Share

Bab 3

Author: Raina_K
last update Last Updated: 2024-11-26 18:37:17
Dengan tangannya yang lain, Stanley meraih daguku dengan kuat supaya aku tidak menghindar, lalu menciumku.

"Kamu akan menyukainya," kata Stanley.

...

Peter adalah seorang murid Taman Kanak-Kanak.

Sekolah dimulai tepat pukul delapan setiap pagi.

Rumah kami berjarak tempuh sekitar 20 menit dari Taman Kanak-Kanak. Karena takut Peter terlambat, setiap pukul 7.30 pagi, dia akan berangkat ke sekolah.

Sedangkan aku harus bangun pada pukul 6.30 untuk memasak.

Sarapan pagi ini sedikit lebih sederhana, yaitu pangsit yang sudah dibuat semalam.

Langkah yang lebih merepotkan adalah memasak supnya karena memerlukan sup ayam yang direbus langsung.

Aku menaruh irisan jahe di dasar panci, lalu menimpanya dengan seekor ayam utuh yang sudah dibersihkan, lalu akhirnya memasukkan ikatan daun bawang di atasnya. Kemudian, aku menutup panci tersebut dan memasaknya dengan api besar.

Saat airnya mendidih, aku baru membuka penutup panci dan mencium aroma sup ayam yang kuat.

Aku menambahkan sedikit garam ke dalam sup, lalu mengecilkan apinya dan membiarkan sup tersebut mendidih.

Setelah semua menyelesaikan semua, aku baru meninggalkan dapur dengan puas. Aku pergi ke ruang ganti dan mengambilkan pakaian suami dan anakku untuk hari ini.

Stanley adalah presiden direktur di perusahaan, jadi dia harus berpakaian rapi.

Sedangkan Peter adalah anak kecil, jadi dia lebih banyak mengenakan pakaian yang nyaman dipakai.

Kemudian, aku meletakkan pakaian mereka di masing-masing kamar mereka. Mereka juga sudah hampir siap.

Pada saat ini, aku pun mengeluarkan sup ayam dari panci dan memasakkan pangsit untuk mereka.

Sup ayamnya memang sudah panas, jadi segera mendidih. Aku memasukkan tiga porsi pangsit ke dalam panci.

Sambil menunggu pangsit ini matang dalam diam ....

"Ibu!"

Mendengar suara Peter yang penuh amarah, aku menoleh dan melihat Peter yang berlari ke hadapanku sambil membawa tabletnya.

Dia bertanya dengan murka, "Apakah kamu menghapus nomor telepon Bibi Luna dan keluar dari grup obrolan itu?"

Sambil menatap wajah Peter yang penuh amarah, aku menggeleng dan menjawab, "Bukan."

Namun, aku sebenarnya memahami perasaan Peter. Meskipun dia masih kecil dan masih tidak bisa membedakan yang baik dari yang buruk ....

Baginya, Luna bersedia untuk menuruti keinginannya, membiarkannya makan dan bermain sesukanya, sehingga Luna menjadi orang yang paling dia sukai.

Meskipun kami sebagai orang dewasa memutuskan hubungannya dengan Luna demi kebaikannya ....

Dia tentu saja tidak bisa menerima perbuatan ini.

Aku sudah mempersiapkan diri untuk menerima api amarah dari anak ini, tetapi aku tidak menyangka bahwa ucapannya akan begitu menyakitkan.

"Siapa lagi kalau bukan kamu?" Peter memelototiku dengan matanya yang merah sambil berseru, "Pantas saja mereka mengatakan kalau Ayah nggak menyukaimu!"

"Wanita sepertimu, yang suka mengendalikan hidup dan setiap gerak-gerik orang lain, sama sekali nggak layak untuk disukai!"

Aku memang sudah menduga bahwa dia akan mengucapkan hal-hal ekstrem karena dia tidak bisa mengendalikan emosinya.

Aku juga mengingatkan diriku bahwa sebagai seorang ibu, aku harus menoleransi anakku.

Namun ....

Aku sudah terlalu memandang tinggi diriku sendiri.

Ucapannya seperti anak panah yang tajam, yang menembus garis pertahanan hatiku dengan mudah dan menusuk hatiku dengan kuat!

Ternyata ....

Bagi putraku, aku orang yang begitu menyebalkan, ya?

Tanganku sudah gemetaran. "Kalau Ayah nggak menyukaiku, siapa yang disukai Ayah?"

