Yu Shi mendapati bahwa kota Bei Hui jauh lebih hidup pada malam hari. Jalan-jalan dipenuhi orang-orang yang ramai berlalu lalang, sebagian besar untuk menikmati keindahan kota pada malam hari. Lampion-lampion berwarna merah kekuningan terang benderang menghiasi langit malam. Di sebelah kiri dan kanan jalan, toko-toko serta teater-teater mewah tampak gemerlapan, seolah mengundang orang-orang untuk masuk ke dalamnya.
Rombongan mereka memasuki teater yang paling besar dan mewah. Di sana orang-orang yang hilir mudik keluar masuk teater terlalu banyak, karenanya mereka tidak menyadari ada salah seorang yang tengah mengawasi mereka. Tubuh orang ini kecil, ramping, dan nampaknya dapat meliuk-liuk lincah bagaikan ular. Kedua bola matanya sipit dan berpupil kecil, persis ular. Dan kedua bola mata itu berkilat tajam saat melihat salah seorang di antara rombongan tersebut. Bibirnya menyunggingkan senyum sinis. Tampaknya ia senang sekali, walau demikian ia memi
"Maafkan aku, Yu Shi. Sungguh tak kusangka hanya segini rendah mutu dari teater terbaik di negeri Chang. Kalau tahu begini, aku tak akan membawamu menonton di sini." Berulang kali Feng Lan menuturkan perkataan itu. Ia memang tampak sangat menyesal. "Bukan salah Anda, Putri. Justru dengan menonton pertunjukan tadi, saya pun menjadi mengerti satu lagi pemikiran bangsa lain mengenai kakek saya..." Yu Shi berujar, suaranya agak tersendat. "Rupanya mereka sangat membenci kakek saya. Dalam bayangan mereka, kakek adalah seorang penguasa buruk rupa pula pikiran, yang hanya ingin menjajah serta menyengsarakan seluruh dunia..." "Mereka hanya berusaha hiperbolis agar karya seni mereka menarik perhatian orang. Rakyat Chang juga bodoh, mau-mau saja dibodohi dengan karya murahan itu. Mereka tidak tahu Kaisar Han Ming Shi yang sesungguhnya berparas sangat tampan, bahkan jauh lebih tampan dari aktor teater tertampan yang dapat mereka cari... Mer
Istana Yuan terletak di kota Mei Xiang, kota yang paling indah di seantero Chang bahkan seluruh dunia. Kota itu terkenal akan pemandangan pegunungannya yang indah memukau. Dataran rendah Mei Xiang dikitari oleh lembah dan pegunungan, di mana lembah dan pegunungan tersebut dipisahkan oleh jurang yang luas dan dalam seakan tak berdasar, dan banyak menguarkan kabut putih tebal, yang selanjutnya memberikan tampilan sensasi seolah mereka tengah berada di alam khayangan, dan saat mereka menengok ke bawah jurang, mereka seakan tengah menengok dunia manusia. Keindahan kota Mei Xiang yang seakan mengandung aura mistikal itulah yang mendorong Kaisar Han Ming Shi untuk memilihnya, dan selanjutnya membangun Istana Yuan. Ia berniat mempersembahkan istana itu untuk permaisurinya, Ming Yan Xu. Istana Yuan sendiri dirancang dengan perencanaan yang sangat detail sehingga memerlukan waktu cukup lama untuk menyelesaikannya. Ironisnya, istana itu baru selesai dibangun ketika sa
