Bab 2

Aku membawa tablet ini ke luar kamarnya Peter dan berjalan langsung ke ruang bacanya Stanley.

Hanya saja, aku tidak mengerti ....

Mengapa orang itu harus Luna.

Aku pertama kalinya mendengar nama Luna di pernikahanku dengan Stanley.

Pada saat itu, Stanley memperlakukanku dengan sangat baik.

Saat suasana hatiku kurang baik, dia akan menghiburku dan memberitahuku bahwa tidak ada orang yang sempurna. Kemudian, dia menemaniku dengan sabar, hingga suasana hatiku membaik.

Saat aku sakit, dia akan mengabaikan semuanya untuk menjagaku.

Oleh karena itu, aku juga memutuskan untuk menikah jauh demi cinta.

Saat aku mengenakan gaun pengantin berwarna putih, dengan bunga di tanganku dan sedang menantikan kisah cinta dalam hidupku, aku mendengar teman-temannya Stanley membahas tentang cinta pertamanya.

"Dulu, kulihat Stanley dan Luna begitu saling mencintai, jadi kukira mereka akan menikah."

"Benar, mereka terlihat sangat serasi."

"Sayang sekali."

Dari ucapan mereka, mereka jelas-jelas merasa sangat kecewa.

Pada saat itu, keyakinanku terhadap cinta Stanley pun goyah.

Saat aku hendak menanyakan hal ini pada Stanley, aku melihat Stanley berjalan ke hadapan mereka dengan ekspresi gelap.

Aku tidak pernah melihatnya semarah ini.

"Sudah kubilang berapa kali, aku membenci Luna Sherla!"

"Sebelumnya, aku mungkin nggak bilang dengan jelas. Tapi, kali ini, biar kuberi tahu kalian, kalau kalian berani mengungkit tentang dirinya lagi di hadapanku, kita akan putus hubungan!"

Pada saat itu, mendengar ucapannya, kecemasanku akhirnya menghilang.

Ternyata, dia bukan hanya tidak mencintai Luna, tetapi bahkan sangat membenci Luna.

Aku tidak mengerti. Di kondisi seperti ini ....

Mengapa begitu Luna kembali, dia malah membawa anak kami untuk pergi mencari Luna?

Inilah pertama kalinya aku meragukan pernikahan yang selalu kukira bahagia ini.

Aku tidak lagi mengetuk pintu untuk menghormati Stanley seperti biasanya, melainkan langsung membuka pintunya.

Mendengar suara pintu dibuka, Stanley yang sedang bekerja menoleh. Melihatku, dia bergegas meninggalkan pekerjaannya dan berdiri, lalu berjalan menghampiriku. "Sayang, ada apa?"

Suaranya lembut dan hangat, seperti saat kami masih saling mencintai.

Mendengar suaranya yang penuh perhatian, air mataku kembali mengalir tanpa terkendali.

Pada saat ini, sikapnya seakan-akan menunjukkan bahwa dia masih mencintaiku ....

Orang seperti inilah yang malah mengkhianatiku.

Sesaat kemudian, dia berhenti di hadapanku.

Dia memiliki tinggi badan 188 cm. Tubuhnya tidak kekar, tetapi dia sering berolahraga.

Tubuhnya membuatku merasa sangat aman.

Dia menyeka air mataku sambil bertanya dengan pelan, "Apakah putra kesayangan kita membuatmu marah lagi?"

"Bukan," jawabku sambil terisak tangis.

Stanley masih ingin bertanya.

Namun, aku tidak ingin mendengarnya lagi. "Aku membaca riwayat obrolan grup itu," kataku padanya.

Stanley melepaskan tangannya yang besar dari wajahku dan bertanya, "Grup apa?"

Aku memelototinya dengan mataku yang buram karena air mata.

Di titik ini, dia masih mau pura-pura tidak tahu?

Tanpa disadari, suaraku menjadi makin keras. Aku bahkan hampir berteriak. "Grup Keluarga Cemara yang ada kamu dan Luna Sherla!"

Stanley seperti tidak tega melihatku bersedih. Dia berjalan maju dan memelukku sambil menepuk punggungku dengan lembut. "Sayang, tenang dulu."

Pada saat ini, baik tubuhku maupun perasaanku, semuanya terasa sangat tegang.

Stanley berkata, "Peter-lah yang bersikeras untuk membuat grup ini."

Kalau begitu, bagaimana Peter bisa kenal dengan Luna?

Apa yang sudah Peter alami bersama Luna, yang membuat hubungannya dengan Luna mendalam, hingga dia harus memanggil Luna dengan panggilan "Ibu"?