Peter menggembungkan pipinya dan menjawab dengan marah, "Tentu saja Bibi Luna! Ayah sendiri yang bilang, dia sudah menyukai Bibi Luna sejak sangat lama!"

"Oh ya?" Pikiranku menjadi kosong. "Kenapa kamu bisa tahu ...."

Peter memiringkan kepalanya sambil menatapku dan berkata, "Tentu saja karena Ayah memberitahuku. Kalau nggak, kenapa Ayah selalu membawaku pergi bermain dengan Bibi Luna?"

Pertanyaan yang lugu dan terus terang ini malah menjadi makin menyakitkan karena kepolosan anak ini.

Benar.

Jika Stanley benar-benar tidak menyukai Luna ....

Dia sama sekali tidak akan menghubungi Luna.

Namun ....

Akhir-akhir ini, mereka jelas-jelas berhubungan sangat dekat.

Jadi, perasaan Stanley pada Luna sudah sangat jelas.

Aku merasa seolah-olah jantungku diremas dengan kuat.

Dalam sekejap, aku merasa sangat sakit hati.

"Ayah pasti sangat menyukai Bibi Luna. Tatapan Ayah menatap Bibi Luna nggak sama dengan tatapan Ayah padamu."

"Kata Ayah, alasan kenapa dia nggak bercerai adalah karena dia takut aku akan menjadi anak dari keluarga dengan orang tua tunggal, sepertimu. Hal ini nggak baik untuk pertumbuhan psikologisku."

"Dia juga takut, setelah kalian bercerai, kamu akan mengganggu kami terus-menerus dan akan melukai orang lain!"

Aku menatap Peter yang berada di hadapanku. Dia baru berusia lima tahun, suaranya yang kekanak-kanakan terdengar sangat manis.

Namun, ucapan yang keluar dari mulutnya malah sangat menyakiti hatiku.

Aku berusaha keras untuk menenangkan diri. Dia hanya mengucapkan kata-kata ini karena suasana hatinya sedang tidak baik ....

Namun, tanganku tetap saja bergetar dengan tidak terkendali.

Pada saat ini, pangsitnya sudah matang.

Aroma makanan menyebar di seluruh ruangan. Aku memaksa diri untuk menyingkirkan ucapan anak kecil ini dari pikiranku dan mengambilkan semangkuk pangsit untuknya. Aku takut mangkuknya terlalu panas untuknya, jadi aku langsung meletakkan mangkuk tersebut di atas meja. "Makanlah."

Peter malah langsung mengambil mangkuk itu dan melemparkannya ke lantai.

"Prang!"

Mangkuk porselen itu seketika pecah berkeping-keping.

Pangsit dan sup ayam juga bertumpahan di mana-mana.

"Peter! Kamu harus tahu batas! Kamu sudah melupakan sopan santun yang Ibu ajarkan padamu, ya?!"

Amarahku meledak. Aku saling bertatapan dengannya, tidak ada yang ingin mengalah.

Peter yang tidak mendapatkan hasil yang dia inginkan pun merasa sangat kesal. Dia mendorongku dan pergi sambil menangis. "Siapa yang menyuruhmu untuk mengajariku?! Aku membencimu!!!"

Dorongannya tidak kuat, tetapi aku tetap saja terhuyung-huyung ke belakang dan hampir terjatuh.

Aku menatap punggung Peter dengan tatapan tidak percaya.

Sebelumnya, hubungan kami masih sangat harmonis.

Namun, karena dia masih kecil dan masih belum bisa berpikir dengan baik, dia bisa mengucapkan kata-kata dan melakukan perbuatan yang tidak benar.

Terkadang, dia memang bisa menyakitiku. Namun, setelah dia menenangkan diri, aku akan memberi tahu dirinya letak kesalahannya.

Dia juga akan memikirkan bagaimana dia harus mengubah sikapnya.

Sebelumnya, pada saat seperti ini, anak kecil ini akan berlari menghampiriku dan memelukku sambil bertanya, "Ibu, tadi, aku sudah salah bicara, sehingga Ibu bersedih, ya?"

"Kalau begitu, aku sudah ingat. Ke depannya, aku nggak akan mengucapkan kata-kata itu lagi."

Kemudian, dia akan menggosokkan wajahnya yang kecil dengan lembut padaku.

Bagaimana dengan sekarang?

Aku berpegangan pada meja kompor untuk berdiri dengan baik, tetapi aku tidak bisa menahan air mataku lagi dari mengalir.

Mengapa dia bisa menjadi seperti ini?

Apakah pengajaranku benar-benar bermasalah?

