Ditemani Rong Xun dan para Tetua An Dao Dui, Yu Shi pergi menuju alamat yang ia dapatkan dari kitab kakeknya. Letaknya di Song, dan merupakan kediaman seorang tabib serta herbalist terkemuka bernama Liu Zhenghua.
Dan setelah mereka sampai di sana, mereka justru memandangi dengan bingung kediaman yang lebih pantas disebut puing-puing reruntuhan itu. Kediaman itu memang besar dan megah, tapi terlalu rusak hingga mengesankan bisa ambruk kapan saja. “Katamu, ini kediaman tabib terkenal pada masa pemerintahan kakekmu?” tanya Rong Xun, arah pandangannya berpindah dari satu retakan tembok ke retakan tembok yang lain. Yu Shi mengeluarkan buku kakeknya dari sakunya, membalik ke halaman yang ia cari. “Memang benar di sini. Tabib kenamaan dari Song, Liu Zheng Hua,” berulang kali ia memandangi tulisan yang tertera. “Apa mungkin ia sudah pindah tempat, karena dalam kurun waktu begitu lama apapun juga bisaLiu Na Xuan - cucu tunggal tabib terkemuka Liu Zheng Hua - benar-benar seorang wanita dengan bakat herbologi yang luar biasa. Hanya diperlukan waktu sebentar baginya untuk menciptakan racun wabah yang amat mematikan. Yu Shi sampai menahan nafas karena begitu terpukau akan kepandaian Na Xuan. Sekaligus merinding. Begitu mudahnya ia menciptakan wabah yang dapat merenggut ratusan, bahkan ribuan nyawa orang dalam sekejap. Bagaikan dewa pencabut nyawa. Benar-benar mengerikan... Untung saja ia berada di pihak kita. “Wabah ini bernama Tidur Pulas Bagaikan Mati.” Na Xuan mulai menjelaskan, sembari menunjukkan pada mereka semua seekor serangga besar yang belum pernah mereka lihat sebelumnya. “Nyamuk inilah yang menjadi penyebarnya...” “Itu nyamuk?” Rong Xun tidak dapat menyembunyikan kebingungannya. Na Xuan mengangguk. “Nyamuk ini sangat langka, untunglah. Dan lebih untung lagi bagi kita orang-orang Daratan Tengah, nyamu
Wajah kaisar Chang berubah cerah. Ia mulai tertawa terbahak-bahak. “Bagus sekali Lu Hai benar-benar bagus hasil kerjamu!” Ia menarik mereka berdua mendekat ke arahnya tepat saat Yu Shi dan seluruh pasukannya datang menyerbu istana, dan kini tengah berdiri di hadapan mereka. “Yu Shi!!!” Melihat kedatangan puteranya, Madame Zhao berseru terharu bercampur bahagia. Naluri keibuannya dapat segera mengenali puteranya walaupun waktu telah memisahkan mereka selama tiga belas tahun lebih lamanya. Begitu terharunya, Madame Zhao pun meneteskan air mata. Nyaris saja ia berlari menghambur ke arah puteranya, namun kaisar Chang bergerak lebih cepat. Kaisar tua itu menarik Madame Zhao ke arahnya, lantas menyorongkan pedangnya ke leher wanita malang itu sembari berteriak, “Buang senjatamu dan menyerahlah, kalau tidak, kubunuh wanita ini!” “Ibunda!!!” Yu Shi menjerit frustrasi. Langkahnya terhenti. Ia hanya dapat mema
Yu Shi mengamati Lu Hai, dengan putera-puterinya yang masih kecil meringkuk ketakutan dalam pelukan sang ayah yang sibuk menghibur mereka. Kilasan-kilasan memori berputaran di benaknya, semua kilasan yang memperlihatkan penghinaan dan kekejaman yang dilakukan kaisar Chang dan Lu Hai kepada ia dan keluarganya juga termasuk terhadap Feng Lan. Pandangannya berganti ke arah ibundanya yang tewas berlumuran darah. Ia menggenggam pedang kebesarannya erat-erat, tangannya bergetar hebat akan perasaan amarah yang tengah menguasainya. Saat ini, ia sangat menyetujui kata-kata Tuan Li yang membenarkan tindakan kakeknya bertindak kejam terhadap musuhnya. Ia pun juga akan bertindak sama. Lu Hai dan seluruh keluarganya orang-orang yang telah banyak membuat ia dan keluarganya menderita ini tidak akan ia ampuni, tidak peduli putera-puteri Lu Hai masih sangat kecil dan bahkan sama sekali tidak ada sangkut pautnya dengan segala sepak terjang ayahnya.
