Share

Dekat di Mata, Jauh di Hati
Dekat di Mata, Jauh di Hati
Penulis: Raina_K

Bab 1

Penulis: Raina_K
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-26 18:37:17
"Ibu, bisakah Ibu bercerai dengan Ayah?"

Pada pukul sembilan malam, saat aku sedang membujuk putraku untuk tidur dan mengira bahwa dia akan segera terlelap, aku tiba-tiba mendengar pertanyaan ini keluar dari mulutnya.

Pertanyaan ini sangat singkat, tetapi membuatku tercengang untuk sejenak, bahkan tanganku yang sedang menepuk-nepuk punggungnya pun berhenti bergerak.

Hatiku seketika terasa sakit.

Selama beberapa tahun terakhir, hubunganku dengan suamiku lumayan baik.

Anak yang diberi cinta kasih seharusnya akan merasa sangat bahagia di lingkungan hidup seperti ini.

Namun ....

Mengapa anak ini malah bisa berpikiran seperti ini?

Aku tidak mengerti, tetapi aku hanya bertanya, "Kenapa?"

Aku juga berusaha untuk bertanya dengan selembut mungkin.

Aku takut aku akan menakutinya.

"Ibu sama sekali nggak pernah membiarkanku makan ayam goreng, makan es krim ..." jawab anak itu.

Dia sudah hampir terlelap, suaranya juga sudah tidak jelas, dengan sifat kekanak-kanakan yang khusus untuk anak seusianya.

Mendengar jawaban ini, aku merasa tercengang.

Karena hal yang begitu sepele, dia menyuruhku untuk bercerai dengan ayahnya ....

Dunia anak-anak terlalu sederhana.

Mendengar suara napasnya yang menjadi tenang, aku pun tahu bahwa dia sudah terlelap. Saat aku hendak berdiri dan keluar dari kamar ini ....

"Tring!"

Sesuatu berdering dari arah kepala ranjangnya.

Aku pun menoleh.

Ada cahaya yang menyala dari bawah bantal anak itu.

Aku mengangkat sudut bantal dan melihat sebuah tablet yang tersembunyi di bawahnya.

Aku pun menghela napas.

Anak ini masih kecil, aku takut matanya rusak, jadi aku menetapkan batasan waktu baginya untuk menggunakan produk elektronik setiap harinya.

Meskipun anak ini sering mengeluh dan memprotes, dia selalu menuruti aturanku.

Tak kusangka, hari ini, dia malah menyembunyikan tabletnya.

Aku pun mengambil tablet itu untuk mematikannya. Namun, aku malah melihat halaman obrolan yang terpampang di layar tablet tersebut.

Nama grup obrolan itu adalah "Keluarga Cemara ^_^".

Nama grup ini jelas-jelas dibuat oleh anak ini karena biasanya, dia paling senang menggunakan karakter "^_^".

Foto grup ini terlihat seperti foto keluarga yang beranggotakan empat orang.

Aku memperbesar foto tersebut.

Wanita di dalam foto terlihat cerah, dengan dua anak kecil dalam pelukannya.

Salah satu dari anak itu adalah Peter Clark, anakku. Dia memegang sebuah es krim di tangannya, dengan seulas senyuman lebar di wajahnya.

Sedangkan Stanley Clark, suamiku, berdiri di belakang wanita itu.

Dia sedang menatap wanita itu dengan tatapan lembut dan penuh kasih.

Saat kami baru berpacaran, dia juga menatapku dengan tatapan seperti itu.

Hatiku layaknya ditusuk dengan jarum, sehingga aku merasakan rasa sakit yang tidak bisa dikendalikan. Namun, tatapanku tertuju ke nama wanita itu ....

Di grup obrolan itu, putraku menyimpan nomor telepon wanita itu dengan nama "Ibu".

Aku benar-benar terkejut.

Dengan tanganku yang bergetar, aku membuka informasi wanita itu.

Nama wanita ini "Stay with Luna".

Luna ... Luna Sherla, cinta pertamanya Stanley?!

Dalam sekejap, aku merasa seakan-akan aku sedang bermimpi.

