Si nyonya melirik cemas ke arah si prajurit. “Sepertinya mereka orang Liang...”
Si prajurit tidak langsung ingin membantu gerombolan tersebut dikarenakan ia tidak suka melihat sikap mereka yang angkuh dan memerintah seenaknya. Sementara itu, Feng Lan mengamati salah seorang di antara mereka. Detik berikutnya, ia berseru, “Panglima Liu!” Orang yang dipanggil menolehkan wajahnya melihat Feng Lan, dan selanjutnya segera berlutut memberi hormat. “Rupanya Yang Mulia Putri juga berada di sini! Syukurlah, senang rasanya melihat Anda berdua dalam keadaan sehat walafiat!” “Panglima Liu, mengapa Anda bisa berada di sini?” Feng Lan bertanya penasaran. “Anda sendiri, Putri? Saya kira Anda tengah disandera oleh Chang” “Ceritanya panjang, Panglima Liu. Bagaimana bila kita mengambil tempat yang nyaman baru berbincang-bincang?” Feng Lan ganti bicara pada pengawal LiTuan Li menarik nafas panjang sebelum menjawab. “Kau masih ingat apa yang dulu pernah kuceritakan padamu? Tentang betapa beraninya ia melontarkan makian pedas pada kakekmu? Nah, sebagai kaisar yang berharga diri tinggi, kakekmu tentunya tidak bisa mengampuni perbuatannya. Ia lantas menjatuhkan hukuman atas kelancangan Sui Feng itu.” “Jadi, tangan kanannya itu terputus?” Yu Shi mencoba menebak pemikiran kakeknya dalam menjatuhkan hukuman. “Tepatnya, buku jarinya hancur berantakan.” Tuan Li mengamati Yu Shi yang mengernyit pertanda muak. “Masih mending kakekmu tidak memenggalnya. Aku nyaris khawatir ia akan menghukum mati Sui Feng.” “Tapi, setahu saya Tuan Chen sangat gemar menulis. Dengan kakek menghancurkan jari tangannya, ia tak bisa menulis lagi. Hukuman itu sama kejam dengan mencabut nyawanya!...” “Oh ya... betul juga pemikiranmu. Pantas saja ia ingin menghancurkan kedu
Ketika Putri Liang Ying Lan dan Ma Yong Quan melarikan diri dan keluarga istana lainnya ditawan, prajurit Chang sibuk mengobrak-abrik Istana Liang. Mereka membuat suasana di sana begitu riuh pula tak aman. Sebagian prajurit menggeledah dan mengacak-acak istana, sebagian lagi mengumpulkan para menteri dan bangsawan penting lainnya lalu menyiksa mereka agar membocorkan di mana letak stempel kekaisaran sebenarnya. “Harus kami katakan berapa kali, Tuan kami benar-benar tak tahu” Seorang menteri tua berkata lirih, suaranya melemah akibat ia tidak kuat lagi menahan pukulan-pukulan para prajurit Chang. Tidak puas akan jawaban tersebut, prajurit Chang kembali memukulnya. “Kau berbohong! Kalian juga sama! Cepat katakan di mana letak stempel itu kalau ingin nyawa kalian selamat!” Namun walau sudah disiksa seberat apapun para pejabat istana tetap bungkam. Sampai ketika seorang prajurit menyeret seora
Semula rencana mereka berjalan lancar. Mereka tahu, walaupun mereka telah berhasil mengusir pasukan Chang dari istana, namun itu tidak sama dengan menghilangkan kekuatan tempur mereka. Chang pasti akan mengutus pasukannya kembali menyerang Liang. Karenanya mereka tentu harus menyiapkan formasi pasukan untuk menghadapi gempuran Chang. Dan rencana mereka nyaris rusak akibat kembalinya Ying Lan dan Yong Quan. Sudah barang tentu Ying Lan sangat tidak menyetujui kembalinya yu Shi pada jabatannya semula. Sang putri menggerung keras, “Kau gila ya, Feng Lan?! Mengangkat Darah Sesat ini sebagai panglima?!” “Dan asal kakak tahu, sewaktu kakak melarikan diri bersama Ma Yong Quan entah ke mana, pemuda yang kakak panggil Darah Sesat inilah yang mengusir pasukan Chang dari istana!” Feng Lan balas berseru. “Bagaimanapun aku tak setuju kau mengangkatnya kembali sebagai panglima!” “K