Darah Yu Shi seolah tersirap saat menatap serdadu yang tengah menghunus pedang tepat ke arahnya itu. Si serdadu sendiri menyeringai meremehkan, “Jadi, rupanya kaulah mantan pangeran Han yang tengah dicari-cari di seluruh dunia itu? Sungguh suatu kehormatan besar dapat bertemu denganmu di sini untuk memenggal kepalamu!” Mata Yu Shi yang membelalak lebar kini sibuk mengamati si serdadu. Lelaki gagah yang kelihatannya berusia awal empat puluhan ini tampak lain dengan serdadu lainnya, dengan pakaian militernya yang mewah bersulam lukisan naga disertai dengan mahkota kecil yang menghiasi kepalanya. Ia berujar dingin, “Juga sungguh suatu kehormatan bagi saya dapat bertemu dengan Yang Mulia Putera Mahkota dari negeri Chang.” Bola mata Feng Lan yang telah melebar karena ketakutan kini membelalak semakin lebar, sementara si pria terbahak keras. “Hahaha! Rupanya kau benar-benar keturunan bangsawan seja
“Putri Feng Lan, kau adalah milikku! Karenanya tidak sepantasnya kau membelanya!” Yu Shi tak pelak sangat terkejut melihat Feng Lan telah berada dalam genggaman Lu Hai. Bola matanya melebar menyaksikan sang putera mahkota Chang mendekap gadis yang dicintainya itu dengan amat mesra, bahkan wajah mereka sudah sangat berdekatan dan sebentar lagi bibir mereka akan saling bersentuhan... Tiba-tiba ia dapat melihat kembali mimpi buruknya saat terkurung dalam Kuil Kesucian Jiwa terputar kembali di hadapannya. Apakah ini juga hukum karma yang menimpaku... Hukum karma karena kakek telah memanfaatkan gadis yang sangat disayangi musuhnya untuk menjebaknya... Dan sekarang Langit sedang membalaskannya kepadaku... Ya Langit, itu semua salah kakek, bukan salahku... Tapi mengapa Kau tega membalaskan semua kesalahannya padaku... Apa salahku pada Mu? “Lepaskan ak
Dan tiba-tiba saja ia mendengar kata-kata itu bergaung di telinganya. Setiap pasukan, setiap individu, betapapun kuatnya dia, pasti memiliki kelemahan... Kau harus mencari kelemahan itu! Sembari berjuang keras menandingi serangan Lu Hai, Yu Shi mengamati sang lawan, berusaha menangkap kelemahannya. Dilihatnya sang Putera Mahkota Chang sangat terampil dalam memainkan pedang, pula memiliki tenaga fisik yang amat dashyat... Namun tampaknya ia tak tahu bagaimana cara mengendalikan chi. Ia lantas teringat akan Tuan Sun He Xian yang dulu pernah mengajarinya ilmu tentang aliran energi-chi. Sang Guru Besar menyebutkan bahwa tubuh manusia, bahkan seluruh alam semesta, dibentuk oleh sekumpulan partikel tak kasat mata yang disebut chi - energi. Partikel energi ini beraktivitas secara normal, akan tetapi bila kita tahu cara untuk mengendalikannya, kita akan dapat memompanya bahkan melebihi batas di luar dug
Terpaksa Yu Shi mengikuti saran Song Qiu. Iapun cepat-cepat berlari menembus pagar tanaman, keluar dari Istana Yuan. Mereka berdua dapat melarikan diri tanpa halangan karena Song Qiu serta para Tetua An Dao Dui lainnya melaksanakan tugas mereka dengan sangat baik. Dan setelah kurang lebih setengah jam perjalanan, sampailah mereka di halaman losmen tempat mereka menginap. Feng Lan menghembuskan nafas lega, sementara Yu Shi sibuk memikirkan kata-kata Song Qiu. “Yu Shi... nampaknya kau masih meresahkan sesuatu...” Feng Lan cepat tanggap akan gurat kekhawatiran yang ditampilkan mimik wajah Yu Shi. “Kata Song Qiu, Kakak Xun adalah seorang pengkhianat... Ini sungguh tak bisa kupercaya. Aku dan Kakak Xun bagaikan saudara sekandung, kita telah melewati masa susah dan senang bersama-sama, dan senantiasa saling membantu jika yang lain tertimpa kesusahan... Tapi mana mungkin Song Qiu berbohong, kan?...” Te
