Home / Pendekar / THE HEIR OF DRAGON / Chapter 91 - Chapter 100

All Chapters of THE HEIR OF DRAGON: Chapter 91 - Chapter 100

106 Chapters

Chapter 90

     “Ayo, kita pergi sekarang,” kata Yu Shi, sembari tersenyum ceria.      Rong Xun tak dapat menahan rasa penasarannya. “Apa sebetulnya yang tengah kaurencanakan?”      “Mencegah Raja Yerzhan bertindak lebih jauh dari yang seharusnya dia lakukan.”     “Tuan Panglima, kau tenanglah. Ayahku tidak mungkin mencari masalah dengan kalian. Toh kalian telah menyelamatkanku!” kata Shirma.     Yu Shi memandang Shirma. Inilah alasannya mengapa ia tidak bisa menyebutkan apa yang persisnya ia lakukan. Ia kembali tersenyum. “Ya, saya juga sangat mengharapkan demikian.”     “Aku akan memastikannya! Karena kalian adalah penyelamat jiwaku!” Shirma memandang Rong Xun, dan Rong Xun ikut menukas, “Yu Shi, tenanglah. Putri Shirma sudah menjamin kita. Raja Yerzhan pasti akan menjamu kita dengan baik.”     “Tentu saja.” Yu Shi tersenyum. Ia memang tenang, tapi bukan
Read more

Chapter 91

     “Kan sudah kubilang, Raja Yerzhan tidak akan peduli soal budi baik. Karena kakek telah memanfaatkan Putri Tukhestan untuk memadamkan pemberontakan Tukhestan. Jadi ia menganggap aku berbuat sama seperti kakekku, mencoba memikat putrinya untuk mendapat takhta.”      Yu Shi menatap Rong Xun lekat-lekat. Rong Xun sendiri tidak mampu membalas, ia hanya bergumam pendek. “Untung kau meminta bantuan Guru Li...”     Tuan Li ikut berujar. “Begitu kudengar kalian berniat menuju Tukhestan, aku tentu langsung pergi ke sana. Tukhestan jauh lebih berbahaya daripada Khanate ataupun Kishov karena mereka adalah suku bangsa yang paling membenci Han. Apalagi kudengar kalian langsung masuk ke Istana Khestagon.” Ia geleng-geleng kepala.     Karena saat itu mereka ada di kamar yang sepi, Yu Shi berani bertanya blak-blakan. “Guru, sudahlah! Cepat beritahu kami di mana Puteri Feng Lan
Read more

Chapter 92

     Menyelundup keluar dari Istana tidaklah sulit, karena memang Raja Yerzhan telah sengaja mempermudah jalan keluar mereka. Namun Yu Shi dan Rong Xun sama sekali tidak mengira akan hal itu, mereka pikir Putri Shirma-lah yang telah berjasa dalam mencarikan jalan keluar.      Begitu pula dengan perjalanan menuju Rumair. Bahkan telah tersedia dua ekor kuda bagi mereka. Mereka pun dapat tiba lebih cepat di Rumair.     Kuda berhenti berderap. Yu Shi memandangi suasana di sekelilingnya. Ia refleks menggigit bibir. “Inikah Rumair...”     Yang terhampar di hadapannya adalah pemandangan sebuah kota hantu.      Ditambah dengan suasana kelam malam membuat kengerian semakin menjadi-jadi. Kabut tipis samar-samar membaurkan puing-puing yang berdiri di hadapan mereka. Genggaman tangan Yu Shi bergetar. Sementara Shirma refleks menggenggam tangan Rong Xun yang kontan terperangah
Read more

Chapter 93

     Raja Yerzhan terbahak keras. “Hahaha! Roda karma telah berputar! Dosa yang telah diperbuat leluhurmu sekarang telah kembali kepadamu! Han Yu Shi, rasakan kau sekarang!”     Kalimat terakhir sang Raja sekonyong-konyong menyentak Shirma. Ia berpaling, menatap nanar ayahnya. “Ayah... Maksud Ayah siapa sebetulnya yang Ayah benci?...”     “Tentu saja keparat Han Yu Shi!”      “Jadi, yang ayah ingin jebak sebenarnya adalah dia?...” Shirma terpana, kekagetan luar biasa terpancar dari bola matanya. Seketika Yu Shi merasakan keanehan dari mimik gadis itu, dan seketika juga ia mengerti alasannya. Seluruh kronologis ceritanya, juga mengapa Raja Yerzhan bisa berada di sini.     “Raja Yerzhan, rupanya kau menipu Putri Shirma dengan mengatakan bahwa aku berusaha memikat putrimu untuk merebut takhta Tukhestan, membujuknya dengan memberit
Read more

Chapter 94

     Suara itu begitu mengejutkan. Semua orang menolehkan kepala untuk melihat. Dan mereka melihat pemandangan lain. Beberapa prajurit kini berjatuhan dengan panah menancap di bagian tubuh mereka. Prajurit yang tersisa segera mencabut pedang masing-masing, melawan musuh yang baru muncul. Raja Yerzhan berteriak murka.      “Pasukan Liang!” Ia menyembur, matanya terbelalak memandangi Tuan Li yang tengah berdiri di hadapannya dan balas menatapnya tajam. Dan hanya itulah yang bisa dikatakannya, karena pasukan yang ia siapkan masih kalah jumlah dari pasukan Tuan Li.     “Sudah kuduga inilah yang akan terjadi,” Tuan Li berkata perlahan. Dengan cepat ditariknya Yu Shi dan Rong Xun ke arahnya. Lalu, mengacungkan jarinya menunjuk Raja Yerzhan, ia berseru, “Tangkap tua bangka itu! Jangan biarkan ia lolos!”     Kini berganti Raja Yerzhan yang sibuk melarikan diri.
Read more