Keoptimisan melahirkan kemampuan brilliant. Walaupun pasukannya kalah jumlah juga kalah dalam soal kualitas, namun Yu Shi berhasil membuat mereka mampu menekan Chang sedikit demi sedikit. Caranya adalah dengan memasang jebakan serta memaksa pasukan Chang melewati daerah-daerah berbahaya. Pasukan Liang akan membunyikan tambur dan genderang dan menyerbu Chang dengan ganas, tetapi saat melihat pasukan Chang mulai terpancing emosi, mereka akan segera mundur, membiarkan pasukan Chang yang tidak puas membiarkan musuhnya kabur begitu saja berlari masuk ke dalam jebakan yang mereka buat. Kalaupun tidak memancing mereka ke dalam jebakan, Yu Shi membuat mereka memasuki area seperti hutan rimba yang mudah membuat mereka tersasar sementara pasukan Liang yang telah bersembunyi di area yang tidak diketahui pasukan Chang mengamati musuhnya kebingungan dari jauh. “Liang benar-benar dikarunia area pertempuran yang sempurna, ada banyak jalur rumit yang bisa
Ditemani Rong Xun dan para Tetua An Dao Dui, Yu Shi pergi menuju alamat yang ia dapatkan dari kitab kakeknya. Letaknya di Song, dan merupakan kediaman seorang tabib serta herbalist terkemuka bernama Liu Zhenghua. Dan setelah mereka sampai di sana, mereka justru memandangi dengan bingung kediaman yang lebih pantas disebut puing-puing reruntuhan itu. Kediaman itu memang besar dan megah, tapi terlalu rusak hingga mengesankan bisa ambruk kapan saja. “Katamu, ini kediaman tabib terkenal pada masa pemerintahan kakekmu?” tanya Rong Xun, arah pandangannya berpindah dari satu retakan tembok ke retakan tembok yang lain. Yu Shi mengeluarkan buku kakeknya dari sakunya, membalik ke halaman yang ia cari. “Memang benar di sini. Tabib kenamaan dari Song, Liu Zheng Hua,” berulang kali ia memandangi tulisan yang tertera. “Apa mungkin ia sudah pindah tempat, karena dalam kurun waktu begitu lama apapun juga bisa
Liu Na Xuan - cucu tunggal tabib terkemuka Liu Zheng Hua - benar-benar seorang wanita dengan bakat herbologi yang luar biasa. Hanya diperlukan waktu sebentar baginya untuk menciptakan racun wabah yang amat mematikan. Yu Shi sampai menahan nafas karena begitu terpukau akan kepandaian Na Xuan. Sekaligus merinding. Begitu mudahnya ia menciptakan wabah yang dapat merenggut ratusan, bahkan ribuan nyawa orang dalam sekejap. Bagaikan dewa pencabut nyawa. Benar-benar mengerikan... Untung saja ia berada di pihak kita. “Wabah ini bernama Tidur Pulas Bagaikan Mati.” Na Xuan mulai menjelaskan, sembari menunjukkan pada mereka semua seekor serangga besar yang belum pernah mereka lihat sebelumnya. “Nyamuk inilah yang menjadi penyebarnya...” “Itu nyamuk?” Rong Xun tidak dapat menyembunyikan kebingungannya. Na Xuan mengangguk. “Nyamuk ini sangat langka, untunglah. Dan lebih untung lagi bagi kita orang-orang Daratan Tengah, nyamu