Aku berintrospeksi dengan sungguh-sungguh.

Sebelumnya, aku terlalu tegas padanya. Dia masih kecil, jadi dia tidak mengerti bahwa segalanya yang kulakukan adalah demi kebaikannya sendiri.

Dia hanya merasa tertekan.

Secara kebetulan, Luna yang tidak memikirkan konsekuensi dari perbuatannya bisa membuat Peter merasa santai ....

Oleh karena itu, secara perlahan, Peter terpengaruh.

Dia pelan-pelan menjauh dariku dan mendekati Luna.

Ke depannya, jika aku bisa mengurangi aturan yang kubuat untuknya, bisakah hubungan kami membaik?

Aku mengambil sebuah mangkuk dari rak piring.

Makanan Peter sudah ditumpahkan.

Stanley belum makan, tetapi aku tidak mengambilkan pangsit untuknya seperti biasanya, melainkan meletakkan mangkuk kosong di atas meja dan duduk di samping meja.

Harus diakui bahwa pada saat ini, aku merasa sangat kesal.

Saat Stanley duduk dan melihat mangkuk kosong itu, dia seketika tercengang. "Ada apa?"

Aku menahan emosiku yang hampir meledak sambil berkata, "Karena keluar dari grup dan menghapus nomor telepon Luna, Peter marah besar dan membuang makanannya. Hari ini, dia sepertinya sudah nggak mau makan masakanku lagi. Kamu antarkan saja dia ke sekolah."

Stanley mengangguk sambil berkata, "Baiklah."

Kemudian, dia berdiri dan pergi mengambil pangsit sendiri. "Jangan marah, Sayang. Jangan bertengkar dengan anak kecil."

Aku menatapnya. Ucapan Peter kembali terngiang-ngiang di telingaku. Aku pun membuka mulutku untuk menanyakan apa yang sebenarnya terjadi ....

Namun, aku terdiam.

Jika dia bertanya mengapa aku menganggap serius apa yang diucapkan anak kecil itu karena dorongan amarahnya, apa yang harus kukatakan?

Namun, jika aku tidak menanyakan apa pun padanya, aku akan merasa sangat frustrasi ....

Akhirnya, aku berkata, "Masalah semalam ...."

"Tenang saja." Stanley seperti mengetahui apa yang kukhawatirkan. Dia tersenyum sambil mengelus kepalaku dan berkata, "Aku sudah berjanji padamu, jadi aku pasti akan menyelesaikan masalah itu dengan baik."

Setelah mendapatkan jawaban yang jelas darinya, aku baru merasa lebih tenang. "Baguslah kalau begitu. Ayo makan."

Setelah dia memutuskan hubungannya dengan Luna ....

Aku akan berusaha menganggap seakan-akan hatinya tidak pernah berkeliaran, bahwa dia adalah suamiku yang selalu mencintaiku, ayah yang menyayangi anaknya ....

Bagaimanapun ....

Keluarga kami juga pernah bahagia.

...

Setelah sarapan, Stanley pergi ke kamar untuk memanggil Peter.

Peter berganti pakaian dan berjalan keluar. Saat dia melihatku, dia mendengus sambil memalingkan wajahnya, lalu menggenggam tangan Stanley dengan kesal dan berjalan ke arah pintu.

Stanley berdiri di depan pintu sambil mengucapkan sampai jumpa padaku.

Seperti biasanya, mereka pergi, meninggalkanku sendiri di rumah.

Sedangkan tugasku selalu berulang-ulang dan membosankan, yaitu membereskan kekacauan yang mereka tinggalkan.

Pecahan mangkuk di lantai, pangsit yang berserak di mana-mana dan sup yang memenuhi lantai.

Mangkuk kosong yang sudah dipakai di atas meja dan pakaian yang sudah dikenakan kemarin.

Setelah membereskan semuanya, aku baru mulai mengepel lantai dari ruang tamu ke kamar tidur, lalu ke ruang baca ....

Saat aku membuka pintu ruang baca, aku malah melihat selembar foto dan dua surat yang terbuka di atas meja.

Foto tersebut adalah fotonya Luna saat dia masih muda.

Sedangkan surat di sebelah kirinya berisi tulisan Stanley yang kukenal ....

Dia hanya menulis dua kalimat.

"Luna, meskipun pengkhianatanmu sebelumnya membuatku sangat sedih, aku tetap bisa memaafkanmu."

"Asalkan kamu bersedia untuk kembali lagi denganku, aku bisa langsung membatalkan pernikahanku dengan Annie Judith."

