Semua Bab THE HEIR OF DRAGON: Bab 71 - Bab 80

106 Bab

Chapter 70

     Yu Shi mengamati Lu Hai, dengan putera-puterinya yang masih kecil meringkuk ketakutan dalam pelukan sang ayah yang sibuk menghibur mereka. Kilasan-kilasan memori berputaran di benaknya, semua kilasan yang memperlihatkan penghinaan dan kekejaman yang dilakukan kaisar Chang dan Lu Hai kepada ia dan keluarganya juga termasuk terhadap Feng Lan. Pandangannya berganti ke arah ibundanya yang tewas berlumuran darah. Ia menggenggam pedang kebesarannya erat-erat, tangannya bergetar hebat akan perasaan amarah yang tengah menguasainya.      Saat ini, ia sangat menyetujui kata-kata Tuan Li yang membenarkan tindakan kakeknya bertindak kejam terhadap musuhnya. Ia pun juga akan bertindak sama. Lu Hai dan seluruh keluarganya orang-orang yang telah banyak membuat ia dan keluarganya menderita ini tidak akan ia ampuni, tidak peduli putera-puteri Lu Hai masih sangat kecil dan bahkan sama sekali tidak ada sangkut pautnya dengan segala sepak terjang ayahnya.
Baca selengkapnya

Chapter 71

Tetapi seperti yang telah mereka duga, pihak istana sama sekali tidak merestui pernikahan mereka. Salah seorang bibi kerabat Feng Lan menukas, “Kau bukan hanya  melangkahi kakakmu sendiri, tapi juga memilih seorang Darah Sesat sebagai suamimu. Demi Tuhan, masih banyak pria lain yang jauh lebih baik daripada dia!”     Menyusul komentar-komentar lain yang sejenis dan tak kalah panas, yang memaksa Feng Lan berseru keras, “Pokoknya inilah keputusanku! Tak seorangpun bisa mengubahnya!” Semua orang sampai terdiam karena seruannya yang begitu keras membahana.     Saat itulah, Tuan Li ikut angkat bicara, “Daripada meributkan masalah pernikahan, lebih baik sekarang kita membahas masalah lain yang lebih penting. Yakni mengenai takhta kekaisaran yang masih kosong.”     Kata-katanya segera mendapatkan perhatian penuh. Feng Lan dan Yu Shi yang mengetahui maksud Tuan Li yang sebenarnya membiarkannya  melanjutkan, “Kekaisa
Baca selengkapnya

Chapter 72

     Seruan-seruan itu membuat orang-orang di sekeliling menoleh, dan sebentar kemudian mereka semua segera mengelilingi Yu Shi yang sibuk menyapa mereka satu per satu dengan wajah penuh sukacita.     “Yu Shi... kau mengenal mereka?...” Feng Lan bertanya lambat-lambat.     Sambil tersenyum gembira Yu Shi menjawab, “Mereka adalah para penduduk Desa Kenangan!”     “Penduduk desa yang kauceritakan tempo lalu itu?” Feng Lan langsung tertarik. “Tetapi mengapa sekarang malah berkumpul di sini?”     Mendadak Rong Xun menyeruak muncul. “Aku memberitahukan mereka mengenai segala hal yang tengah kalian hadapi. Mereka tidak terima kau tidak diizinkan mengikuti tes penyeleksian, dan mereka berkeinginan untuk menyampaikan aspirasi mereka pada para pejabat istana.”     “Dan kalau itu masih belum cukup, kami akan menggalang dukungan dari masyarakat lainnya. Kami yakin rakyat
Baca selengkapnya