Chapter 95

     Tuan Li menatap geram sang Perdana Menteri. Namun walaupun ia ingin sekali mengeluarkan emosinya yang telah naik sampai ke ubun-ubun, ia memilih untuk mengujarkan pertanyaannya dengan tenang. "Tuan Perdana Menteri... mengapa Anda tak bilang saja bahwa Anda akan memakai cara licik ini untuk menjatuhkan kami pada akhirnya? Anda sengaja memindahkan Putri Kedua ke tempat lain, dan selagi Yu Shi berputar-putar kebingungan, Anda menyalahi perjanjian dengan mengeluarkan Putri Pertama..."     "Tutup mulut! Sebagai pihak yang kalah, tidak ada satupun dari kalian yang punya hak bicara!" Perdana Menteri mengalihkan pandangan ke arah seorang prajurit. "Seret mereka ke dalam penjara!"     Para prajurit langsung bergerak maju. Namun Rong Xun cepat mengambil tindakan. Disentaknya mereka semua. "Siapapun tidak ada yang boleh menyentuh kami bertiga!" Ia menatap Perdana Menteri Ma dengan marah, "Kalau kalian memakai cara licik untuk me
Read more

Chapter 96

     Malam pun tiba. Bulan purnama yang sangat besar menggantung menghiasi langit, disertai kerlap kemilau jutaan bintang di tatanan galaksi.     Di salah satu rumah di luar kota, di dalam salah satu ruangan rumah tersebut, Feng Lan berdiri di  ambang jendela, menatap keindahan angkasa dalam diam. Dayang yang ditugaskan menjaganya, menatapnya cemas. "Puteri, sudah malam, kebalilah ke kamar dan tidurlah."     "Aku belum mengantuk," Feng Lan menjawab, sinar bulan yang membias di wajahnya membuat roman mukanya nampak lebih sendu dari yang seharusnya.      "Puteri, Anda kurang tidur akhir-akhir ini. Hamba mengerti, Anda mengkhawatirkan Tuan Panglima, tapi..."     "Kau mau bilang kesehatanku lebih penting, seperti yang biasa kau ucapkan?" Feng Lan membalas dengan nada suara tajam. "Dan apakah harus kuulangi lagi; tidak akan ada yang bisa menghilangkan rasa gelisahku kcuali
Read more

Chapter 97

     "Putri Feng Lan!"     "Kataku jangan mendekat!" Feng Lan menjerit. "Ternyata apa yang mereka katakan memang benar! Padahal selama ini aku tidak pernah ingin mempercayainya. Mereka selalu mengatakan kau berusaha menggoda kakakku, kau juga turut menjadi salah satu prianya, dan banyak lagi, tapi aku tidak pernah berusaha menggubrisnya. Aku kira aku bisa mempercayaimu. Aku kira kau hanya mencintaiku apapun yang akan terjadi. Ternyata... ternyata..." Setetes air mata jatuh mengaliri pipinya. "Aku memang tidak bisa mempercayaimu..."     "Putri Feng Lan, itu semua tidak benar, tolong berikan aku waktu untuk menjelaskan..."     "Tidak perlu!" Feng Lan kembali menjerit, bahkan menyentak tangan Yu Shi yang berusaha menyentuhnya. "Jangan sentuh aku! Aku tak mau melihatmu lagi! Pergi! Pergi dari hadapanku, pergi!!!"     Yu Shi tergugu. Ia pandangi Feng Lan yang tampak murka, Ying Lan
Read more

Chapter 98

     Liang dipenuhi sukacita. Pasalnya, pemimpin mereka yang baru telah lahir. Pemimpin yang memberikan nuansa baru bagi mereka, karena beliau berbeda dari generasi sebelum-sebelumnya. Pemimpin Liang sekarang ini berjenis kelamin wanita.     Liang Ying Lan menjadi Kaisar Wanita pertama yang memerintah Liang.     Ying Lan menggeser tradisi Liang, dan berhasil meyakinkan para petinggi Liang bahwa ia - walaupun seorang wanita - namun sangat memenuhi kriteria untuk menjadi seorang pemimpin. Dan tidak dibutuhkan waktu lama untuk itu. Ia memiliki kharisma amat kuat dimana tak seorangpun bisa membantahnya. Ia memang dilahirkan untuk menjadi seorang pemimpin.     Namun, bukan menjadi seorang pemimpin yang andal.     Ying Lan gemar berpesta pora dan menikmati pria. Ia memelihara puluhan pria tampan dalam satu istana, dan menikmati mereka bergantian. Ia mencintai semua pria itu sampai-sa
Read more

Chapter 99

     Itu merupakan gua dalam gunung di negeri yang terisolir. Tenang, hening dan damai. Tiada suara apapun yang akan mengusik. Dan kalaupun terdengar suara, maka itu pastilah suara yang membuat hati tenteram dan bahagia.      Kebahagiaan itulah yang mendorong Feng Lan untuk datang ke tempat itu. Ia memang sudah tahu Negeri Qi adalah negeri yang menutup diri dari Dunia Luar, begitu pula dari kefanaan dan kesengsaraannya. Ia sudah muak akan seluruh kehidupan duniawi. Cita-citanya sebetulnya bukanlah menjadi pertapa, keadaan hidup lah yang memaksanya mengambil jalan ini. Ia sudah pasrah, ia sudah menyerah dalam pergelutannya dengan Takdir.     Takdir tidak mengizinkan aku meraih apa yang aku inginkan.     Bagaimanapun, Ying Lan sendiri memang menyukainya Feng Lan memilih pergi dari Istana. Sementara Xiu Lan mencegahnya mati-matian.     "Kakak, jangan pergi ke Qi! Itu tempat u
Read more
PREV
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status