Kepalaku seketika berdengung.

Related chapters

  • Dekat di Mata, Jauh di Hati   Bab 4

    Apakah Stanley menulis surat ini untuk Luna saat kami baru menikah?Surat lainnya adalah balasan Luna untuknya."Suratmu ada di dalam surat ini, kukirimkan kembali padamu.""Stanley, hidupku sekarang sangat bahagia, kuharap kamu bisa bersenang hati atas kebahagiaanku.""Ke depannya, jangan hubungi aku lagi. Aku nggak mau suamiku salah paham."Setelah membaca dua surat ini, hampir seluruh informasi pun terhubung dengan logis.Luna jelas-jelas adalah wanita dambaannya Stanley.Namun, Stanley malah sangat membenci Luna.Tanpa disadari, aku mencengkeram tongkat pel di tanganku.Ternyata Luna pernah mengkhianati Stanley.Stanley meyakinkan diri bahwa dia tidak akan perhitungan dengan kesalahan yang pernah dilakukan oleh Luna dan tidak akan memedulikan luka yang diberikan Luna padanya.Asalkan Luna bisa kembali ke sisinya.Sayangnya ....Luna masih saja menolaknya.Sampai saat ini, aku baru mengerti mengapa di pernikahan kami, saat teman-temannya mengungkit tentang Luna, dia langsung naik da

  • Dekat di Mata, Jauh di Hati   Bab 5

    Apa?Ucapan singkat ini membuatku tercengang untuk sangat lama.Aku menatap Stanley dengan tatapan kebingungan.Bukankah dia mengatakan bahwa dia menitipkan Peter pada ibunya?Ibunya Stanley mengetahui kondisi kesehatan Peter, jadi dia tidak akan memberikan makanan yang tidak sehat untuk Peter.Kalau begitu, mengapa Peter bisa masuk rumah sakit?Selain itu ....Mengapa Luna bisa mengetahui kondisinya Peter?"Rumah sakit mana?" Stanley bergegas memungut pakaian di lantai dan mengenakannya dengan terburu-buru.Di ujung telepon lainnya, Luna menangis sambil memberi tahu Stanley nama rumah sakit tersebut.Aku mengkhawatirkan anak kami, jadi aku hanya bisa mengikuti di belakang Stanley.Pada saat ini, Stanley baru menyadari keberadaanku.Aku tahu bahwa pada saat ini, ekspresiku sangat masam. Emosiku seperti sudah hampir meledak, tetapi akhirnya aku tetap menahannya.Dia membuka pintu mobil dan langsung naik mobil.Aku juga duduk di kursi penumpang.Sepanjang perjalanan, kami tidak mengucapk

  • Dekat di Mata, Jauh di Hati   Bab 6

    Kata-kata yang kekanak-kanakan, tetapi terus terang ini seperti jarum yang menusuk hatiku.Saat dia sedang sakit dan berada dalam kondisi paling lemah, dia malah masih memikirkan wanita yang membuatnya jatuh sakit.Aku menunduk dan menatapnya.Penyakit ini jelas-jelas menguras tenaganya. Baru saja dia mengucapkan beberapa patah kata, dia sudah terlelap lagi.Stanley tentu saja juga mendengar ucapan Peter. Dia pun menggenggam tanganku dan memanggilku. "Sayang."Tidak ada yang ingin aku bicarakan dengannya, jadi aku langsung ingin menarik kembali tanganku.Namun, Stanley malah mempererat pegangannya, tidak membiarkanku melepaskannya. "Masalah hari ini hanyalah sebuah kecelakaan. Ibulah yang membuat keputusan sesukanya. Peter juga bukan sengaja mau mengucapkan kata-kata itu, dia hanya sakit ....""Aku bukannya nggak bisa memahami anak kita." Aku menggendong Peter sambil berjalan ke luar rumah sakit dan berkata, "Sekarang, dia lagi sangat menyukai Luna, jadi dia pasti merasa bahwa Luna san