Chapter 73

     Keesokan paginya, Yu Shi, Feng Lan, Yong Quan, Ying Lan, Zhen Xi dan Xiu Lan berkumpul di Aula Istana. Mereka berdiri berdampingan, dengan tegang memandangi sekelilingnya. Di kiri kanan mereka telah berderet para kerabat istana dan pejabat teras. Yu Shi mengamati Zhen Xi. Ini adalah untuk pertama kalinya ia bertatap muka dengan remaja berusia awal belasan itu. Zhen Xi seorang remaja bertubuh tinggi kurus, berkulit putih susu serta berwajah pucat - rupa yang umum dimiliki cendekiawan yang menghabiskan waktunya di dalam rumah dan jarang terkena panas matahari. Pemuda ini kelihatannya pintar, dan juga licin, nilai Yu Shi dalam hati. Namun tetap masih Yong Quan yang harus aku jadikan pusat perhatian.     Zhen Xi sendiri kadang-kadang mencuri pandang mengamati Yu Shi, namun selalu buru-buru memalingkan wajah saat Yu Shi balik menatapnya. Yu Shi melengos melihat remaja belia yang tampak benci tetapi takut kepadanya itu, lantas ganti melihat ke ara
Baca selengkapnya

Chapter 74

     “Putri Feng Lan!” Yu Shi bergegas bangkit, berlari secepat kilat menuju asal muasal suara tersebut. Betapa terkejutnya ia saat dilihatnya gerombolan berpakaian serta bercadar hitam tengah menculik Feng Lan. Mereka berjumlah sekitar sepuluh orang, Feng Lan jelas tak mampu melepaskan diri dari cengkeraman mereka.       “Siapa kalian?! Beraninya kalian menyerang putri!”      Yu Shi telah siap dengan pedang teracung menantang lawan. Namun alih-alih membalas tantangannya, gerombolan bercadar itu malah berderap menjauh. Langkah mereka cepat sekali. Hanya dalam beberapa detik mereka telah menghilang dari pandangan. Membiarkan Yu Shi hanya dapat berteriak putus asa, “Putri Feng Lan!”     “Ada apa, Yu Shi?! Apa telah terjadi sesuatu?!?” Rong Xun yang telah mendengar jeritan Yu Shi dengan tergopoh-gopoh menghampirinya.     Yu Shi menggigit bibir jengkel. “Ada yang menculik Put
Baca selengkapnya

Chapter 75

     Mereka tiba di Chong Zhou kurang lebih dua jam kemudian, dan kini tengah dengan serius mengamati keadaan sekelilingnya. Yu Shi tertegun melihat Chong Zhou yang tadinya merupakan kota yang biarpun kecil tapi cukup berkembang dan ramai, sekarang telah berubah. Bukan hanya sepi dari lalu lalang orang, tetapi juga berantakan, kacau semrawut. Angin musim dingin berhembus kering meniupkan debu jalan raya yang tebal dan kotor ke wajah mereka. Berkali-kali terbatuk dan bersin-bersin, mereka berdua mengambil sapu tangan dan langsung menangkupkannya menutupi wajah mereka.     “Sepi sekali tempat ini. Rasanya seperti kembali ke masa sebelum Khanate dikuasai Han.” Rong Xun bergumam dengan mulutnya yang tersumpal sapu tangan. “Benar-benar cocok menjadi sarang penyamun!”     Yu Shi menggaruk kulit tangannya yang tiba-tiba saja memerah dan gatal-gatal. Hembusan kencang angin kering musim dingin ditambah sorotan sinar matahari siang ha
Baca selengkapnya

Chapter 76

     Yu Shi sendiri tetap tidak bergeming, dengan tenang  memandangi sang musuh yang menghampirinya sambil menghunus pedangnya tinggi-tinggi. Ia baru mulai bergerak ketika jarak antara mereka berdua telah sangat dekat. Si kepala pasukan menyerang dengan semangat sangat tinggi, sementara Yu Shi menggerakkan badannya ringan saja, seakan sedang menghindari serangan anak kecil. Tadinya ia sempat mengkhawatirkan tangguhnya musuh yang akan dilawan dikarenakan suasana kota yang sangat mencekam sebelumnya, akan tetapi setelah melihat kemampuan sang musuh yang jauh lebih rendah daripadanya, kekhawatirannya hilang seketika.     “Hentikanlah perlawananmu. Kau bukan lawanku,” Yu Shi berkata dengan nada bosan.     Kemarahan si kepala pasukan meledak seketika. “Jangan besar mulut kau!” Ia mengangkat pedangnya tinggi-tinggi, kali ini mengerahkan seluruh kekuatannya untuk menjatuhkan Yu Shi.     Boro-boro terjatuh
Baca selengkapnya

