Yu Shi baru hendak membalikkan tubuhnya ketika melihat Enkhjargal sekali lagi mengayunkan pedangnya. Seketika otaknya merasakan sesuatu yang tidak beres dari gerakan sang lawan. Rasa-rasanya aku pernah melihat rentetan gerakannya... Semua gerakan pedangnya sungguh sangat familiar... Ah! Benar juga! Ini jurus yang dulu pernah diperagakan Guru Erdenet! Erdenet adalah salah satu guru asing yang diminta Tuan Li untuk mengajar Yu Shi.
Bibir Yu Shi melengkungkan senyum yang sangat lebar. Ia mengayunkan pedangnya, melancarkan jurus-jurus pedang yang benar-benar persis sama dengan jurus Enkhjargal. Membuat sang jenderal kawakan kontan terbelalak terkejut. “Kau! Bagaimana kau juga bisa memperagakan jurus ini?!...”
“Tentu saja. Karena Master Erdenet telah mengajarkan ini padaku!” Yu Shi tersenyum semakin lebar.
“Bagaimana mungkin kau mengenal Master Erdenet?!? Dia
“Seharusnya Yu Shi telah berhasil menaklukkan Khanate.” Tepat setelah Tuan Li selesai berujar, Si Perak terbang ke arahnya lalu memberikan surat yang ditulis oleh Yu Shi. Waha Tuan Li berubah sumringah. “Anak-anak itu telah berhasil melakukannya.” Di sampingnya, Song Qiu bernafas lega. “Padahal saya sempat khawatir. Menyerang Istana Khanate seorang diri... Siapapun tidak akan bisa! Tapi benar-benar tidak dinyana, Tuan Han berhasil melakukannya!...” “Ya. Kau benar-benar sangat menentang usulanku pada mulanya. Tapi sekarang kau pun telah melihat, aku tidak mungkin salah memperhitungkan. Bahkan sekarang, dengan berhasil menaklukkan Khanate, Yu Shi telah berhasil satu langkah mendahului para saingannya yang bahkan masih kebingungan meniti jalan awal.” Tuan Li memandang ke luar jendela. Awan-awan putih keabuan bergulung-gulung sembari
“Kalau begitu, kau tidak boleh pergi bersama kami!” “Tapi aku ingin pergi bersama kalian!” Bola mata si anak berkilat-kilat. “Aku tahu tujuan kalian adalah Klasnyvyska. Aku sungguh ingin pergi ke sana! Aku... ingin menyelidiki perihal kematian adikku!” “Nak... Kalau mendengar penuturan ibumu, Klasnyvyska adalah tempat yang berbahaya. Kau masih kecil, aku takut terjadi apa-apa denganmu...” Sergeyev membuka kopiahnya, lantas mengeluarkan sesuatu dari sana, mengutak-utiknya sebentar, dan menyabetkannya secepat kilat ke hadapan Yu Shi dan Rong Xun, yang karena kaget, langsung melompat ke belakang dan, karena naluri mereka sebagai tentara militer, langsung menghunus pedang masing-masing. Karena ternyata benda yang disabetkan Sergeyev adalah sebuah pedang. “Kakak-kakak mohon jangan meremehkanku. Wa
Ketika mereka melanjutkan perjalanan esok harinya, jarak mereka menuju Klasnyvyska sudah sangat dekat. Hanya dibutuhkan lima belas menit sebelum mereka mencapai garis terluar Klasnyvyska. Walaupun situasi yang mereka hadapi tidak seperti dugaan Yu Shi. “Mengapa tidak ada bahkan seorangpun pengawal di sini?” Yu Shi bertanya keheranan. “Mereka bersembunyi. Tapi begitu kita melewati garis ini,” Sergeyev menunjuk coretan garis merah membujur panjang di tanah. “Maka akan ada puluhan anak panah menyerbu kita.” “Hm, menarik. Biar kucoba.” Rong Xun tanpa ragu menginjak garis merah tersebut. Sergeyev membelalak ketakutan, sementara Yu Shi memandangi dengan khawatir. Baru sedetik Rong Xun menginjak garis perbatasan, suara desingan memecah angin segera terdengar. Rong Xun telah siap. Dengan cekatan ia mengelak, menghinda
