tersasar sementara pasukan Liang yang telah bersembunyi di area yang tidak diketahui pasukan Chang mengamati musuhnya kebingungan dari jauh.     “Liang benar-benar dikarunia area pertempuran yang sempurna, ada banyak jalur rumit yang bisa
Read more

Chapter 67

Ditemani Rong Xun dan para Tetua An Dao Dui, Yu Shi pergi menuju alamat yang ia dapatkan  dari kitab kakeknya. Letaknya di Song, dan merupakan kediaman seorang tabib serta herbalist terkemuka bernama Liu Zhenghua.      Dan setelah mereka sampai di sana, mereka justru memandangi dengan bingung kediaman yang lebih pantas disebut puing-puing reruntuhan itu. Kediaman itu memang besar dan megah, tapi terlalu rusak hingga mengesankan bisa ambruk kapan saja. “Katamu, ini kediaman tabib terkenal pada masa pemerintahan kakekmu?” tanya Rong Xun, arah pandangannya berpindah dari satu retakan tembok ke retakan tembok yang lain.     Yu Shi mengeluarkan buku kakeknya dari sakunya, membalik ke halaman yang ia cari. “Memang benar di sini. Tabib kenamaan dari Song, Liu Zheng Hua,” berulang kali ia memandangi tulisan yang tertera. “Apa mungkin ia sudah pindah tempat, karena dalam kurun waktu begitu lama apapun juga bisa
Read more

Chapter 68

Liu Na Xuan - cucu tunggal tabib terkemuka Liu Zheng Hua - benar-benar seorang wanita dengan bakat herbologi yang luar biasa. Hanya diperlukan waktu sebentar baginya untuk menciptakan racun wabah yang amat mematikan. Yu Shi sampai menahan nafas karena begitu terpukau akan kepandaian Na Xuan. Sekaligus merinding. Begitu mudahnya ia menciptakan wabah yang dapat merenggut ratusan, bahkan ribuan nyawa orang dalam sekejap. Bagaikan dewa pencabut nyawa. Benar-benar mengerikan... Untung saja ia berada di pihak kita.     “Wabah ini bernama Tidur Pulas Bagaikan Mati.” Na Xuan mulai menjelaskan, sembari menunjukkan pada mereka semua seekor serangga besar yang belum pernah mereka lihat sebelumnya. “Nyamuk inilah yang menjadi penyebarnya...”    “Itu nyamuk?” Rong Xun tidak dapat menyembunyikan kebingungannya.     Na Xuan mengangguk. “Nyamuk ini sangat langka, untunglah. Dan lebih untung lagi bagi kita orang-orang Daratan Tengah, nyamu
Read more

Chapter 69

     Wajah kaisar Chang berubah cerah. Ia mulai tertawa terbahak-bahak. “Bagus sekali Lu Hai benar-benar bagus hasil kerjamu!” Ia menarik mereka berdua mendekat ke arahnya tepat saat Yu Shi dan seluruh pasukannya datang menyerbu istana, dan kini tengah berdiri di hadapan mereka.     “Yu Shi!!!” Melihat kedatangan puteranya, Madame Zhao berseru terharu bercampur bahagia. Naluri keibuannya dapat segera mengenali puteranya walaupun waktu telah memisahkan mereka selama tiga belas tahun lebih lamanya. Begitu terharunya, Madame Zhao  pun meneteskan air mata.  Nyaris saja ia berlari menghambur ke arah puteranya, namun kaisar Chang bergerak lebih cepat. Kaisar tua itu menarik Madame Zhao ke arahnya, lantas menyorongkan pedangnya ke leher wanita malang itu sembari berteriak, “Buang senjatamu dan menyerahlah, kalau tidak, kubunuh wanita ini!”     “Ibunda!!!” Yu Shi menjerit frustrasi. Langkahnya terhenti. Ia hanya dapat mema
Read more
PREV
1
...
56789
...
11
DMCA.com Protection Status