Satu senti lagi dan pedang akan menebas leher Cao Xun, ketika Song Qiu muncul dan mencegah Raja Ular Emas mengeksekusi pemuda itu. “Bagus sekali, Tuan Cao! Walaupun kau dulu mengkhianati Tuan Han, namun dosamu kini lunas terbayar dengan ikrarmu tadi.” “Kau!...” Raja Ular Emas menggerung marah, betapapun ia sadar ia tak mampu menang melawan Song Qiu. Dalam waktu beberapa menit ia berhasil memaksa musuhnya terpaksa melarikan diri, disertai jeritan, “Ingat! Ini belum selesai!” Pandangan Song Qiu beralih kepada Cao Xun yang kini menundukkan kepala dalam-dalam. “Bagus sekali. Ternyata dugaanku sangat tepat, kau merupakan seorang yang meiliki nilai heroisme sangat tinggi, berani menebus dosamu sendiri. Aku salut.” Cao Xun sendiri masih menundukkan kepalanya, bergumam gamang yang ditujukan kepada Yu Shi. “Maafkan aku Yu Shi, dan juga kawan-kawan sekalian, atas segala kesalahan yang k
Baik Tuan Li maupun Puteri Lin Shi menyarankan hal yang sama kepada Yu Shi, agar ia segera keluar dari Chang. Tuan Li menyarankannya untuk pergi ke Pheu-Kam, sebab ia memiliki seorang kerabat dekat yang tinggal di sana. Tuan Li sendiripun kini telah berada di rumah kerabatnya, melarikan diri dari kejaran Kaisar Liang. Dan kali ini juga, Feng Lan ingin mengikuti Yu Shi ke Pheu-Kam. Sang Putri berujar mantap, “Aku akan mengikutimu ke manapun kau pergi.” “Putri... Bukan maksudku tidak ingin membawamu ikut serta, tetapi tidak semestinya Putri mengikutiku. Karena tempatmu yang seharusnya adalah di Liang. Di Istana.” Feng Lan mendesah. “Bila aku kembali ke sana, maka itu artinya aku menyetujui dijodohkan dengan Lu Hai. Dan kau tahu sendiri aku tak mencintainya. Aku...” Ia tidak melanjutkan kalimatnya, namun Yu Shi dapat menebak apa yang ingin gadis itu ucapkan. “Bagaimanapun, kau adalah seorang put
Yu Shi menoleh ke arah Rong Xun. Sahabatnya mengangguk kecil. Walaupun tidak terucapkan kata-kata, namun pandangannya telah mengucapkan ribuan kata yang tak terungkap dengan teramat jelas. Yu Shi menengadahkan wajahnya, menegakkan tubuhnya, dan keluar dari tempat persembunyiannya, berjalan tepat menuju Tuan Li dan Feng Lan yang tak ayal sangat terkejut melihat kedatangannya. Feng Lan sampai terbelalak lebar. Sementara Tuan Li berdehem, dan pelan-pelan meninggalkan tempat mereka tanpa suara. Keadaan menjadi sangat hening. Mereka berdua hanya saling berhadapan tanpa berucap sepatah katapun. Sinar bulan berkedip, cahayanya menjadi lebih terang semenjak awan bergeser menjauhinya. Yu Shi mendehem. "Putri Feng Lan... aku telah mendengar seluruh percakapanmu dengan Guru Li..." Muncul semburat merah menghiasi pipi Feng Lan. "Ak
"Guru! Ini bukan soal dendam pribadi! Mereka adalah tawanan negara!" Rong Xun memotong. "Aku tidak sedang bicara padamu!" Rong Xun tergugu. "Tetapi kepadamu, Yu Shi. Walaupun kau kaisar, namun kau tetaplah muridku. Karenanya aku harus membimbingmu." Yu Shi hanya diam membisu. "Kakekmu adalah seorang yang terus menyimpan amarah masa lalu dan penderitaan yang tak bisa ia ungkapkan. Karenanyalah, ia bertindak sadis dan semena-mena terhadap orang lain. Karena ia tidak bisa memaafkan dunia dan masa lalunya. Tapi, walaupun ia telah meraih banyak kesuksesan, apakah ia bahagia? Tidak, ia selalu menderita. Makanya ia sangat menyesali mengapa tak daridulu ia membuang semua dendam dan amarahnya, dan saat ia ingin melakukannya, kematian telah menunggunya. Yu Shi, tahukah kau? Kau yang sekarang sama dengan kakekmu! Kau dikuasai amarah dan dendam! Padahal kakekmu mengharapkan keturunannya menjadi