Si wanita melompat. Gerakannya sangat gemulai. Dan rambut panjang yang menutupi dadanya berkibar, serta merta mulai membuka singkapannya. Yu Shi dan Rong Xun menahan nafas. Jantung mereka berdebar keras. Sebentar lagi mereka akan melihat buah dada wanita itu..... ... Yang ternyata datar. Tapi sebelum Yu Shi sempat bahkan mengucapkan sepatah katapun, si “wanita” telah menubrukkan dirinya merangkul Yu Shi erat-erat. “Kau pria!!! Tapi mengapa kau bersikap begini?!?” Yu Shi berseru sambil berusaha melepaskan diri dari dekapannya. “Betul, aku pria. Tapi jiwaku adalah wanita. Sebetulnya wajahku pun juga wajah wanita tulen, bahkan jauh lebih cantik daripada mereka, hanya saja aku tak memiliki organ intim yang mereka punyai... Tapi, bukankah kau tertarik padaku? Jangan malu-malu, akuilah. Aku pun juga tertarik padamu...”
“Lepaskan Yu Shi!!!” Tiba-tiba saja Rong Xun telah berada di belakang Ivan, dengan cepat menghajar tengkuknya. Terhuyung lemas, Ivan jatuh ke samping. Yu Shi sendiri berusaha keras melepaskan dirinya dari cengkeraman para prajurit. Usahanya berhasil. Memastikan dirinya telah bebas, ia menarik pedangnya, dan bersama-sama Rong Xun terlibat dalam pertempuran riuh di Klasnyvyska. “Cepat keluarkan Puteri! Atau kami habisi kalian semua!” Yu Shi berseru, pedangnya menebas dua orang sekaligus. “Sialan!” Ivan turut mengangkat pedangnya. Suasana benar-benar sangat riuh. Yu Shi dan Rong Xun juga mulai kewalahan, karena jumlah prajurit Kishov seakan tidak ada habis-habisnya. Dan Ivan sendiri ternyata sangat andal dalam pertarungan. “Rasanya kita harus gunakan Strategi ke-36!” Rong Xun berseru frustrasi. Yu Shi
Kamar tidur Putera Mahkota Ivan terletak di lantai tiga Menara Timur. Sangat luas dan indah, dan didesain dengan nuansa yang apik, yang menyiratkan sang Pangeran memiliki selera sangat tinggi dalam desain dan artistik. Dalam hati Yu Shi bergumam, Hanya orang seperti Ivan yang mau bersusah payah mendesain kamarnya seartistik ini. Kalau aku, aku tak akan mau capek-capek begini, bagaimanapun aku harus menangani banyak urusan lain yang lebih penting. Yah... tapi setiap orang memang berbeda-beda! Yu Shi memandang sekelilingnya dengan gelisah. Bagaimanapun, Ivan membuatnya menanti terlalu panjang. Pangeran muda itu berkata ia ingin membersihkan diri supaya terlihat menarik di mata Yu Shi. Yu Shi sendiri tidak peduli seberapa menarik Ivan, yang ia pedulikan adalah menyelesaikan masalah ini secepatnya. Dan itu berarti, menghadapi Ivan secepatnya. Akhirnya, pintu terbuka. Keluarlah Ivan dari kamar mandi, tubuhnya hanya