  • Dekat di Mata, Jauh di Hati   Bab 7

    Dia mengangkat kepalanya yang kecil dan menatap Stanley.Matanya yang basah menunjukkan kepolosan dan ketidaktahuan seorang anak kecil yang khusus.Dia terlihat sangat kasihan.Stanley berjongkok.Peter pun tidak perlu mendongak lagi. Dia menatap Stanley sambil berkata dengan terisak tangis, "Ayah, berjanjilah padaku.""Kamu masih kecil." Stanley tentu saja menyayangi putranya ini. Dia mengangkat kepalanya dan mengelus kepala Peter sambil berkata, "Peter, kalau kamu marah-marah seperti ini pada Ibu, di masa depan, kamu akan menyesal."Peter menggeleng sambil berseru, "Nggak akan!"Peter seperti takut Stanley tidak memercayainya, jadi dia menyeka air matanya sambil berkata pada Stanley, "Ayah, tinggalkanlah Ibu dan hidup dengan Bibi Luna! Aku ingin sekali Bibi Luna menjadi ibuku!"Dia mengucapkan kata-kata ini dengan sangat tegas.Sedangkan Stanley tidak menjawab, dia hanya menepuk-nepuk bahu Peter dan berdiri.Aku menoleh dengan susah payah dan menatap Peter.Aku selalu mengira bahwa d

  • Dekat di Mata, Jauh di Hati   Bab 8

    Di depan gerbang sekolah.Di hadapan begitu banyak orang tua murid ....Putra kandungku terus-menerus menyangkal bahwa aku adalah ibunya.Dia juga berulang kali menekankan bahwa Luna adalah ibunya.Meskipun hatiku sudah lama disakiti, aku tetap berusaha untuk memberi tahu diriku bahwa dia masih kecil dan sama sekali tidak mengetahui konsekuensi perbuatannya. "Peter!""Aku akan memberimu sekali lagi kesempatan untuk memilih!""Lihat aku dengan baik. Tenangkan dirimu dan pikirkan dengan baik, siapa yang seharusnya kamu pilih antara aku dan dia!"Semua orang pun menatap ke arah Peter.Peter bersembunyi di belakang Luna sambil menempelkan keningnya di punggung Luna. "Tentu saja ibuku," jawabnya.Begitu dia mengucapkan kata-kata ini, Luna menatapku dengan tatapan aneh. Kemudian, dia menggendong Peter dan hendak pergi begitu saja. "Orang gila," katanya.Aku tentu saja tidak bisa membiarkannya pergi. Aku bergegas mengejar mereka untuk menahan mereka.Namun, seseorang menghalangi jalanku.Aku

  • Dekat di Mata, Jauh di Hati   Bab 9

    Stanley menjawab dengan nada menyesal, "Aku sudah punya anak dengannya.""Makanya kamu membiarkan Luna berhubungan dengan Peter di belakang Annie, ya?"Seseorang bertanya dengan terkejut, "Asalkan Peter mengakui Luna sebagai ibunya, kamu bisa membawa anakmu dan kembali lagi dengan cinta pertamamu!"Mereka pun bersorak. "Kamu benar-benar pintar, ya!""Kamu bahkan bisa memikirkan cara ini!"Jadi ....Stanley-lah yang menyuruh Luna untuk berhubungan dengan Peter?Pantas saja ....Saat Stanley membawa anak kami ke tempat ibunya, ibunya akan mengantarkan Peter ke rumahnya Luna, supaya mereka bisa mengembangkan hubungan mereka.Pantas saja ....Guru di Taman Kanak-Kanak pun memanggil Luna sebagai ibunya Peter ....Akulah yang bodoh, masih terus meyakinkan diriku untuk memaafkan mereka.Sekujur tubuhku bergetar. Aku berusaha untuk menenangkan diri, tetapi aku tidak berhasil melakukannya.Sebelum Stanley sempat menjawab pertanyaan ini ....Ponselnya berdering.Dia langsung menerima panggilan i

  • Dekat di Mata, Jauh di Hati   Bab 10

    Aku menatapnya dengan kebingungan.Stanley langsung menunjukkan hasil pemeriksaan padaku. Dia jelas-jelas sangat menantikan kedatangan kehidupan baru ini. "Semalam, kamu tiba-tiba pingsan, aku benar-benar ketakutan.""Setelah kamu diperiksa oleh dokter, ternyata kamu hamil.""Hanya saja, selama beberapa hari terakhir, kamu menerima terlalu banyak pukulan, suasana hatimu nggak stabil, sehingga kondisi janin nggak baik.""Kamu harus masuk rumah sakit untuk sementara, supaya kamu bisa menjaga kandunganmu dengan baik."Aku menerima hasil pemeriksaan itu. Tatapanku pun tertuju lekat-lekat pada foto janin yang masih belum berbentuk sempurna.Pada saat ini, hatiku yang sudah terluka seperti mendapatkan sedikit ketenangan.Aku mengangkat tanganku dan menyentuh foto kehidupan kecil yang baru tiba ini, dengan banyak sekali pikiran yang memenuhi benakku.Ayahku meninggal saat aku masih kecil, jadi aku adalah anak yang dibesarkan di keluarga dengan orang tua tunggal.Aku benar-benar tidak ingin me