Di pihak lain, di dalam sel. Ternyata Xiu Lan telah masuk ke sana. Setelah seharian ia berpikir, hanya ia sendiri yang menjalani hidup bahagia dan tenteram sementara keluarganya yang lain akan menjalani hukuman mati, ia merasa sangat resah. Ternyata Xiu Lan merupakan anak yang baik, hanya perilakunya saja yang memang kurang matang, namun hatinya sungguh baik. Ia pun menyusup masuk ke dalam sel, dan menuntut untuk ikut menjalani eksekusi bersama. Ying Lan sampai menangis terharu dan memeluknya erat-erat. "Kakak, jangan menangis. Kau membuatku sedih," kata Xiu Lan. Ying Lan mengusap airmatanya. "Kalau saja aku tahu akan jadi begini, aku akan baik-baik terhadapmu!..." Saat itulah Feng Lan tiba. Ia juga tercegang melihat keberadaan Xiu Lan. Di pihak lain, orang-orang dalam sel juga sama tercegangnya saat melihatnya. "Feng Lan, kau juga sama seperti kami?..." Ying Lan bertanya tak percaya
Mereka kini berjalan menyusuri istana, aula istana, lorong-lorong, taman dalam... dan mereka semuanya diam, hening. Feng Lan meremas jari-jari tangannya. Perjalanan yang mereka tempuh sungguh panjang, sebelum mereka tiba di akhir perjalanan mereka; Paviliun Shu Ling. Dikelilingi taman yang indah, Paviliun Shu Ling merupakan paviliun yang amat asri dan rindang. Seharusnya senantiasa terjadi percakapan yang menyenangkan hati di sana, namun kali ini suasananya berbeda - suasana yang dipenuhi ketegangan. Feng Lan meremas tangannya kuat-kuat. Ia pandangi Yu Shi yang masih tetap berjalan di depannya dan memunggunginya walaupun mereka telah sampai di tempat tujuan, sangat lama. Dan ketika Yu Shi membalikkan tubuhnya, Feng Lan dapat melihat ekspresi wajahnya yang sayu dan sendu. Feng Lan menggigit bibir. Ia sangat terkejut melihat raut wajah sang kaisar muda, yang kini banyak dipenuhi kerut, dan terdapat lingkar
Penyerangan Han ke Liang tidak memakan waktu lama. Sudah sangat terlambat bagi Liang untuk mempersiapkan diri. Walaupun kini Ying Lan bekerja ekstra keras untuk menutupi kegagalannya, ia tetap harus menerima bahwa, hanya dalam kurun waktu tiga minggu pintu gerbangnya telah dibuka dan para prajurit musuhpun dapat dengan mudah meringkus para anggota kerajaan. Termasuk pula Feng Lan. Feng Lan memang datang di saat yang tidak tepat. Saat ia tiba di istana bersamaan dengan saat ketibaan para prajurit Han. Otomatis ia ikut tertangkap. Tapi tak apa. Aku jadi bisa bertemu dengan Yu Shi, pikirnya saat berada dalam kereta tawanan. "Kakak... aku takut..." Di sebelahnya, Xiu Lan berkata, tangannya yang gemetaran hebat memegang erat tangan kakaknya. Feng Lan mengusap rambut adiknya. "Tenanglah. Ada kakak di sampingmu..." &