Tetapi seperti yang telah mereka duga, pihak istana sama sekali tidak merestui pernikahan mereka. Salah seorang bibi kerabat Feng Lan menukas, “Kau bukan hanya melangkahi kakakmu sendiri, tapi juga memilih seorang Darah Sesat sebagai suamimu. Demi Tuhan, masih banyak pria lain yang jauh lebih baik daripada dia!” Menyusul komentar-komentar lain yang sejenis dan tak kalah panas, yang memaksa Feng Lan berseru keras, “Pokoknya inilah keputusanku! Tak seorangpun bisa mengubahnya!” Semua orang sampai terdiam karena seruannya yang begitu keras membahana. Saat itulah, Tuan Li ikut angkat bicara, “Daripada meributkan masalah pernikahan, lebih baik sekarang kita membahas masalah lain yang lebih penting. Yakni mengenai takhta kekaisaran yang masih kosong.” Kata-katanya segera mendapatkan perhatian penuh. Feng Lan dan Yu Shi yang mengetahui maksud Tuan Li yang sebenarnya membiarkannya melanjutkan, “Kekaisa
Seruan-seruan itu membuat orang-orang di sekeliling menoleh, dan sebentar kemudian mereka semua segera mengelilingi Yu Shi yang sibuk menyapa mereka satu per satu dengan wajah penuh sukacita. “Yu Shi... kau mengenal mereka?...” Feng Lan bertanya lambat-lambat. Sambil tersenyum gembira Yu Shi menjawab, “Mereka adalah para penduduk Desa Kenangan!” “Penduduk desa yang kauceritakan tempo lalu itu?” Feng Lan langsung tertarik. “Tetapi mengapa sekarang malah berkumpul di sini?” Mendadak Rong Xun menyeruak muncul. “Aku memberitahukan mereka mengenai segala hal yang tengah kalian hadapi. Mereka tidak terima kau tidak diizinkan mengikuti tes penyeleksian, dan mereka berkeinginan untuk menyampaikan aspirasi mereka pada para pejabat istana.” “Dan kalau itu masih belum cukup, kami akan menggalang dukungan dari masyarakat lainnya. Kami yakin rakyat
Keesokan paginya, Yu Shi, Feng Lan, Yong Quan, Ying Lan, Zhen Xi dan Xiu Lan berkumpul di Aula Istana. Mereka berdiri berdampingan, dengan tegang memandangi sekelilingnya. Di kiri kanan mereka telah berderet para kerabat istana dan pejabat teras. Yu Shi mengamati Zhen Xi. Ini adalah untuk pertama kalinya ia bertatap muka dengan remaja berusia awal belasan itu. Zhen Xi seorang remaja bertubuh tinggi kurus, berkulit putih susu serta berwajah pucat - rupa yang umum dimiliki cendekiawan yang menghabiskan waktunya di dalam rumah dan jarang terkena panas matahari. Pemuda ini kelihatannya pintar, dan juga licin, nilai Yu Shi dalam hati. Namun tetap masih Yong Quan yang harus aku jadikan pusat perhatian. Zhen Xi sendiri kadang-kadang mencuri pandang mengamati Yu Shi, namun selalu buru-buru memalingkan wajah saat Yu Shi balik menatapnya. Yu Shi melengos melihat remaja belia yang tampak benci tetapi takut kepadanya itu, lantas ganti melihat ke ara