Suamiku dan putraku memiliki sebuah grup obrolan keluarga dengan cinta pertama suamiku dan anak wanita itu.

Sedangkan aku ditinggalkan begitu saja.

Mereka memiliki keluarga baru dengan orang lain.

Sambil memikirkan hal-hal ini, aku merasa sesak napas, seperti ada yang sedang meremas jantungku dengan sangat kuat.

Ada banyak sekali pesan di grup obrolan ini, sehingga aku hampir tidak bisa berpikir lurus. Dengan kaku, jari tanganku pun terus menggeserkan layar tablet ini ke atas ....

Sebenarnya, kami sekeluarga juga memiliki sebuah grup keluarga.

Namun, selain aku yang sesekali menanyakan kapan Stanley akan pulang untuk makan malam, grup ini sangat sepi, hingga keberadaannya bisa diragukan.

Pada saat ini, "Ibu" dalam grup itu tiba-tiba mengirimkan sebuah video.

Aku pun memutar video itu dengan tanganku yang bergetar.

Video ini jelas-jelas diedit dengan sangat saksama.

...

Dalam waktu sesingkat satu menit, ada banyak sekali foto yang terlihat.

Ayam goreng, minuman ringan, bianglala, komidi putar ....

Wajah kecilnya Peter penuh akan senyuman yang nakal dan bahagia.

Bahkan Stanley yang jarang menunjukkan emosinya juga tidak bisa menyembunyikan kasih sayangnya ....

Aku sudah tidak sempat memperhatikan kedua orang lainnya.

Karena videonya perlahan-lahan melambat dan akhirnya berhenti di wajah kecilnya Peter.

Anak ini memejamkan matanya dan mengatupkan kedua tangannya sambil mengucapkan permohonannya dengan sungguh-sungguh di depan sebuah kue besar.

Aku pun mendengar suaranya yang kekanak-kanakan, tetapi sungguh-sungguh.

"Aku harap Bibi Luna bisa menjadi ibuku."

"Aku berharap agar kita berempat bisa bersama selamanya!"

Semua orang bertepuk tangan.

Luna dan anaknya bertepuk tangan bersama dan mengharapkan agar impian Peter menjadi kenyataan.

Pada saat ini, Stanley juga tersenyum.

Mereka terlihat seperti sebuah keluarga yang sangat bahagia.

Kalau begitu ....

Bagaimana dengan aku?

Aku merasa sangat sedih, hingga aku hampir tidak bisa bernapas.

Pada saat ini, "Ibu" mengirimkan sebuah pesan suara ke grup obrolan tersebut.

Suaranya terdengar ceria, seperti seorang wanita yang penuh pengertian, yang bisa berada di sisi Peter tanpa syarat.

"Sayang, sebelumnya, kamu bilang, kamu mau aku menjadi ibumu."

"Kamu juga bilang, siapa pun boleh, yang penting bukan ibumu yang sekarang."

"Aku masih berpikir, kenapa kamu begitu membenci ibumu?"

"Kemudian, aku baru tahu kalau ternyata ibumu terlalu mengontrol hidupmu, nggak mengizinkanmu makan dan main sesukamu."

"Supaya kamu bisa tumbuh besar dengan bahagia, ke depannya, di grup ini, anggap saja aku ibu barumu."

"Grup ini adalah rumah kita berempat."

Benarkah begitu?

Siapa pun boleh.

Yang penting bukan aku ....

Aku mendengarkan kata-kata ini berulang kali, tetapi aku masih saja tidak memercayai telingaku. Anak yang kulahirkan, anak yang sudah kudidik dengan baik ....

Aku sudah mencurahkan seluruh energiku untuk anak ini, tetapi dia ternyata begitu membenciku.

Aku memejamkan mataku, tetapi air mataku tetap saja mengalir.

Sejak kecil, Peter memiliki masalah pencernaan. Jika dia memakan sedikit saja makanan yang tidak cocok dengan tubuhnya, dia akan jatuh sakit.

Saat dia masih sangat kecil, dia juga pernah diopname beberapa kali karena flu perut.