  • Dekat di Mata, Jauh di Hati   Bab 11

    Stanley langsung berdiri sambil berseru, "Nggak!"Aku berkata, "Selama beberapa hari terakhir, ada banyak sekali hal yang terjadi."Aku menatap mata Stanley dan berkata, "Peter sudah bertekad untuk berhubungan dekat dengan Luna ...."Stanley selalu bersikap sangat tenang dan terkendali. Namun, pada saat ini, suaranya bergetar."Dia masih kecil, Sayang. Aku sama sekali nggak pernah melakukan hal apa pun yang melewati batas.""Kamu bisa membenci Peter, kamu juga bisa menyalahkanku ....""Tapi, kamu nggak boleh meninggalkanku."Akhirnya, nada bicaranya terdengar penuh permohonan.Namun, dia tetap saja melemparkan tanggung jawab ini pada Peter ....Dia seakan-akan sama sekali tidak menyadari bahwa aku terluka karena persetujuannya dan toleransinya.Dia tentu saja juga tidak akan menyadari bahwa rasa cinta yang sudah aku kumpulkan untuknya selama bertahun-tahun hilang sepenuhnya saat aku jatuh dari tangga kemarin ...."Terus, aku tiba-tiba menyadari bahwa kamu jelas-jelas berjanji padaku ka

Latest chapter

  • Dekat di Mata, Jauh di Hati   Bab 50

    Aku berkata lagi, "Luna, kamu seharusnya paham, 'kan?"Setelah Rendy bangkrut, Luna bisa meninggalkannya.Luna lebih memilih untuk menjadi wanita simpanan Stanley, jadi artinya dia sama sekali tidak bisa hidup miskin.Jika Stanley benar-benar tidak menginginkannya lagi, dia hanya bisa membawa putranya pergi menjadi wanita simpanan pria kaya lainnya dengan susah payah, supaya pria itu menghidupinya.Selain itu ....Pria lainnya tidak tentu akan benar-benar mencintainya dan ingin menjalani hidup yang baik dengannya, seperti Stanley.Oleh karena itu, Luna akan berusaha sebisanya untuk tetap berada di sisi Stanley."Annie Judith!" Luna tidak menyangka bahwa aku akan mengancamnya. Ekspresinya pun seketika menjadi sangat masam.Aku mendesaknya dengan tenang. "Waktuku terbatas."Luna menggertakkan giginya. Saat aku berbalik, dia tiba-tiba berseru, "Maaf!"Aku pun berbalik lagi dan berkata, "Siapa yang bersalah, dia yang harus minta maaf, bukan?"Luna sangat tidak menyukaiku, tetapi demi masa

  • Dekat di Mata, Jauh di Hati   Bab 49

    "Aku nggak suka mendengarnya."Mendengar ucapan Winnie, aku pun mengangkat kepalaku.Aku seketika melihat putranya Luna yang sedang berdiri di atas seluncuran sambil menatapku.Tatapannya tidak sejernih mata anak kecil pada umumnya, melainkan memancarkan kedewasaan yang sama sekali tidak cocok untuk anak seusianya.Pada saat ini, tatapannya penuh akan kebencian.Awalnya, aku berencana untuk menjaga jarak dengan mereka.Kecuali jika aku mendapatkan bukti untuk mengungkapkan sifat aslinya Luna, aku tidak akan menghubungi mereka lagi.Namun, mereka malah terus muncul di hadapanku.Mungkin karena aku selalu menoleransi provokasi dan penindasan mereka ....Mereka sepertinya menganggap bahwa aku mudah untuk ditindas.Mereka bahkan ingin menindas Winnie.Huh!Kalau aku tidak melawan ....Mereka sepertinya akan makin menjadi-jadi.Aku menyingkirkan ekspresi dingin di wajahku dan berkata pada Winnie dengan lembut, "Tapi, kalau orang lain menindasmu dan kamu malah menghindar ....""Orang itu aka