“Putri Feng Lan!” Yu Shi bergegas bangkit, berlari secepat kilat menuju asal muasal suara tersebut. Betapa terkejutnya ia saat dilihatnya gerombolan berpakaian serta bercadar hitam tengah menculik Feng Lan. Mereka berjumlah sekitar sepuluh orang, Feng Lan jelas tak mampu melepaskan diri dari cengkeraman mereka. “Siapa kalian?! Beraninya kalian menyerang putri!” Yu Shi telah siap dengan pedang teracung menantang lawan. Namun alih-alih membalas tantangannya, gerombolan bercadar itu malah berderap menjauh. Langkah mereka cepat sekali. Hanya dalam beberapa detik mereka telah menghilang dari pandangan. Membiarkan Yu Shi hanya dapat berteriak putus asa, “Putri Feng Lan!” “Ada apa, Yu Shi?! Apa telah terjadi sesuatu?!?” Rong Xun yang telah mendengar jeritan Yu Shi dengan tergopoh-gopoh menghampirinya. Yu Shi menggigit bibir jengkel. “Ada yang menculik Put
Mereka tiba di Chong Zhou kurang lebih dua jam kemudian, dan kini tengah dengan serius mengamati keadaan sekelilingnya. Yu Shi tertegun melihat Chong Zhou yang tadinya merupakan kota yang biarpun kecil tapi cukup berkembang dan ramai, sekarang telah berubah. Bukan hanya sepi dari lalu lalang orang, tetapi juga berantakan, kacau semrawut. Angin musim dingin berhembus kering meniupkan debu jalan raya yang tebal dan kotor ke wajah mereka. Berkali-kali terbatuk dan bersin-bersin, mereka berdua mengambil sapu tangan dan langsung menangkupkannya menutupi wajah mereka. “Sepi sekali tempat ini. Rasanya seperti kembali ke masa sebelum Khanate dikuasai Han.” Rong Xun bergumam dengan mulutnya yang tersumpal sapu tangan. “Benar-benar cocok menjadi sarang penyamun!” Yu Shi menggaruk kulit tangannya yang tiba-tiba saja memerah dan gatal-gatal. Hembusan kencang angin kering musim dingin ditambah sorotan sinar matahari siang ha
Yu Shi menoleh ke arah Rong Xun. Sahabatnya mengangguk kecil. Walaupun tidak terucapkan kata-kata, namun pandangannya telah mengucapkan ribuan kata yang tak terungkap dengan teramat jelas. Yu Shi menengadahkan wajahnya, menegakkan tubuhnya, dan keluar dari tempat persembunyiannya, berjalan tepat menuju Tuan Li dan Feng Lan yang tak ayal sangat terkejut melihat kedatangannya. Feng Lan sampai terbelalak lebar. Sementara Tuan Li berdehem, dan pelan-pelan meninggalkan tempat mereka tanpa suara. Keadaan menjadi sangat hening. Mereka berdua hanya saling berhadapan tanpa berucap sepatah katapun. Sinar bulan berkedip, cahayanya menjadi lebih terang semenjak awan bergeser menjauhinya. Yu Shi mendehem. "Putri Feng Lan... aku telah mendengar seluruh percakapanmu dengan Guru Li..." Muncul semburat merah menghiasi pipi Feng Lan. "Ak
"Guru! Ini bukan soal dendam pribadi! Mereka adalah tawanan negara!" Rong Xun memotong. "Aku tidak sedang bicara padamu!" Rong Xun tergugu. "Tetapi kepadamu, Yu Shi. Walaupun kau kaisar, namun kau tetaplah muridku. Karenanya aku harus membimbingmu." Yu Shi hanya diam membisu. "Kakekmu adalah seorang yang terus menyimpan amarah masa lalu dan penderitaan yang tak bisa ia ungkapkan. Karenanyalah, ia bertindak sadis dan semena-mena terhadap orang lain. Karena ia tidak bisa memaafkan dunia dan masa lalunya. Tapi, walaupun ia telah meraih banyak kesuksesan, apakah ia bahagia? Tidak, ia selalu menderita. Makanya ia sangat menyesali mengapa tak daridulu ia membuang semua dendam dan amarahnya, dan saat ia ingin melakukannya, kematian telah menunggunya. Yu Shi, tahukah kau? Kau yang sekarang sama dengan kakekmu! Kau dikuasai amarah dan dendam! Padahal kakekmu mengharapkan keturunannya menjadi