Menurutku, Stanley hanya ingin menghindari tanggung jawab.

Tak kusangka ....

Semuanya berawal dari dirinya.

Aku memejamkan mataku. "Stanley ...."

Bahkan menyebut namanya pun sudah menguras seluruh energiku. "Aku membaca semuanya, jadi jangan anggap aku bodoh, oke?"

Stanley terdiam.

Setelah sekian lama, dia tidak mengucapkan apa pun. Aku pun berbalik dan hendak pergi ke kamar.

Namun, Stanley malah memelukku dari belakang sambil berkata, "Maaf."

Langkahku seketika terhenti.

Stanley menyusun kata-katanya, lalu berkata, "Semuanya salahku, aku nggak tahu batas. Aku hanya berpikir, kamu pasti kelelahan menjaga anak setiap hari, jadi aku mau menanggung sedikit bebanmu."

Huh!

Menanggung bebanku?

Dia tidak bisa meluangkan waktu untuk menemaniku dan anak kami hanya untuk satu hari.

Namun, dia bisa meluangkan waktu untuk bersenang-senang dengan wanita lain?

Aku meronta untuk melepaskan diri dari pelukannya.

Akan tetapi, Stanley sama sekali tidak bersedia untuk melepaskanku. "Tapi, aku nggak kepikiran kalau kamu akan keberatan. Ini kesalahanku!"

"Aku janji, ke depannya, aku nggak akan menghubunginya lagi!"

"Aku dan Peter akan sama-sama keluar dari grup itu!"

"Aku dan Peter juga akan sama-sama menyingkirkan orang itu dari hidup kami!"

"Jadi, Annie, bisakah kamu memberiku satu kesempatan lagi?"

"Aku janji, ke depannya, aku akan hidup dengan baik denganmu."

"Selain itu, aku juga akan jaga jarak dengan wanita lainnya."

Suara Stanley menjadi sedih. "Demi hubungan kita yang sudah bertahun-tahun, demi putra kita ...."

"Annie, kumohon, jangan tinggalkan aku."

Mendengar nada bicara Stanley yang menyedihkan, seakan-akan dia takut ditinggalkan, aku teringat akan Peter.

Peter masih sangat kecil ....

Dia masih tidak tahu apa-apa. Setelah berhubungan sebentar saja dengan Luna, dia sudah memiliki kecenderungan untuk bersikap nakal.

Selain itu, karena Luna, Peter harus sering diopname.

Jika aku benar-benar bercerai dengan Stanley dan merelakannya pada Luna ....

Hidup Peter ke depannya sepertinya tidak akan baik.

Oleh karena itu ....

Aku hanya bisa berkompromi dengan Stanley.

"Baiklah." Kata ini sangat sederhana, tetapi aku harus mengucapkannya dengan susah payah.

Mendengar ucapanku, Stanley merangkul pinggangku dan memaksaku untuk berbalik.

Aku mengangkat kepalaku dan menatapnya.

Stanley memegang wajahku dan menatapku dengan tatapan senang, lalu menciumku.

Meskipun masalahnya sudah terselesaikan, masalah Peter dan pengkhianatan Stanley masih seperti duri yang terus menusuk hatiku.

Sebelum aku benar-benar melupakan kejadian ini, aku sama sekali tidak ingin melakukan kontak fisik apa pun dengannya, jadi aku memalingkan wajahku untuk menghindari ciumannya.

Namun, tubuhku tiba-tiba melayang di udara.

Perasaan ini membuatku benar-benar gelisah. Aku pun langsung memeluk Stanley.

Stanley terkekeh sambil bertanya, "Kamu masih marah, ya?"

Aku tidak menyangkal. "Aku perlu waktu."

Stanley berkata dengan suaranya yang menggoda dan penuh arti, "Kalau begitu, jika aku berperilaku baik malam ini, bisakah hukumanku diringankan?"

Biasanya, aku tidak bisa menolak isyarat perdamaian seperti ini. Namun, kali ini, aku benar-benar tidak tertarik lagi.

Stanley seperti mengetahui jawabanku. Dia langsung melemparkanku ke atas selimut yang lembut tanpa memberiku kesempatan untuk menolak.

Baru saja aku hendak berdiri ....

Stanley langsung menahan tubuhku.

Aku mendorong dadanya dengan kedua tanganku untuk menahannya dari melanjutkan gerakannya.

Namun, Stanley memegang kedua pergelangan tanganku dengan satu tangan dan menahannya di atas kepalaku.

Dia sangat kuat.

Aku sama sekali tidak bisa melepaskan diri darinya.