Wajah kaisar Chang berubah cerah. Ia mulai tertawa terbahak-bahak. “Bagus sekali Lu Hai benar-benar bagus hasil kerjamu!” Ia menarik mereka berdua mendekat ke arahnya tepat saat Yu Shi dan seluruh pasukannya datang menyerbu istana, dan kini tengah berdiri di hadapan mereka. “Yu Shi!!!” Melihat kedatangan puteranya, Madame Zhao berseru terharu bercampur bahagia. Naluri keibuannya dapat segera mengenali puteranya walaupun waktu telah memisahkan mereka selama tiga belas tahun lebih lamanya. Begitu terharunya, Madame Zhao pun meneteskan air mata. Nyaris saja ia berlari menghambur ke arah puteranya, namun kaisar Chang bergerak lebih cepat. Kaisar tua itu menarik Madame Zhao ke arahnya, lantas menyorongkan pedangnya ke leher wanita malang itu sembari berteriak, “Buang senjatamu dan menyerahlah, kalau tidak, kubunuh wanita ini!” “Ibunda!!!” Yu Shi menjerit frustrasi. Langkahnya terhenti. Ia hanya dapat mema
Yu Shi mengamati Lu Hai, dengan putera-puterinya yang masih kecil meringkuk ketakutan dalam pelukan sang ayah yang sibuk menghibur mereka. Kilasan-kilasan memori berputaran di benaknya, semua kilasan yang memperlihatkan penghinaan dan kekejaman yang dilakukan kaisar Chang dan Lu Hai kepada ia dan keluarganya juga termasuk terhadap Feng Lan. Pandangannya berganti ke arah ibundanya yang tewas berlumuran darah. Ia menggenggam pedang kebesarannya erat-erat, tangannya bergetar hebat akan perasaan amarah yang tengah menguasainya. Saat ini, ia sangat menyetujui kata-kata Tuan Li yang membenarkan tindakan kakeknya bertindak kejam terhadap musuhnya. Ia pun juga akan bertindak sama. Lu Hai dan seluruh keluarganya orang-orang yang telah banyak membuat ia dan keluarganya menderita ini tidak akan ia ampuni, tidak peduli putera-puteri Lu Hai masih sangat kecil dan bahkan sama sekali tidak ada sangkut pautnya dengan segala sepak terjang ayahnya.
Yu Shi menoleh ke arah Rong Xun. Sahabatnya mengangguk kecil. Walaupun tidak terucapkan kata-kata, namun pandangannya telah mengucapkan ribuan kata yang tak terungkap dengan teramat jelas. Yu Shi menengadahkan wajahnya, menegakkan tubuhnya, dan keluar dari tempat persembunyiannya, berjalan tepat menuju Tuan Li dan Feng Lan yang tak ayal sangat terkejut melihat kedatangannya. Feng Lan sampai terbelalak lebar. Sementara Tuan Li berdehem, dan pelan-pelan meninggalkan tempat mereka tanpa suara. Keadaan menjadi sangat hening. Mereka berdua hanya saling berhadapan tanpa berucap sepatah katapun. Sinar bulan berkedip, cahayanya menjadi lebih terang semenjak awan bergeser menjauhinya. Yu Shi mendehem. "Putri Feng Lan... aku telah mendengar seluruh percakapanmu dengan Guru Li..." Muncul semburat merah menghiasi pipi Feng Lan. "Ak
"Guru! Ini bukan soal dendam pribadi! Mereka adalah tawanan negara!" Rong Xun memotong. "Aku tidak sedang bicara padamu!" Rong Xun tergugu. "Tetapi kepadamu, Yu Shi. Walaupun kau kaisar, namun kau tetaplah muridku. Karenanya aku harus membimbingmu." Yu Shi hanya diam membisu. "Kakekmu adalah seorang yang terus menyimpan amarah masa lalu dan penderitaan yang tak bisa ia ungkapkan. Karenanyalah, ia bertindak sadis dan semena-mena terhadap orang lain. Karena ia tidak bisa memaafkan dunia dan masa lalunya. Tapi, walaupun ia telah meraih banyak kesuksesan, apakah ia bahagia? Tidak, ia selalu menderita. Makanya ia sangat menyesali mengapa tak daridulu ia membuang semua dendam dan amarahnya, dan saat ia ingin melakukannya, kematian telah menunggunya. Yu Shi, tahukah kau? Kau yang sekarang sama dengan kakekmu! Kau dikuasai amarah dan dendam! Padahal kakekmu mengharapkan keturunannya menjadi