Oleh karena itu, aku selalu mengontrol pola makannya dan mengatur jenis makanan yang dia konsumsi setiap hari, supaya kesehatannya tetap terjaga dengan baik ....

Namun, segala usaha yang aku lakukan untuknya malah dianggapnya sebagai kejahatan ....

Pantas saja akhir-akhir ini, flu perut Peter kambuh lagi.

Aku merasa sangat cemas, tetapi aku tidak bisa menemukan penyebabnya. Ternyata, inilah kenyataannya.

Aku mendengar pesan suara yang dikirimkan Peter sebelumnya.

Setiap ucapannya yang menuduhku bagaikan pisau tajam yang menusuk hatiku.

Perasaan ini membuatku sesak napas.

Kemudian, Peter tiba-tiba terdiam.

Aku pun tahu bahwa pada saat itu, aku datang ke kamarnya untuk menyuruhnya untuk tidur.

Dia tidak ingin ketahuan memainkan tabletnya secara sembunyi-sembunyi. Oleh karena itu, meskipun dia masih ingin mengobrol dengan Luna di grup itu, dia tetap harus menuruti ucapanku.

Sedangkan sekarang, anak ini sudah terlelap.

Aku menggigit bibirku sambil menatapnya dengan berlinang air mata.

Anak kecil sangat polos.

Saat berbicara pun dia tidak memiliki niat tersembunyi apa pun dan hanya mengucapkan apa yang dia rasakan.

Namun ....

Kenyataan ini sangat menyakitkan.

Awalnya, aku mengira bahwa karena aku ibunya, meskipun aku lebih tegas padanya dan dia merasa frustrasi, saat dia sudah besar, secara alami, dia akan mengetahui bahwa aku melakukan semuanya demi kebaikannya sendiri.

Namun, aku sama sekali tidak menyangka bahwa dia begitu membenciku.

Aku tidak bisa mengendalikan rasa sedih dan amarah ini.

Akan tetapi, aku masih belum kehilangan akal sehatku. Aku mengerti ....

Peter hanyalah seorang anak kecil. Layaknya selembar kertas kosong, dia tidak mengerti apa pun.

Namun, dia malah begitu membenciku dan menyukai Luna ....

Satu-satunya alasan hal ini bisa terjadi adalah karena Stanley, suamiku.

Bab terkait

  • Dekat di Mata, Jauh di Hati   Bab 2

    Aku membawa tablet ini ke luar kamarnya Peter dan berjalan langsung ke ruang bacanya Stanley.Hanya saja, aku tidak mengerti ....Mengapa orang itu harus Luna.Aku pertama kalinya mendengar nama Luna di pernikahanku dengan Stanley.Pada saat itu, Stanley memperlakukanku dengan sangat baik.Saat suasana hatiku kurang baik, dia akan menghiburku dan memberitahuku bahwa tidak ada orang yang sempurna. Kemudian, dia menemaniku dengan sabar, hingga suasana hatiku membaik.Saat aku sakit, dia akan mengabaikan semuanya untuk menjagaku.Oleh karena itu, aku juga memutuskan untuk menikah jauh demi cinta.Saat aku mengenakan gaun pengantin berwarna putih, dengan bunga di tanganku dan sedang menantikan kisah cinta dalam hidupku, aku mendengar teman-temannya Stanley membahas tentang cinta pertamanya."Dulu, kulihat Stanley dan Luna begitu saling mencintai, jadi kukira mereka akan menikah.""Benar, mereka terlihat sangat serasi.""Sayang sekali."Dari ucapan mereka, mereka jelas-jelas merasa sangat k

