Semua Bab THE HEIR OF DRAGON: Bab 41 - Bab 50

106 Bab

Chapter 40

    Tangan Yu Shi refleks merogoh pinggangnya. Ia ingin sekali mengambil pedang dan melawan para prajurit, dan segera merasa geram luar biasa ketika tidak mendapatkan pedangnya. Ia lantas menengok kiri kanan, namun tak ada satupun senjata yang bisa digunakannya. Tangannya mengepal kencang. Iapun mengambil keputusan.    Ketika dilihatnya seorang prajurit hendak menebas tubuh seorang nenek renta, Yu Shi pun melemparkan tinjunya, tepat menuju si prajurit. Betapa terkejutnya ia ketika melihat genggaman tangannya seolah berubah transparan, dan menembus tubuh si prajurit begitu saja.    "Sial!!! Apakah tak ada yang bisa kulakukan sama sekali selain menonton mereka membunuhi para penduduk kota?!?" Yu Shi berteriak frustrasi.    "Begitulah. Menyedihkan bukan, keadaan itu?"    Tiba-tiba Yu Shi tidak lagi berada di medan perang, melainkan di sebuah area yang seluruhnya diselimuti kegelapan. Dan walaupun keadaan gela
Baca selengkapnya

Chapter 41

    Gemetaran dan terengah-engah, Yu Shi mendongak, memandangi orang yang kini berdiri di depannya. Pria yang sama dengan potret di aula utama kuil. Saat pria itu muncul, seluruh arwah menjadi tenang, bahkan mereka bersikap takzim dan hormat padanya dengan memberikannya jalan.    Pria itu melangkah maju mendekati Yu Shi, memandanginya lekat-lekat, lalu berkata, "Kau tak akan mengenalku. Karena kakekmu tak akan mungkin menuliskan secuil pun peninggalan tentangku di Sejarah Kekaisaran. Kau tahu kenapa? Karena aku adalah saingan utamanya, baik dalam perebutan takhta negeri Han, maupun takhta Dunia. Ya, aku adalah kakak dari kakekmu. Namaku Han Hao Shi."    Mengetahui yang berdiri di hadapannya ini ternyata adalah kakak dari kakeknya  dan ia berarti harus memanggilnya Paman Kakek, Yu Shi pun segera mengubah sikapnya menjadi bersimpuh, menghaturkan hormat, "Saya sungguh tak menyangka akan dapat bertemu dengan Paman kakek" Suaranya terdenga
Baca selengkapnya

Chapter 42

     Para penduduk desa telah menunggu di depan gerbang Kuil Kesucian Jiwa dengan tegang. Terutama Cao Xun. Ia berjalan mondar-mandir, gelisah tak keruan. Setelah mondar-mandir kira-kira lima belas putaran, ia tidak tahan lagi untuk menumpahkan kegelisahannya, "Kalau sampai terjadi apa-apa dengan Yu Shi, aku tak akan mengampuni kalian semua!"    "Tuan Cao, perlukah kita mendobrak pintu? Untuk sekadar memastikan keadaan Tuan Panglima" Song Qiu bertanya khawatir.    Si kakek maju menyergah, "Kalau sampai kalian berani mendobrak pintu!..." Para anak buahnya langsung mengerti apa yang diinginkan si kakek, mereka segera menghunus pedang masing-masing dan mengarahkannya pada para tetua An Dao Dui.    Para tetua An Dao Dui baru saja akan melayani tantangan duel mereka, ketika pintu kuil tiba-tiba terbuka. Semua orang segera mengarahkan pandangannya. Mereka semua menahan nafas ketika melihat Yu Shi melangkah keluar.&nb
Baca selengkapnya