Yu Shi menengadah. Tatapannya kembali menerawang. “Kakak Xun, bila kakek adalah aku saat ini, kau rasa, apakah yang akan ia lakukan?” Rong Xun hanya bisa membalasnya dengan tatapan hampa lantaran ia tidak mampu menjawab pertanyaan Yu Shi. Yu Shi sendirilah yang menjawab, “Itu tidak mungkin terjadi... Sebab kakek telah mampu mengantisipasi segala kemungkinan. Lain denganku yang terlalu mudah terpancing emosi ini.” Menyadari keputusasaan tengah melibat sahabatnya, Rong Xun berujar, “Aku yakin, kakekmu tetap akan melakukan hal yang sama denganmu. Karena yang tengah diculik adalah seseorang yang amat disayanginya. Siapapun dia, bila orang yang paling disayanginya direnggut dari sisinya, pasti akan berusaha untuk menyelamatkannya. Itu adalah pemikiran yang wajar dimiliki oleh seluruh manusia, Yu Shi. Pemikiran yang wajib dimiliki seorang pemimpin sejati. Kasih sayang. Dengan kasi
Yu Shi menarik nafas panjang. “Jangan kaukira hanya dirimu yang sengsara dan menderita. Semua orang memiliki kesusahan dan penderitaannya masing-masing. Kau tak tahu, aku dulu dibuang ke Yitmaiszk sebagai budak selama sembilan tahun sebelum akhirnya aku berhasil melarikan diri. Kau tentu tak mengerti bagaimana rasanya menjadi budak, harus bekerja siang dan malam walau tubuhmu sudah kelelahan, dan selalu dihina serta dimaki seakan kau sederajat dengan binatang...” Dan, bagaimana rasanya dihina karena dosa leluhurmu serta darah yang mengalir di dalam tubuhmu... Ivan berbisik lemah, “Aku memang pernah dengar akan kisahmu...” “Tapi aku tak pernah merasa pantas berbahagia di atas penderitaan orang lain, walaupun sekarang aku mempunyai kekuasaan yang cukup untuk membalas dendam pada orang-orang yang telah membuatku menderita.” Yu Shi menatap Ivan
Yu Shi menoleh ke arah Rong Xun. Sahabatnya mengangguk kecil. Walaupun tidak terucapkan kata-kata, namun pandangannya telah mengucapkan ribuan kata yang tak terungkap dengan teramat jelas. Yu Shi menengadahkan wajahnya, menegakkan tubuhnya, dan keluar dari tempat persembunyiannya, berjalan tepat menuju Tuan Li dan Feng Lan yang tak ayal sangat terkejut melihat kedatangannya. Feng Lan sampai terbelalak lebar. Sementara Tuan Li berdehem, dan pelan-pelan meninggalkan tempat mereka tanpa suara. Keadaan menjadi sangat hening. Mereka berdua hanya saling berhadapan tanpa berucap sepatah katapun. Sinar bulan berkedip, cahayanya menjadi lebih terang semenjak awan bergeser menjauhinya. Yu Shi mendehem. "Putri Feng Lan... aku telah mendengar seluruh percakapanmu dengan Guru Li..." Muncul semburat merah menghiasi pipi Feng Lan. "Ak
"Guru! Ini bukan soal dendam pribadi! Mereka adalah tawanan negara!" Rong Xun memotong. "Aku tidak sedang bicara padamu!" Rong Xun tergugu. "Tetapi kepadamu, Yu Shi. Walaupun kau kaisar, namun kau tetaplah muridku. Karenanya aku harus membimbingmu." Yu Shi hanya diam membisu. "Kakekmu adalah seorang yang terus menyimpan amarah masa lalu dan penderitaan yang tak bisa ia ungkapkan. Karenanyalah, ia bertindak sadis dan semena-mena terhadap orang lain. Karena ia tidak bisa memaafkan dunia dan masa lalunya. Tapi, walaupun ia telah meraih banyak kesuksesan, apakah ia bahagia? Tidak, ia selalu menderita. Makanya ia sangat menyesali mengapa tak daridulu ia membuang semua dendam dan amarahnya, dan saat ia ingin melakukannya, kematian telah menunggunya. Yu Shi, tahukah kau? Kau yang sekarang sama dengan kakekmu! Kau dikuasai amarah dan dendam! Padahal kakekmu mengharapkan keturunannya menjadi