  • Dekat di Mata, Jauh di Hati   Bab 3

    Dengan tangannya yang lain, Stanley meraih daguku dengan kuat supaya aku tidak menghindar, lalu menciumku."Kamu akan menyukainya," kata Stanley....Peter adalah seorang murid Taman Kanak-Kanak.Sekolah dimulai tepat pukul delapan setiap pagi.Rumah kami berjarak tempuh sekitar 20 menit dari Taman Kanak-Kanak. Karena takut Peter terlambat, setiap pukul 7.30 pagi, dia akan berangkat ke sekolah.Sedangkan aku harus bangun pada pukul 6.30 untuk memasak.Sarapan pagi ini sedikit lebih sederhana, yaitu pangsit yang sudah dibuat semalam.Langkah yang lebih merepotkan adalah memasak supnya karena memerlukan sup ayam yang direbus langsung.Aku menaruh irisan jahe di dasar panci, lalu menimpanya dengan seekor ayam utuh yang sudah dibersihkan, lalu akhirnya memasukkan ikatan daun bawang di atasnya. Kemudian, aku menutup panci tersebut dan memasaknya dengan api besar.Saat airnya mendidih, aku baru membuka penutup panci dan mencium aroma sup ayam yang kuat.Aku menambahkan sedikit garam ke dalam

  • Dekat di Mata, Jauh di Hati   Bab 4

    Apakah Stanley menulis surat ini untuk Luna saat kami baru menikah?Surat lainnya adalah balasan Luna untuknya."Suratmu ada di dalam surat ini, kukirimkan kembali padamu.""Stanley, hidupku sekarang sangat bahagia, kuharap kamu bisa bersenang hati atas kebahagiaanku.""Ke depannya, jangan hubungi aku lagi. Aku nggak mau suamiku salah paham."Setelah membaca dua surat ini, hampir seluruh informasi pun terhubung dengan logis.Luna jelas-jelas adalah wanita dambaannya Stanley.Namun, Stanley malah sangat membenci Luna.Tanpa disadari, aku mencengkeram tongkat pel di tanganku.Ternyata Luna pernah mengkhianati Stanley.Stanley meyakinkan diri bahwa dia tidak akan perhitungan dengan kesalahan yang pernah dilakukan oleh Luna dan tidak akan memedulikan luka yang diberikan Luna padanya.Asalkan Luna bisa kembali ke sisinya.Sayangnya ....Luna masih saja menolaknya.Sampai saat ini, aku baru mengerti mengapa di pernikahan kami, saat teman-temannya mengungkit tentang Luna, dia langsung naik da

  • Dekat di Mata, Jauh di Hati   Bab 5

    Apa?Ucapan singkat ini membuatku tercengang untuk sangat lama.Aku menatap Stanley dengan tatapan kebingungan.Bukankah dia mengatakan bahwa dia menitipkan Peter pada ibunya?Ibunya Stanley mengetahui kondisi kesehatan Peter, jadi dia tidak akan memberikan makanan yang tidak sehat untuk Peter.Kalau begitu, mengapa Peter bisa masuk rumah sakit?Selain itu ....Mengapa Luna bisa mengetahui kondisinya Peter?"Rumah sakit mana?" Stanley bergegas memungut pakaian di lantai dan mengenakannya dengan terburu-buru.Di ujung telepon lainnya, Luna menangis sambil memberi tahu Stanley nama rumah sakit tersebut.Aku mengkhawatirkan anak kami, jadi aku hanya bisa mengikuti di belakang Stanley.Pada saat ini, Stanley baru menyadari keberadaanku.Aku tahu bahwa pada saat ini, ekspresiku sangat masam. Emosiku seperti sudah hampir meledak, tetapi akhirnya aku tetap menahannya.Dia membuka pintu mobil dan langsung naik mobil.Aku juga duduk di kursi penumpang.Sepanjang perjalanan, kami tidak mengucapk

  • Dekat di Mata, Jauh di Hati   Bab 6

    Kata-kata yang kekanak-kanakan, tetapi terus terang ini seperti jarum yang menusuk hatiku.Saat dia sedang sakit dan berada dalam kondisi paling lemah, dia malah masih memikirkan wanita yang membuatnya jatuh sakit.Aku menunduk dan menatapnya.Penyakit ini jelas-jelas menguras tenaganya. Baru saja dia mengucapkan beberapa patah kata, dia sudah terlelap lagi.Stanley tentu saja juga mendengar ucapan Peter. Dia pun menggenggam tanganku dan memanggilku. "Sayang."Tidak ada yang ingin aku bicarakan dengannya, jadi aku langsung ingin menarik kembali tanganku.Namun, Stanley malah mempererat pegangannya, tidak membiarkanku melepaskannya. "Masalah hari ini hanyalah sebuah kecelakaan. Ibulah yang membuat keputusan sesukanya. Peter juga bukan sengaja mau mengucapkan kata-kata itu, dia hanya sakit ....""Aku bukannya nggak bisa memahami anak kita." Aku menggendong Peter sambil berjalan ke luar rumah sakit dan berkata, "Sekarang, dia lagi sangat menyukai Luna, jadi dia pasti merasa bahwa Luna san