Chapter 43

    Feng Lan berdiri di hadapannya. Ia muncul sendirian tanpa disertai seorangpun, dan ia berpenampilan bak rakyat jelata, akan tetapi cahaya mentari yang membiasi wajahnya membuat sang Putri memiliki pesona tersendiri yang nampak berbeda saat dengan kesehariaannya dalam istana. Rambutnya yang panjang terurai berkibar dimainkan angin. Saat ia melihat Yu Shi, ia tersenyum lebar. "Yu Shi senang sekali dapat bertemu kembali denganmu"    "Tuan Putri bagaimana Anda bisa berada di sini?..." tanya Yu Shi bingung.    "Ayahku menjodohkanku dengan putera mahkota Chang yang usianya jauh lebih tua dua puluh tahun lebih dariku, aku tidak menyukainya. Karena itulah aku akhirnya melarikan diri dari istana. Pula, aku sangat mengkhawatirkan keadaanmu. Aku lantas mendatangi Madam Chen dan menanyakan perihal keadaanmu padanya. Dan yang membuatku khawatir, katanya kau tengah berada di dalam desa yang kesemua penduduknya sangat mendendam kakekmu. Ia juga bilan
Baca selengkapnya

Chapter 44

    Yu Shi mendapati bahwa kota Bei Hui jauh lebih hidup pada malam hari. Jalan-jalan dipenuhi orang-orang yang ramai berlalu lalang, sebagian besar untuk menikmati keindahan kota pada malam hari. Lampion-lampion berwarna merah kekuningan terang benderang menghiasi langit malam. Di sebelah kiri dan kanan jalan, toko-toko serta teater-teater mewah tampak gemerlapan, seolah mengundang orang-orang untuk masuk ke dalamnya.    Rombongan mereka memasuki teater yang paling besar dan mewah. Di sana orang-orang yang hilir mudik keluar masuk teater terlalu banyak, karenanya mereka tidak menyadari ada salah seorang yang tengah mengawasi mereka. Tubuh orang ini kecil, ramping, dan nampaknya dapat meliuk-liuk lincah bagaikan ular. Kedua bola matanya sipit dan berpupil kecil, persis ular. Dan kedua bola mata itu berkilat tajam saat melihat salah seorang di antara rombongan tersebut. Bibirnya menyunggingkan senyum sinis. Tampaknya ia senang sekali, walau demikian ia memi
Baca selengkapnya

Chapter 45

    "Maafkan aku, Yu Shi. Sungguh tak kusangka hanya segini rendah mutu dari teater terbaik di negeri Chang. Kalau tahu begini, aku tak akan membawamu menonton di sini." Berulang kali Feng Lan menuturkan perkataan itu. Ia memang tampak sangat menyesal.    "Bukan salah Anda, Putri. Justru dengan menonton pertunjukan tadi, saya pun menjadi mengerti satu lagi pemikiran bangsa lain mengenai kakek saya..." Yu Shi berujar, suaranya agak tersendat. "Rupanya mereka sangat membenci kakek saya. Dalam bayangan mereka, kakek adalah seorang penguasa buruk rupa pula pikiran, yang hanya ingin menjajah serta menyengsarakan seluruh dunia..."    "Mereka hanya berusaha hiperbolis agar karya seni mereka menarik perhatian orang. Rakyat Chang juga bodoh, mau-mau saja dibodohi dengan karya murahan itu. Mereka tidak tahu Kaisar Han Ming Shi yang sesungguhnya berparas sangat tampan, bahkan jauh lebih tampan dari aktor teater tertampan yang dapat mereka cari... Mer
Baca selengkapnya

Chapter 46

Istana Yuan terletak di kota Mei Xiang, kota yang paling indah di seantero Chang bahkan seluruh dunia. Kota itu terkenal akan pemandangan pegunungannya yang indah memukau. Dataran rendah Mei Xiang dikitari oleh lembah dan pegunungan, di mana lembah dan pegunungan tersebut dipisahkan oleh jurang yang luas dan dalam seakan tak berdasar, dan banyak menguarkan kabut putih tebal, yang selanjutnya memberikan tampilan sensasi seolah mereka tengah berada di alam khayangan, dan saat mereka menengok ke bawah jurang, mereka seakan tengah menengok dunia manusia.     Keindahan kota Mei Xiang yang seakan mengandung aura mistikal itulah yang mendorong Kaisar Han Ming Shi untuk memilihnya, dan selanjutnya membangun Istana Yuan. Ia berniat mempersembahkan istana itu untuk permaisurinya, Ming Yan Xu. Istana Yuan sendiri dirancang dengan perencanaan yang sangat detail sehingga memerlukan waktu cukup lama untuk menyelesaikannya. Ironisnya, istana itu baru selesai dibangun ketika sa
Baca selengkapnya