Di pihak lain, di dalam sel. Ternyata Xiu Lan telah masuk ke sana. Setelah seharian ia berpikir, hanya ia sendiri yang menjalani hidup bahagia dan tenteram sementara keluarganya yang lain akan menjalani hukuman mati, ia merasa sangat resah. Ternyata Xiu Lan merupakan anak yang baik, hanya perilakunya saja yang memang kurang matang, namun hatinya sungguh baik. Ia pun menyusup masuk ke dalam sel, dan menuntut untuk ikut menjalani eksekusi bersama. Ying Lan sampai menangis terharu dan memeluknya erat-erat. "Kakak, jangan menangis. Kau membuatku sedih," kata Xiu Lan. Ying Lan mengusap airmatanya. "Kalau saja aku tahu akan jadi begini, aku akan baik-baik terhadapmu!..." Saat itulah Feng Lan tiba. Ia juga tercegang melihat keberadaan Xiu Lan. Di pihak lain, orang-orang dalam sel juga sama tercegangnya saat melihatnya. "Feng Lan, kau juga sama seperti kami?..." Ying Lan bertanya tak percaya
Mereka kini berjalan menyusuri istana, aula istana, lorong-lorong, taman dalam... dan mereka semuanya diam, hening. Feng Lan meremas jari-jari tangannya. Perjalanan yang mereka tempuh sungguh panjang, sebelum mereka tiba di akhir perjalanan mereka; Paviliun Shu Ling. Dikelilingi taman yang indah, Paviliun Shu Ling merupakan paviliun yang amat asri dan rindang. Seharusnya senantiasa terjadi percakapan yang menyenangkan hati di sana, namun kali ini suasananya berbeda - suasana yang dipenuhi ketegangan. Feng Lan meremas tangannya kuat-kuat. Ia pandangi Yu Shi yang masih tetap berjalan di depannya dan memunggunginya walaupun mereka telah sampai di tempat tujuan, sangat lama. Dan ketika Yu Shi membalikkan tubuhnya, Feng Lan dapat melihat ekspresi wajahnya yang sayu dan sendu. Feng Lan menggigit bibir. Ia sangat terkejut melihat raut wajah sang kaisar muda, yang kini banyak dipenuhi kerut, dan terdapat lingkar
Penyerangan Han ke Liang tidak memakan waktu lama. Sudah sangat terlambat bagi Liang untuk mempersiapkan diri. Walaupun kini Ying Lan bekerja ekstra keras untuk menutupi kegagalannya, ia tetap harus menerima bahwa, hanya dalam kurun waktu tiga minggu pintu gerbangnya telah dibuka dan para prajurit musuhpun dapat dengan mudah meringkus para anggota kerajaan. Termasuk pula Feng Lan. Feng Lan memang datang di saat yang tidak tepat. Saat ia tiba di istana bersamaan dengan saat ketibaan para prajurit Han. Otomatis ia ikut tertangkap. Tapi tak apa. Aku jadi bisa bertemu dengan Yu Shi, pikirnya saat berada dalam kereta tawanan. "Kakak... aku takut..." Di sebelahnya, Xiu Lan berkata, tangannya yang gemetaran hebat memegang erat tangan kakaknya. Feng Lan mengusap rambut adiknya. "Tenanglah. Ada kakak di sampingmu..." &