Chapter 77

     Ternyata cukup mudah memasuki Khanate, tidak sesuai dugaan Yu Shi sebelumnya kalau para penjaga perbatasan akan mengadakan pemeriksaan ketat. Mereka cukup mengatakan kalau mereka hendak mengantarkan barang pesanan ke Ulaankhovd, kota di perbatasan terluar Khanate, lalu para penjaga akan mengangguk sekenanya, dan mereka pun berhasil memasuki negeri Khanate.     Yu Shi memperhatikan sekelilingnya. Khanate saat ini ternyata masih sama megah dan majunya dengan Khanate saat masih dalam kekuasaan Han. Ternyata Khan Ganbold cukup pintar juga, tidak seperti Tukhestan yang karena emosi semata lantas menghancurkan peradaban yang mestinya bisa memberi mereka banyak keuntungan, batinnya satir.     “Ulaankhovd masih lebih maju daripada Chong Zhou... Bagaimana kita  tidak melulu kalah dalam melawan Khanate? Bahkan sudah bagus mereka tidak menguasai kita!” Rong Xun melengos pertanda sebal.      Yu Shi ikut m
Baca selengkapnya

Chapter 78

     Entah mengapa bila kita sangat  mengharapkan sesuatu terjadi, maka justru hal itu akan semakin sulit dikabulkan. Padahal di saat biasa hari cepat sekali berganti malam, tapi sekarang mereka menunggu datangnya malam bagaikan menunggu bergantinya hari. Mereka berdua sudah amat gelisah. Hingga akhirnya malam yang ditunggu tiba juga.      Berpakaian hitam dari kepala sampai kaki serta cadar tebal untuk menutupi wajah, mereka berdua berjalan tanpa menimbulkan suara bak kucing namun dengan cepat sekali. Mereka merambati tembok demi tembok, menyusuri kelokan dan jalanan sempit, dan setelah perjuangan yang cukup menyulitkan akhirnya mereka berhasil memasuki Istana Khanate tanpa diketahui penjaga sama sekali.     Yu Shi mengeluarkan peta dalam Istana dan memperhatikannya. “Kita sekarang berada di koridor Sentselg, sementara tempat penyekapan Putri yang kita perkirakan ada di koridor Tengah masih berjarak 1 mili lagi...
Baca selengkapnya

Chapter 79

Mulut Enkhjargal menganga lebar, begitu juga dengan Khan Ganbold. “Apa maksudmu, Han Yu Shi? Kami tidak menyekap putri manapun!”      “Jangan bohong!” Yu Shi mulai mengacungkan pedangnya. “Lepaskan dia, atau aku akan membuat perhitungan dengan kalian!”      “Wah wah... Siapa kiranya yang telah menyebarkan fitnah palsu itu kepadamu? Apa jangan-jangan mata-mata Kishov, yang memang tengah ingin menjatuhkan kita... Dengan cara mengadu domba kita dengan Liang?...” Alis Khan Ganbold berkeriut keheranan.      Enkhjargal menyambung. “Kukatakan sekali lagi kepadamu, kami tidak menyekap Putri Liang Feng Lan ataupun puteri Liang yang manapun juga! Jadi biar kau menghabisi kita sampai mati serta mengobrak-abrik istana ini kau tidak akan dapat menemukannya!”      “Jadi... kalian tidak menahannya?...” Suara Yu Shi kentara sekali sarat akan kekecewaan.      “Tentu saja tidak! Aku mala
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status