Di pihak lain, di dalam sel. Ternyata Xiu Lan telah masuk ke sana. Setelah seharian ia berpikir, hanya ia sendiri yang menjalani hidup bahagia dan tenteram sementara keluarganya yang lain akan menjalani hukuman mati, ia merasa sangat resah. Ternyata Xiu Lan merupakan anak yang baik, hanya perilakunya saja yang memang kurang matang, namun hatinya sungguh baik. Ia pun menyusup masuk ke dalam sel, dan menuntut untuk ikut menjalani eksekusi bersama. Ying Lan sampai menangis terharu dan memeluknya erat-erat. "Kakak, jangan menangis. Kau membuatku sedih," kata Xiu Lan. Ying Lan mengusap airmatanya. "Kalau saja aku tahu akan jadi begini, aku akan baik-baik terhadapmu!..." Saat itulah Feng Lan tiba. Ia juga tercegang melihat keberadaan Xiu Lan. Di pihak lain, orang-orang dalam sel juga sama tercegangnya saat melihatnya. "Feng Lan, kau juga sama seperti kami?..." Ying Lan bertanya tak percaya
Mereka kini berjalan menyusuri istana, aula istana, lorong-lorong, taman dalam... dan mereka semuanya diam, hening. Feng Lan meremas jari-jari tangannya. Perjalanan yang mereka tempuh sungguh panjang, sebelum mereka tiba di akhir perjalanan mereka; Paviliun Shu Ling. Dikelilingi taman yang indah, Paviliun Shu Ling merupakan paviliun yang amat asri dan rindang. Seharusnya senantiasa terjadi percakapan yang menyenangkan hati di sana, namun kali ini suasananya berbeda - suasana yang dipenuhi ketegangan. Feng Lan meremas tangannya kuat-kuat. Ia pandangi Yu Shi yang masih tetap berjalan di depannya dan memunggunginya walaupun mereka telah sampai di tempat tujuan, sangat lama. Dan ketika Yu Shi membalikkan tubuhnya, Feng Lan dapat melihat ekspresi wajahnya yang sayu dan sendu. Feng Lan menggigit bibir. Ia sangat terkejut melihat raut wajah sang kaisar muda, yang kini banyak dipenuhi kerut, dan terdapat lingkar
Penyerangan Han ke Liang tidak memakan waktu lama. Sudah sangat terlambat bagi Liang untuk mempersiapkan diri. Walaupun kini Ying Lan bekerja ekstra keras untuk menutupi kegagalannya, ia tetap harus menerima bahwa, hanya dalam kurun waktu tiga minggu pintu gerbangnya telah dibuka dan para prajurit musuhpun dapat dengan mudah meringkus para anggota kerajaan. Termasuk pula Feng Lan. Feng Lan memang datang di saat yang tidak tepat. Saat ia tiba di istana bersamaan dengan saat ketibaan para prajurit Han. Otomatis ia ikut tertangkap. Tapi tak apa. Aku jadi bisa bertemu dengan Yu Shi, pikirnya saat berada dalam kereta tawanan. "Kakak... aku takut..." Di sebelahnya, Xiu Lan berkata, tangannya yang gemetaran hebat memegang erat tangan kakaknya. Feng Lan mengusap rambut adiknya. "Tenanglah. Ada kakak di sampingmu..." &