"Kabar baik, Paduka! Song telah kita kuasai!" Komandan Besar Rong Xun memberi laporan. Duduk di singgasana, Yu Shi mengangguk. "Bagus," jawabnya singkat. Kini, ia memang terkenal suka memberikan jawaban singkat. Jangan mengharapkan jawaban panjang darinya. Rong Xun melanjutkan, "Dan kini kami tengah mengarah ke sasaran terakhir kita - Liang." Seluruh menteri di aula yang sangat luas itu mendesah, bergairah. Pula mereka tahu bahwa menaklukkan Liang adalah harapan terbesar pemimpin mereka. Ketika Liang ditaklukkan, maka Han akan mengulang kejayaannya menguasai dunia seperti dahulu kala. Tidak sesuai dengan dugaan orang-orang, mimik Yu Shi sama kakunya dengan sebelumnya. "Laksanakan," katanya pendek. "Perintah dari Paduka Yang Mulia, Laksanakan!" Rong Xun berseru. Setiap orang pun langsung masuk ke posnya masing-masing, siap be
Itu merupakan gua dalam gunung di negeri yang terisolir. Tenang, hening dan damai. Tiada suara apapun yang akan mengusik. Dan kalaupun terdengar suara, maka itu pastilah suara yang membuat hati tenteram dan bahagia. Kebahagiaan itulah yang mendorong Feng Lan untuk datang ke tempat itu. Ia memang sudah tahu Negeri Qi adalah negeri yang menutup diri dari Dunia Luar, begitu pula dari kefanaan dan kesengsaraannya. Ia sudah muak akan seluruh kehidupan duniawi. Cita-citanya sebetulnya bukanlah menjadi pertapa, keadaan hidup lah yang memaksanya mengambil jalan ini. Ia sudah pasrah, ia sudah menyerah dalam pergelutannya dengan Takdir. Takdir tidak mengizinkan aku meraih apa yang aku inginkan. Bagaimanapun, Ying Lan sendiri memang menyukainya Feng Lan memilih pergi dari Istana. Sementara Xiu Lan mencegahnya mati-matian. "Kakak, jangan pergi ke Qi! Itu tempat u
Liang dipenuhi sukacita. Pasalnya, pemimpin mereka yang baru telah lahir. Pemimpin yang memberikan nuansa baru bagi mereka, karena beliau berbeda dari generasi sebelum-sebelumnya. Pemimpin Liang sekarang ini berjenis kelamin wanita. Liang Ying Lan menjadi Kaisar Wanita pertama yang memerintah Liang. Ying Lan menggeser tradisi Liang, dan berhasil meyakinkan para petinggi Liang bahwa ia - walaupun seorang wanita - namun sangat memenuhi kriteria untuk menjadi seorang pemimpin. Dan tidak dibutuhkan waktu lama untuk itu. Ia memiliki kharisma amat kuat dimana tak seorangpun bisa membantahnya. Ia memang dilahirkan untuk menjadi seorang pemimpin. Namun, bukan menjadi seorang pemimpin yang andal. Ying Lan gemar berpesta pora dan menikmati pria. Ia memelihara puluhan pria tampan dalam satu istana, dan menikmati mereka bergantian. Ia mencintai semua pria itu sampai-sa
"Putri Feng Lan!" "Kataku jangan mendekat!" Feng Lan menjerit. "Ternyata apa yang mereka katakan memang benar! Padahal selama ini aku tidak pernah ingin mempercayainya. Mereka selalu mengatakan kau berusaha menggoda kakakku, kau juga turut menjadi salah satu prianya, dan banyak lagi, tapi aku tidak pernah berusaha menggubrisnya. Aku kira aku bisa mempercayaimu. Aku kira kau hanya mencintaiku apapun yang akan terjadi. Ternyata... ternyata..." Setetes air mata jatuh mengaliri pipinya. "Aku memang tidak bisa mempercayaimu..." "Putri Feng Lan, itu semua tidak benar, tolong berikan aku waktu untuk menjelaskan..." "Tidak perlu!" Feng Lan kembali menjerit, bahkan menyentak tangan Yu Shi yang berusaha menyentuhnya. "Jangan sentuh aku! Aku tak mau melihatmu lagi! Pergi! Pergi dari hadapanku, pergi!!!" Yu Shi tergugu. Ia pandangi Feng Lan yang tampak murka, Ying Lan