Di pihak lain, di dalam sel. Ternyata Xiu Lan telah masuk ke sana. Setelah seharian ia berpikir, hanya ia sendiri yang menjalani hidup bahagia dan tenteram sementara keluarganya yang lain akan menjalani hukuman mati, ia merasa sangat resah. Ternyata Xiu Lan merupakan anak yang baik, hanya perilakunya saja yang memang kurang matang, namun hatinya sungguh baik. Ia pun menyusup masuk ke dalam sel, dan menuntut untuk ikut menjalani eksekusi bersama. Ying Lan sampai menangis terharu dan memeluknya erat-erat. "Kakak, jangan menangis. Kau membuatku sedih," kata Xiu Lan. Ying Lan mengusap airmatanya. "Kalau saja aku tahu akan jadi begini, aku akan baik-baik terhadapmu!..." Saat itulah Feng Lan tiba. Ia juga tercegang melihat keberadaan Xiu Lan. Di pihak lain, orang-orang dalam sel juga sama tercegangnya saat melihatnya. "Feng Lan, kau juga sama seperti kami?..." Ying Lan bertanya tak percaya
Mereka kini berjalan menyusuri istana, aula istana, lorong-lorong, taman dalam... dan mereka semuanya diam, hening. Feng Lan meremas jari-jari tangannya. Perjalanan yang mereka tempuh sungguh panjang, sebelum mereka tiba di akhir perjalanan mereka; Paviliun Shu Ling. Dikelilingi taman yang indah, Paviliun Shu Ling merupakan paviliun yang amat asri dan rindang. Seharusnya senantiasa terjadi percakapan yang menyenangkan hati di sana, namun kali ini suasananya berbeda - suasana yang dipenuhi ketegangan. Feng Lan meremas tangannya kuat-kuat. Ia pandangi Yu Shi yang masih tetap berjalan di depannya dan memunggunginya walaupun mereka telah sampai di tempat tujuan, sangat lama. Dan ketika Yu Shi membalikkan tubuhnya, Feng Lan dapat melihat ekspresi wajahnya yang sayu dan sendu. Feng Lan menggigit bibir. Ia sangat terkejut melihat raut wajah sang kaisar muda, yang kini banyak dipenuhi kerut, dan terdapat lingkar
Penyerangan Han ke Liang tidak memakan waktu lama. Sudah sangat terlambat bagi Liang untuk mempersiapkan diri. Walaupun kini Ying Lan bekerja ekstra keras untuk menutupi kegagalannya, ia tetap harus menerima bahwa, hanya dalam kurun waktu tiga minggu pintu gerbangnya telah dibuka dan para prajurit musuhpun dapat dengan mudah meringkus para anggota kerajaan. Termasuk pula Feng Lan. Feng Lan memang datang di saat yang tidak tepat. Saat ia tiba di istana bersamaan dengan saat ketibaan para prajurit Han. Otomatis ia ikut tertangkap. Tapi tak apa. Aku jadi bisa bertemu dengan Yu Shi, pikirnya saat berada dalam kereta tawanan. "Kakak... aku takut..." Di sebelahnya, Xiu Lan berkata, tangannya yang gemetaran hebat memegang erat tangan kakaknya. Feng Lan mengusap rambut adiknya. "Tenanglah. Ada kakak di sampingmu..." &