  • Dekat di Mata, Jauh di Hati   Bab 7

    Dia mengangkat kepalanya yang kecil dan menatap Stanley.Matanya yang basah menunjukkan kepolosan dan ketidaktahuan seorang anak kecil yang khusus.Dia terlihat sangat kasihan.Stanley berjongkok.Peter pun tidak perlu mendongak lagi. Dia menatap Stanley sambil berkata dengan terisak tangis, "Ayah, berjanjilah padaku.""Kamu masih kecil." Stanley tentu saja menyayangi putranya ini. Dia mengangkat kepalanya dan mengelus kepala Peter sambil berkata, "Peter, kalau kamu marah-marah seperti ini pada Ibu, di masa depan, kamu akan menyesal."Peter menggeleng sambil berseru, "Nggak akan!"Peter seperti takut Stanley tidak memercayainya, jadi dia menyeka air matanya sambil berkata pada Stanley, "Ayah, tinggalkanlah Ibu dan hidup dengan Bibi Luna! Aku ingin sekali Bibi Luna menjadi ibuku!"Dia mengucapkan kata-kata ini dengan sangat tegas.Sedangkan Stanley tidak menjawab, dia hanya menepuk-nepuk bahu Peter dan berdiri.Aku menoleh dengan susah payah dan menatap Peter.Aku selalu mengira bahwa d

  • Dekat di Mata, Jauh di Hati   Bab 8

    Di depan gerbang sekolah.Di hadapan begitu banyak orang tua murid ....Putra kandungku terus-menerus menyangkal bahwa aku adalah ibunya.Dia juga berulang kali menekankan bahwa Luna adalah ibunya.Meskipun hatiku sudah lama disakiti, aku tetap berusaha untuk memberi tahu diriku bahwa dia masih kecil dan sama sekali tidak mengetahui konsekuensi perbuatannya. "Peter!""Aku akan memberimu sekali lagi kesempatan untuk memilih!""Lihat aku dengan baik. Tenangkan dirimu dan pikirkan dengan baik, siapa yang seharusnya kamu pilih antara aku dan dia!"Semua orang pun menatap ke arah Peter.Peter bersembunyi di belakang Luna sambil menempelkan keningnya di punggung Luna. "Tentu saja ibuku," jawabnya.Begitu dia mengucapkan kata-kata ini, Luna menatapku dengan tatapan aneh. Kemudian, dia menggendong Peter dan hendak pergi begitu saja. "Orang gila," katanya.Aku tentu saja tidak bisa membiarkannya pergi. Aku bergegas mengejar mereka untuk menahan mereka.Namun, seseorang menghalangi jalanku.Aku

  • Dekat di Mata, Jauh di Hati   Bab 9

    Stanley menjawab dengan nada menyesal, "Aku sudah punya anak dengannya.""Makanya kamu membiarkan Luna berhubungan dengan Peter di belakang Annie, ya?"Seseorang bertanya dengan terkejut, "Asalkan Peter mengakui Luna sebagai ibunya, kamu bisa membawa anakmu dan kembali lagi dengan cinta pertamamu!"Mereka pun bersorak. "Kamu benar-benar pintar, ya!""Kamu bahkan bisa memikirkan cara ini!"Jadi ....Stanley-lah yang menyuruh Luna untuk berhubungan dengan Peter?Pantas saja ....Saat Stanley membawa anak kami ke tempat ibunya, ibunya akan mengantarkan Peter ke rumahnya Luna, supaya mereka bisa mengembangkan hubungan mereka.Pantas saja ....Guru di Taman Kanak-Kanak pun memanggil Luna sebagai ibunya Peter ....Akulah yang bodoh, masih terus meyakinkan diriku untuk memaafkan mereka.Sekujur tubuhku bergetar. Aku berusaha untuk menenangkan diri, tetapi aku tidak berhasil melakukannya.Sebelum Stanley sempat menjawab pertanyaan ini ....Ponselnya berdering.Dia langsung menerima panggilan i