  • Dekat di Mata, Jauh di Hati   Bab 48

    Peter tidak bisa memikirkan alasannya.Dia hanya samar-samar merasa bahwa sejak ibunya yang dulu dan Stanley bercerai, segalanya berubah ....Peter kembali ke kamarnya dengan sedih dan mengeluarkan tabletnya. Begitu dia membuka WhatsApp, dia langsung melihat foto yang diunggah Luna.Dia pun membuka foto tersebut.Luna mengunggah foto dirinya menggendong kakaknya Peter.Mereka tersenyum lebar, jelas-jelas sedang bermain dengan sangat senang di taman hiburan.Peter kembali menangis dengan sedih.Saat dia ingin mengirimkan foto ini pada ayahnya, foto ini malah tiba-tiba menghilang .......Ada banyak sekali anak kecil di taman hiburan.Sebelumnya, Hugo sibuk bekerja, jadi dia jarang sekali punya waktu untuk menemani Winnie bermain di luar.Oleh karena itu, begitu Winnie melihat berbagai atraksi di taman hiburan, matanya berkilau. Dia menggenggam tanganku dan berlari ke sana kemari.Akhirnya, dia menentukan sebuah taman kecil dan berkata pada Hugo, "Ayah, aku mau main ini!"Hugo pun membay

  • Dekat di Mata, Jauh di Hati   Bab 47

    Hugo memang bukan suamiku dan Winnie juga bukan putri kandungku.Namun, di sisi mereka, aku perlahan-lahan mulai mengetahui seperti apa hubungan orang tua dan anak yang sehat....Hari ini, Winnie ingin menikmati waktu bersama sebagai keluarga.Oleh karena itu, Hugo secara khusus tidak meminta sopir untuk ikut pergi.Hugo yang akan mengemudi sendiri.Aku duduk di belakang untuk menemani Winnie.Winnie bersandar padaku dengan manja sambil terus memainkan bajuku dengan jari tangannya.Aku menepuk bahunya dengan lembut sambil berpikir dengan tenang bagaimana aku harus meminta agar dia bersedia untuk berbicara dengan orang-orang selain aku dan Hugo.Setelah ragu-ragu untuk sangat lama, aku baru mencoba untuk bertanya, "Winnie, bisakah Ibu meminta bantuan Winnie?"Mendengar ucapanku, Winnie langsung duduk dan menatapku dengan matanya yang berkilau. "Bantuan apa?"Dia sepertinya sangat menantikan untuk membantuku melakukan sesuatu.Aku pun menjawab dengan pelan, "Emm, bisakah kamu mencoba un

  • Dekat di Mata, Jauh di Hati   Bab 46

    Peter tercengang di tempat. Namun, dia tetap bertanya, "Kenapa?"Sebelumnya, Luna selalu membawanya ke mana-mana.Sekarang, mengapa Luna berubah?"Karena kamu nakal," jawab Luna sambil tersenyum dengan sinis.Bagaimanapun, dia adalah orang dewasa.Dia bisa menghadapi seorang anak kecil dengan sangat gampang.Dia berkata dengan dominan, "Saat kamu sakit, aku nggak menemanimu di rumah sakit karena kondisiku kurang sehat, tapi kamu langsung keberatan.""Kamu bahkan mengadu pada ayahmu, supaya ayahmu membenciku.""Kalau begitu, tentu saja aku juga nggak akan membiarkanmu hidup nyaman, mengerti?" Ucapan Luna menjadi makin jahat.Peter mengangguk dan berkata, "Kalau begitu, aku akan berubah. Apa pun yang terjadi, aku nggak akan memberi tahu Ayah lagi, oke?"Dia hanya berharap agar Luna bisa memperlakukannya dengan lebih baik."Sudah telat." Setelah Luna siap-siap, dia langsung membawa putranya ke luar.Peter ingin mengikuti mereka, tetapi dia didorong dengan kuat oleh Luna, sehingga dia terj

  • Dekat di Mata, Jauh di Hati   Bab 45

    Setelah duduk, pelayan toko membawakan menu untuk kami dan kami pun memesan makanan.Winnie menyerahkan menu padaku, aku pun menunjuk tulisan di menu itu sambil memberitahunya isi setiap pangsit.Dia mengangguk sambil berkata, "Enak, ya."Kemudian, aku bertanya, "Mau makan yang mana?"Winnie mengedipkan matanya sambil menjawab, "Mau makan semuanya."Aku pun menyerahkan menu pada Hugo dan membiarkan Hugo untuk membuat keputusan.Hugo juga menyayangi Winnie, jadi dia langsung berkata pada pelayan tersebut, "Masing-masing satu porsi, ya."Pelayan itu juga bersikap sangat baik. "Baik."Setelah pelayan itu pergi, Winnie memelukku sambil bertanya, "Ibu, tahukah kamu?""Kata teman-teman sekelasku, dua hari ini, Peter kasihan sekali.""Sudah jam pulang sekolah, tapi ibu barunya nggak mau pergi menjemputnya.""Setiap hari, dia harus menunggu di depan gerbang hingga lewat pukul sembilan ...."Anak kecil ini hanya ingin bercerita tanpa maksud tertentu.Winnie bergumam, "Menurut Ibu, kenapa dia be