"Kabar baik, Paduka! Song telah kita kuasai!" Komandan Besar Rong Xun memberi laporan. Duduk di singgasana, Yu Shi mengangguk. "Bagus," jawabnya singkat. Kini, ia memang terkenal suka memberikan jawaban singkat. Jangan mengharapkan jawaban panjang darinya. Rong Xun melanjutkan, "Dan kini kami tengah mengarah ke sasaran terakhir kita - Liang." Seluruh menteri di aula yang sangat luas itu mendesah, bergairah. Pula mereka tahu bahwa menaklukkan Liang adalah harapan terbesar pemimpin mereka. Ketika Liang ditaklukkan, maka Han akan mengulang kejayaannya menguasai dunia seperti dahulu kala. Tidak sesuai dengan dugaan orang-orang, mimik Yu Shi sama kakunya dengan sebelumnya. "Laksanakan," katanya pendek. "Perintah dari Paduka Yang Mulia, Laksanakan!" Rong Xun berseru. Setiap orang pun langsung masuk ke posnya masing-masing, siap be
Itu merupakan gua dalam gunung di negeri yang terisolir. Tenang, hening dan damai. Tiada suara apapun yang akan mengusik. Dan kalaupun terdengar suara, maka itu pastilah suara yang membuat hati tenteram dan bahagia. Kebahagiaan itulah yang mendorong Feng Lan untuk datang ke tempat itu. Ia memang sudah tahu Negeri Qi adalah negeri yang menutup diri dari Dunia Luar, begitu pula dari kefanaan dan kesengsaraannya. Ia sudah muak akan seluruh kehidupan duniawi. Cita-citanya sebetulnya bukanlah menjadi pertapa, keadaan hidup lah yang memaksanya mengambil jalan ini. Ia sudah pasrah, ia sudah menyerah dalam pergelutannya dengan Takdir. Takdir tidak mengizinkan aku meraih apa yang aku inginkan. Bagaimanapun, Ying Lan sendiri memang menyukainya Feng Lan memilih pergi dari Istana. Sementara Xiu Lan mencegahnya mati-matian. "Kakak, jangan pergi ke Qi! Itu tempat u
Liang dipenuhi sukacita. Pasalnya, pemimpin mereka yang baru telah lahir. Pemimpin yang memberikan nuansa baru bagi mereka, karena beliau berbeda dari generasi sebelum-sebelumnya. Pemimpin Liang sekarang ini berjenis kelamin wanita. Liang Ying Lan menjadi Kaisar Wanita pertama yang memerintah Liang. Ying Lan menggeser tradisi Liang, dan berhasil meyakinkan para petinggi Liang bahwa ia - walaupun seorang wanita - namun sangat memenuhi kriteria untuk menjadi seorang pemimpin. Dan tidak dibutuhkan waktu lama untuk itu. Ia memiliki kharisma amat kuat dimana tak seorangpun bisa membantahnya. Ia memang dilahirkan untuk menjadi seorang pemimpin. Namun, bukan menjadi seorang pemimpin yang andal. Ying Lan gemar berpesta pora dan menikmati pria. Ia memelihara puluhan pria tampan dalam satu istana, dan menikmati mereka bergantian. Ia mencintai semua pria itu sampai-sa
"Putri Feng Lan!" "Kataku jangan mendekat!" Feng Lan menjerit. "Ternyata apa yang mereka katakan memang benar! Padahal selama ini aku tidak pernah ingin mempercayainya. Mereka selalu mengatakan kau berusaha menggoda kakakku, kau juga turut menjadi salah satu prianya, dan banyak lagi, tapi aku tidak pernah berusaha menggubrisnya. Aku kira aku bisa mempercayaimu. Aku kira kau hanya mencintaiku apapun yang akan terjadi. Ternyata... ternyata..." Setetes air mata jatuh mengaliri pipinya. "Aku memang tidak bisa mempercayaimu..." "Putri Feng Lan, itu semua tidak benar, tolong berikan aku waktu untuk menjelaskan..." "Tidak perlu!" Feng Lan kembali menjerit, bahkan menyentak tangan Yu Shi yang berusaha menyentuhnya. "Jangan sentuh aku! Aku tak mau melihatmu lagi! Pergi! Pergi dari hadapanku, pergi!!!" Yu Shi tergugu. Ia pandangi Feng Lan yang tampak murka, Ying Lan