"Kabar baik, Paduka! Song telah kita kuasai!" Komandan Besar Rong Xun memberi laporan. Duduk di singgasana, Yu Shi mengangguk. "Bagus," jawabnya singkat. Kini, ia memang terkenal suka memberikan jawaban singkat. Jangan mengharapkan jawaban panjang darinya. Rong Xun melanjutkan, "Dan kini kami tengah mengarah ke sasaran terakhir kita - Liang." Seluruh menteri di aula yang sangat luas itu mendesah, bergairah. Pula mereka tahu bahwa menaklukkan Liang adalah harapan terbesar pemimpin mereka. Ketika Liang ditaklukkan, maka Han akan mengulang kejayaannya menguasai dunia seperti dahulu kala. Tidak sesuai dengan dugaan orang-orang, mimik Yu Shi sama kakunya dengan sebelumnya. "Laksanakan," katanya pendek. "Perintah dari Paduka Yang Mulia, Laksanakan!" Rong Xun berseru. Setiap orang pun langsung masuk ke posnya masing-masing, siap be
Itu merupakan gua dalam gunung di negeri yang terisolir. Tenang, hening dan damai. Tiada suara apapun yang akan mengusik. Dan kalaupun terdengar suara, maka itu pastilah suara yang membuat hati tenteram dan bahagia. Kebahagiaan itulah yang mendorong Feng Lan untuk datang ke tempat itu. Ia memang sudah tahu Negeri Qi adalah negeri yang menutup diri dari Dunia Luar, begitu pula dari kefanaan dan kesengsaraannya. Ia sudah muak akan seluruh kehidupan duniawi. Cita-citanya sebetulnya bukanlah menjadi pertapa, keadaan hidup lah yang memaksanya mengambil jalan ini. Ia sudah pasrah, ia sudah menyerah dalam pergelutannya dengan Takdir. Takdir tidak mengizinkan aku meraih apa yang aku inginkan. Bagaimanapun, Ying Lan sendiri memang menyukainya Feng Lan memilih pergi dari Istana. Sementara Xiu Lan mencegahnya mati-matian. "Kakak, jangan pergi ke Qi! Itu tempat u
Liang dipenuhi sukacita. Pasalnya, pemimpin mereka yang baru telah lahir. Pemimpin yang memberikan nuansa baru bagi mereka, karena beliau berbeda dari generasi sebelum-sebelumnya. Pemimpin Liang sekarang ini berjenis kelamin wanita. Liang Ying Lan menjadi Kaisar Wanita pertama yang memerintah Liang. Ying Lan menggeser tradisi Liang, dan berhasil meyakinkan para petinggi Liang bahwa ia - walaupun seorang wanita - namun sangat memenuhi kriteria untuk menjadi seorang pemimpin. Dan tidak dibutuhkan waktu lama untuk itu. Ia memiliki kharisma amat kuat dimana tak seorangpun bisa membantahnya. Ia memang dilahirkan untuk menjadi seorang pemimpin. Namun, bukan menjadi seorang pemimpin yang andal. Ying Lan gemar berpesta pora dan menikmati pria. Ia memelihara puluhan pria tampan dalam satu istana, dan menikmati mereka bergantian. Ia mencintai semua pria itu sampai-sa
"Putri Feng Lan!" "Kataku jangan mendekat!" Feng Lan menjerit. "Ternyata apa yang mereka katakan memang benar! Padahal selama ini aku tidak pernah ingin mempercayainya. Mereka selalu mengatakan kau berusaha menggoda kakakku, kau juga turut menjadi salah satu prianya, dan banyak lagi, tapi aku tidak pernah berusaha menggubrisnya. Aku kira aku bisa mempercayaimu. Aku kira kau hanya mencintaiku apapun yang akan terjadi. Ternyata... ternyata..." Setetes air mata jatuh mengaliri pipinya. "Aku memang tidak bisa mempercayaimu..." "Putri Feng Lan, itu semua tidak benar, tolong berikan aku waktu untuk menjelaskan..." "Tidak perlu!" Feng Lan kembali menjerit, bahkan menyentak tangan Yu Shi yang berusaha menyentuhnya. "Jangan sentuh aku! Aku tak mau melihatmu lagi! Pergi! Pergi dari hadapanku, pergi!!!" Yu Shi tergugu. Ia pandangi Feng Lan yang tampak murka, Ying Lan