Bab terbaru

  • Dekat di Mata, Jauh di Hati   Bab 50

    Aku berkata lagi, "Luna, kamu seharusnya paham, 'kan?"Setelah Rendy bangkrut, Luna bisa meninggalkannya.Luna lebih memilih untuk menjadi wanita simpanan Stanley, jadi artinya dia sama sekali tidak bisa hidup miskin.Jika Stanley benar-benar tidak menginginkannya lagi, dia hanya bisa membawa putranya pergi menjadi wanita simpanan pria kaya lainnya dengan susah payah, supaya pria itu menghidupinya.Selain itu ....Pria lainnya tidak tentu akan benar-benar mencintainya dan ingin menjalani hidup yang baik dengannya, seperti Stanley.Oleh karena itu, Luna akan berusaha sebisanya untuk tetap berada di sisi Stanley."Annie Judith!" Luna tidak menyangka bahwa aku akan mengancamnya. Ekspresinya pun seketika menjadi sangat masam.Aku mendesaknya dengan tenang. "Waktuku terbatas."Luna menggertakkan giginya. Saat aku berbalik, dia tiba-tiba berseru, "Maaf!"Aku pun berbalik lagi dan berkata, "Siapa yang bersalah, dia yang harus minta maaf, bukan?"Luna sangat tidak menyukaiku, tetapi demi masa

  • Dekat di Mata, Jauh di Hati   Bab 49

    "Aku nggak suka mendengarnya."Mendengar ucapan Winnie, aku pun mengangkat kepalaku.Aku seketika melihat putranya Luna yang sedang berdiri di atas seluncuran sambil menatapku.Tatapannya tidak sejernih mata anak kecil pada umumnya, melainkan memancarkan kedewasaan yang sama sekali tidak cocok untuk anak seusianya.Pada saat ini, tatapannya penuh akan kebencian.Awalnya, aku berencana untuk menjaga jarak dengan mereka.Kecuali jika aku mendapatkan bukti untuk mengungkapkan sifat aslinya Luna, aku tidak akan menghubungi mereka lagi.Namun, mereka malah terus muncul di hadapanku.Mungkin karena aku selalu menoleransi provokasi dan penindasan mereka ....Mereka sepertinya menganggap bahwa aku mudah untuk ditindas.Mereka bahkan ingin menindas Winnie.Huh!Kalau aku tidak melawan ....Mereka sepertinya akan makin menjadi-jadi.Aku menyingkirkan ekspresi dingin di wajahku dan berkata pada Winnie dengan lembut, "Tapi, kalau orang lain menindasmu dan kamu malah menghindar ....""Orang itu aka

  • Dekat di Mata, Jauh di Hati   Bab 48

    Peter tidak bisa memikirkan alasannya.Dia hanya samar-samar merasa bahwa sejak ibunya yang dulu dan Stanley bercerai, segalanya berubah ....Peter kembali ke kamarnya dengan sedih dan mengeluarkan tabletnya. Begitu dia membuka WhatsApp, dia langsung melihat foto yang diunggah Luna.Dia pun membuka foto tersebut.Luna mengunggah foto dirinya menggendong kakaknya Peter.Mereka tersenyum lebar, jelas-jelas sedang bermain dengan sangat senang di taman hiburan.Peter kembali menangis dengan sedih.Saat dia ingin mengirimkan foto ini pada ayahnya, foto ini malah tiba-tiba menghilang .......Ada banyak sekali anak kecil di taman hiburan.Sebelumnya, Hugo sibuk bekerja, jadi dia jarang sekali punya waktu untuk menemani Winnie bermain di luar.Oleh karena itu, begitu Winnie melihat berbagai atraksi di taman hiburan, matanya berkilau. Dia menggenggam tanganku dan berlari ke sana kemari.Akhirnya, dia menentukan sebuah taman kecil dan berkata pada Hugo, "Ayah, aku mau main ini!"Hugo pun membay