Chapter 47

Darah Yu Shi seolah tersirap saat menatap serdadu yang tengah menghunus pedang tepat ke arahnya itu. Si serdadu sendiri menyeringai meremehkan, “Jadi, rupanya kaulah mantan pangeran Han yang tengah dicari-cari di seluruh dunia itu? Sungguh suatu kehormatan besar dapat bertemu denganmu di sini untuk memenggal kepalamu!”      Mata Yu Shi yang membelalak lebar kini sibuk mengamati si serdadu. Lelaki gagah yang kelihatannya berusia awal empat puluhan ini tampak lain dengan serdadu lainnya, dengan pakaian militernya yang mewah bersulam lukisan naga disertai dengan mahkota kecil yang menghiasi kepalanya. Ia berujar dingin, “Juga sungguh suatu kehormatan bagi saya dapat bertemu dengan Yang Mulia Putera Mahkota dari negeri Chang.”      Bola mata Feng Lan yang telah melebar karena ketakutan kini membelalak semakin lebar, sementara si pria terbahak keras. “Hahaha! Rupanya kau benar-benar keturunan bangsawan seja
Baca selengkapnya

Chapter 48

     “Putri Feng Lan, kau adalah milikku! Karenanya tidak sepantasnya kau membelanya!”     Yu Shi tak pelak sangat terkejut melihat Feng Lan telah berada dalam genggaman Lu Hai. Bola matanya melebar menyaksikan sang putera mahkota Chang mendekap gadis yang dicintainya itu dengan amat mesra, bahkan wajah mereka sudah sangat berdekatan dan sebentar lagi bibir mereka akan saling bersentuhan... Tiba-tiba ia dapat melihat kembali mimpi buruknya saat terkurung dalam Kuil Kesucian Jiwa terputar kembali di hadapannya.      Apakah ini juga hukum karma yang menimpaku... Hukum karma karena kakek telah memanfaatkan gadis yang sangat disayangi musuhnya untuk menjebaknya... Dan sekarang Langit sedang membalaskannya kepadaku...     Ya Langit, itu semua salah kakek, bukan salahku... Tapi mengapa Kau tega membalaskan semua kesalahannya padaku...     Apa salahku pada Mu?     “Lepaskan ak
Baca selengkapnya

Chapter 49

     Dan tiba-tiba saja ia mendengar kata-kata itu bergaung di telinganya.     Setiap pasukan, setiap individu, betapapun kuatnya dia, pasti memiliki kelemahan...     Kau harus mencari kelemahan itu!     Sembari berjuang keras menandingi serangan Lu Hai, Yu Shi mengamati sang lawan, berusaha menangkap kelemahannya. Dilihatnya sang Putera Mahkota Chang sangat terampil dalam memainkan pedang, pula memiliki tenaga fisik yang amat dashyat... Namun tampaknya ia tak tahu bagaimana cara mengendalikan chi. Ia lantas teringat akan Tuan Sun He Xian yang dulu pernah mengajarinya ilmu tentang aliran energi-chi. Sang Guru Besar menyebutkan bahwa tubuh manusia, bahkan seluruh alam semesta, dibentuk oleh sekumpulan partikel tak kasat mata yang disebut chi - energi. Partikel energi ini beraktivitas secara normal, akan tetapi bila kita tahu cara untuk mengendalikannya, kita akan dapat memompanya bahkan melebihi batas di luar dug
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
11
DMCA.com Protection Status