  • Dekat di Mata, Jauh di Hati   Bab 44

    Stanley tiba-tiba merasa bahwa Luna sama sekali tidak menunjukkan bahwa dia menyayangi Peter.Luna seketika terbangun. Dia menatap Stanley dengan matanya yang berkaca-kaca dan bertanya, "Kamu menyalahkanku, ya?"Stanley menjawab dengan sabar, "Nggak."Melihat Stanley memang tidak menunjukkan maksud untuk menyalahkannya, Luna baru membuang napas dengan lega.Stanley berkata, "Tapi ...."Luna seketika merasa gugup.Stanley berkata lagi dengan santai, "Kamu sepertinya sama sekali nggak memedulikan Peter."Luna bergegas berkata, "Aku juga nggak tahu kenapa, tapi pengaruh kehamilanku sangat besar. Begitu kalian keluar, aku langsung ketiduran ...."Namun, Stanley malah tetap menatap Luna dengan tatapan dominan sambil berkata, "Tapi, saat kami pulang, kamu bahkan nggak menanyakan kondisi Peter."Mendengar ucapan Stanley, Luna baru menyadari bahwa dia sudah melakukan sebuah kesalahan besar.Meskipun dia sudah berhasil menyingkirkan Annie dan merebut posisi Annie ....Peter masih sangat penting

  • Dekat di Mata, Jauh di Hati   Bab 43

    "Mengerti?"Winnie tertawa dengan bahagia. Dia memeluk leherku dan berbisik di telingaku, "Ibu memang paling baik!"Aku pun memeluknya erat-erat sambil berkata, "Winnie juga sangat baik."Winnie langsung melepaskan diri dari pelukanku, lalu menarik tanganku sambil berlari ke lantai atas. "Ayo, Ibu, aku sudah nggak sabar mau mandi!"...Kamar Winnie dilengkapi dengan sebuah bak mandi.Hari ini, dia ingin berendam di bak mandi. Jadi, saat aku mengambil air untuknya, aku terus memperhatikan suhu airnya.Sedangkan Winnie mengeluarkan teman mandinya, yaitu sebuah mainan bebek dan beberapa binatang lainnya, dan memasukkan semuanya ke dalam bak mandi.Kemudian, dia mencari piama untuk dirinya sendiri.Setelah sibuk melakukan hal-hal ini, keningnya sudah berkeringat, tetapi matanya berkilau.Airnya juga sudah siap.Winnie masuk ke dalam bak mandi dan berbaring dengan patuh. Dia menjulurkan kepalanya dan menatapku.Aneh sekali.Aku tidak melakukan banyak hal untuk anak ini, bahkan kurang dari s

  • Dekat di Mata, Jauh di Hati   Bab 42

    Mendengar pertanyaan Peter, Stanley terdiam sejenak sebelum menjawab, "Karena dia ...."Pergi keluar untuk mempersiapkan kejutan untukmu.Sebelum Stanley menyelesaikan ucapannya, dia tiba-tiba menyadari bahwa ada yang aneh ....Luna selalu mengatakan bahwa dia tidak boleh kelelahan semasa kehamilannya. Kalau tidak, perkembangan janinnya akan terpengaruh.Namun ....Sepertinya, pergi berbelanja di luar juga melelahkan, bukan?Artinya ....Luna tidak keberatan jika dia harus kelelahan untuk pergi bersenang-senang di luar.Namun, dia tidak ingin menjaga Peter.Melihat Stanley yang ragu-ragu untuk menjawab, Peter bertanya dengan bingung, "Ayah, ada apa dengan Ibu Luna?""Nggak apa-apa," jawab Stanley.Peter adalah putra Stanley satu-satunya, jadi Stanley tentu saja harus lebih memperhatikan putranya ini. "Nanti, saat kita pulang, kita beri tahu Ibu Luna, ya. Besok, sesibuk apa pun dia, dia tetap harus pergi menjemputmu. Oke?"Peter menjawab dengan puas, "Oke!"Kemudian, dia bergumam, "Aku

DMCA.com Protection Status