  • Dekat di Mata, Jauh di Hati   Bab 47

    Hugo memang bukan suamiku dan Winnie juga bukan putri kandungku.Namun, di sisi mereka, aku perlahan-lahan mulai mengetahui seperti apa hubungan orang tua dan anak yang sehat....Hari ini, Winnie ingin menikmati waktu bersama sebagai keluarga.Oleh karena itu, Hugo secara khusus tidak meminta sopir untuk ikut pergi.Hugo yang akan mengemudi sendiri.Aku duduk di belakang untuk menemani Winnie.Winnie bersandar padaku dengan manja sambil terus memainkan bajuku dengan jari tangannya.Aku menepuk bahunya dengan lembut sambil berpikir dengan tenang bagaimana aku harus meminta agar dia bersedia untuk berbicara dengan orang-orang selain aku dan Hugo.Setelah ragu-ragu untuk sangat lama, aku baru mencoba untuk bertanya, "Winnie, bisakah Ibu meminta bantuan Winnie?"Mendengar ucapanku, Winnie langsung duduk dan menatapku dengan matanya yang berkilau. "Bantuan apa?"Dia sepertinya sangat menantikan untuk membantuku melakukan sesuatu.Aku pun menjawab dengan pelan, "Emm, bisakah kamu mencoba un

  • Dekat di Mata, Jauh di Hati   Bab 46

    Peter tercengang di tempat. Namun, dia tetap bertanya, "Kenapa?"Sebelumnya, Luna selalu membawanya ke mana-mana.Sekarang, mengapa Luna berubah?"Karena kamu nakal," jawab Luna sambil tersenyum dengan sinis.Bagaimanapun, dia adalah orang dewasa.Dia bisa menghadapi seorang anak kecil dengan sangat gampang.Dia berkata dengan dominan, "Saat kamu sakit, aku nggak menemanimu di rumah sakit karena kondisiku kurang sehat, tapi kamu langsung keberatan.""Kamu bahkan mengadu pada ayahmu, supaya ayahmu membenciku.""Kalau begitu, tentu saja aku juga nggak akan membiarkanmu hidup nyaman, mengerti?" Ucapan Luna menjadi makin jahat.Peter mengangguk dan berkata, "Kalau begitu, aku akan berubah. Apa pun yang terjadi, aku nggak akan memberi tahu Ayah lagi, oke?"Dia hanya berharap agar Luna bisa memperlakukannya dengan lebih baik."Sudah telat." Setelah Luna siap-siap, dia langsung membawa putranya ke luar.Peter ingin mengikuti mereka, tetapi dia didorong dengan kuat oleh Luna, sehingga dia terj

  • Dekat di Mata, Jauh di Hati   Bab 45

    Setelah duduk, pelayan toko membawakan menu untuk kami dan kami pun memesan makanan.Winnie menyerahkan menu padaku, aku pun menunjuk tulisan di menu itu sambil memberitahunya isi setiap pangsit.Dia mengangguk sambil berkata, "Enak, ya."Kemudian, aku bertanya, "Mau makan yang mana?"Winnie mengedipkan matanya sambil menjawab, "Mau makan semuanya."Aku pun menyerahkan menu pada Hugo dan membiarkan Hugo untuk membuat keputusan.Hugo juga menyayangi Winnie, jadi dia langsung berkata pada pelayan tersebut, "Masing-masing satu porsi, ya."Pelayan itu juga bersikap sangat baik. "Baik."Setelah pelayan itu pergi, Winnie memelukku sambil bertanya, "Ibu, tahukah kamu?""Kata teman-teman sekelasku, dua hari ini, Peter kasihan sekali.""Sudah jam pulang sekolah, tapi ibu barunya nggak mau pergi menjemputnya.""Setiap hari, dia harus menunggu di depan gerbang hingga lewat pukul sembilan ...."Anak kecil ini hanya ingin bercerita tanpa maksud tertentu.Winnie bergumam, "Menurut Ibu, kenapa dia be