"Kabar baik, Paduka! Song telah kita kuasai!" Komandan Besar Rong Xun memberi laporan. Duduk di singgasana, Yu Shi mengangguk. "Bagus," jawabnya singkat. Kini, ia memang terkenal suka memberikan jawaban singkat. Jangan mengharapkan jawaban panjang darinya. Rong Xun melanjutkan, "Dan kini kami tengah mengarah ke sasaran terakhir kita - Liang." Seluruh menteri di aula yang sangat luas itu mendesah, bergairah. Pula mereka tahu bahwa menaklukkan Liang adalah harapan terbesar pemimpin mereka. Ketika Liang ditaklukkan, maka Han akan mengulang kejayaannya menguasai dunia seperti dahulu kala. Tidak sesuai dengan dugaan orang-orang, mimik Yu Shi sama kakunya dengan sebelumnya. "Laksanakan," katanya pendek. "Perintah dari Paduka Yang Mulia, Laksanakan!" Rong Xun berseru. Setiap orang pun langsung masuk ke posnya masing-masing, siap be
Itu merupakan gua dalam gunung di negeri yang terisolir. Tenang, hening dan damai. Tiada suara apapun yang akan mengusik. Dan kalaupun terdengar suara, maka itu pastilah suara yang membuat hati tenteram dan bahagia. Kebahagiaan itulah yang mendorong Feng Lan untuk datang ke tempat itu. Ia memang sudah tahu Negeri Qi adalah negeri yang menutup diri dari Dunia Luar, begitu pula dari kefanaan dan kesengsaraannya. Ia sudah muak akan seluruh kehidupan duniawi. Cita-citanya sebetulnya bukanlah menjadi pertapa, keadaan hidup lah yang memaksanya mengambil jalan ini. Ia sudah pasrah, ia sudah menyerah dalam pergelutannya dengan Takdir. Takdir tidak mengizinkan aku meraih apa yang aku inginkan. Bagaimanapun, Ying Lan sendiri memang menyukainya Feng Lan memilih pergi dari Istana. Sementara Xiu Lan mencegahnya mati-matian. "Kakak, jangan pergi ke Qi! Itu tempat u
Liang dipenuhi sukacita. Pasalnya, pemimpin mereka yang baru telah lahir. Pemimpin yang memberikan nuansa baru bagi mereka, karena beliau berbeda dari generasi sebelum-sebelumnya. Pemimpin Liang sekarang ini berjenis kelamin wanita. Liang Ying Lan menjadi Kaisar Wanita pertama yang memerintah Liang. Ying Lan menggeser tradisi Liang, dan berhasil meyakinkan para petinggi Liang bahwa ia - walaupun seorang wanita - namun sangat memenuhi kriteria untuk menjadi seorang pemimpin. Dan tidak dibutuhkan waktu lama untuk itu. Ia memiliki kharisma amat kuat dimana tak seorangpun bisa membantahnya. Ia memang dilahirkan untuk menjadi seorang pemimpin. Namun, bukan menjadi seorang pemimpin yang andal. Ying Lan gemar berpesta pora dan menikmati pria. Ia memelihara puluhan pria tampan dalam satu istana, dan menikmati mereka bergantian. Ia mencintai semua pria itu sampai-sa
"Putri Feng Lan!" "Kataku jangan mendekat!" Feng Lan menjerit. "Ternyata apa yang mereka katakan memang benar! Padahal selama ini aku tidak pernah ingin mempercayainya. Mereka selalu mengatakan kau berusaha menggoda kakakku, kau juga turut menjadi salah satu prianya, dan banyak lagi, tapi aku tidak pernah berusaha menggubrisnya. Aku kira aku bisa mempercayaimu. Aku kira kau hanya mencintaiku apapun yang akan terjadi. Ternyata... ternyata..." Setetes air mata jatuh mengaliri pipinya. "Aku memang tidak bisa mempercayaimu..." "Putri Feng Lan, itu semua tidak benar, tolong berikan aku waktu untuk menjelaskan..." "Tidak perlu!" Feng Lan kembali menjerit, bahkan menyentak tangan Yu Shi yang berusaha menyentuhnya. "Jangan sentuh aku! Aku tak mau melihatmu lagi! Pergi! Pergi dari hadapanku, pergi!!!" Yu Shi tergugu. Ia pandangi Feng Lan yang tampak murka, Ying Lan