  • Dekat di Mata, Jauh di Hati   Bab 44

    Stanley tiba-tiba merasa bahwa Luna sama sekali tidak menunjukkan bahwa dia menyayangi Peter.Luna seketika terbangun. Dia menatap Stanley dengan matanya yang berkaca-kaca dan bertanya, "Kamu menyalahkanku, ya?"Stanley menjawab dengan sabar, "Nggak."Melihat Stanley memang tidak menunjukkan maksud untuk menyalahkannya, Luna baru membuang napas dengan lega.Stanley berkata, "Tapi ...."Luna seketika merasa gugup.Stanley berkata lagi dengan santai, "Kamu sepertinya sama sekali nggak memedulikan Peter."Luna bergegas berkata, "Aku juga nggak tahu kenapa, tapi pengaruh kehamilanku sangat besar. Begitu kalian keluar, aku langsung ketiduran ...."Namun, Stanley malah tetap menatap Luna dengan tatapan dominan sambil berkata, "Tapi, saat kami pulang, kamu bahkan nggak menanyakan kondisi Peter."Mendengar ucapan Stanley, Luna baru menyadari bahwa dia sudah melakukan sebuah kesalahan besar.Meskipun dia sudah berhasil menyingkirkan Annie dan merebut posisi Annie ....Peter masih sangat penting

  • Dekat di Mata, Jauh di Hati   Bab 43

    "Mengerti?"Winnie tertawa dengan bahagia. Dia memeluk leherku dan berbisik di telingaku, "Ibu memang paling baik!"Aku pun memeluknya erat-erat sambil berkata, "Winnie juga sangat baik."Winnie langsung melepaskan diri dari pelukanku, lalu menarik tanganku sambil berlari ke lantai atas. "Ayo, Ibu, aku sudah nggak sabar mau mandi!"...Kamar Winnie dilengkapi dengan sebuah bak mandi.Hari ini, dia ingin berendam di bak mandi. Jadi, saat aku mengambil air untuknya, aku terus memperhatikan suhu airnya.Sedangkan Winnie mengeluarkan teman mandinya, yaitu sebuah mainan bebek dan beberapa binatang lainnya, dan memasukkan semuanya ke dalam bak mandi.Kemudian, dia mencari piama untuk dirinya sendiri.Setelah sibuk melakukan hal-hal ini, keningnya sudah berkeringat, tetapi matanya berkilau.Airnya juga sudah siap.Winnie masuk ke dalam bak mandi dan berbaring dengan patuh. Dia menjulurkan kepalanya dan menatapku.Aneh sekali.Aku tidak melakukan banyak hal untuk anak ini, bahkan kurang dari s

  • Dekat di Mata, Jauh di Hati   Bab 42

    Mendengar pertanyaan Peter, Stanley terdiam sejenak sebelum menjawab, "Karena dia ...."Pergi keluar untuk mempersiapkan kejutan untukmu.Sebelum Stanley menyelesaikan ucapannya, dia tiba-tiba menyadari bahwa ada yang aneh ....Luna selalu mengatakan bahwa dia tidak boleh kelelahan semasa kehamilannya. Kalau tidak, perkembangan janinnya akan terpengaruh.Namun ....Sepertinya, pergi berbelanja di luar juga melelahkan, bukan?Artinya ....Luna tidak keberatan jika dia harus kelelahan untuk pergi bersenang-senang di luar.Namun, dia tidak ingin menjaga Peter.Melihat Stanley yang ragu-ragu untuk menjawab, Peter bertanya dengan bingung, "Ayah, ada apa dengan Ibu Luna?""Nggak apa-apa," jawab Stanley.Peter adalah putra Stanley satu-satunya, jadi Stanley tentu saja harus lebih memperhatikan putranya ini. "Nanti, saat kita pulang, kita beri tahu Ibu Luna, ya. Besok, sesibuk apa pun dia, dia tetap harus pergi menjemputmu. Oke?"Peter menjawab dengan puas, "Oke!"Kemudian, dia bergumam, "Aku

DMCA.com Protection Status