Share

Bab 4

Author: Raina_K
last update Last Updated: 2024-11-26 18:37:17
Apakah Stanley menulis surat ini untuk Luna saat kami baru menikah?

Surat lainnya adalah balasan Luna untuknya.

"Suratmu ada di dalam surat ini, kukirimkan kembali padamu."

"Stanley, hidupku sekarang sangat bahagia, kuharap kamu bisa bersenang hati atas kebahagiaanku."

"Ke depannya, jangan hubungi aku lagi. Aku nggak mau suamiku salah paham."

Setelah membaca dua surat ini, hampir seluruh informasi pun terhubung dengan logis.

Luna jelas-jelas adalah wanita dambaannya Stanley.

Namun, Stanley malah sangat membenci Luna.

Tanpa disadari, aku mencengkeram tongkat pel di tanganku.

Ternyata Luna pernah mengkhianati Stanley.

Stanley meyakinkan diri bahwa dia tidak akan perhitungan dengan kesalahan yang pernah dilakukan oleh Luna dan tidak akan memedulikan luka yang diberikan Luna padanya.

Asalkan Luna bisa kembali ke sisinya.

Sayangnya ....

Luna masih saja menolaknya.

Sampai saat ini, aku baru mengerti mengapa di pernikahan kami, saat teman-temannya mengungkit tentang Luna, dia langsung naik darah.

Kalau sekarang?

Mengapa dia mengeluarkan dua surat ini lagi?

Apakah dia ingin mengingatkan dirinya sendiri akan kejahatan Luna, agar dia bisa memutuskan untuk menjaga jarak dengan Luna?

Agar dia bisa hidup dengan baik denganku?

Atau apakah dia takut setelah dia mempertaruhkan segalanya dan meninggalkan istrinya pun Luna masih akan menolak dirinya?

Aku memejamkan mataku.

Rasa sedih ini hampir membuatku jatuh pingsan.

Mungkin saja ucapan Peter benar ....

Orang yang Stanley cintai hanyalah Luna.

Oleh karena itu, saat Stanley mempertimbangkan masa depannya dengan Luna, dia sama sekali tidak memikirkan sebesar apa luka yang akan dia berikan padaku karena pilihannya ....

"Kring, kring!"

Setelah berdiri sangat lama di ruang baca, saat ponselku berdering, rasa sakit di hatiku baru mereda.

Aku pun menerima panggilan itu.

"Sayang."

Melalui telepon, suara Stanley seperti menjadi makin dalam dan menawan.

Dia bertanya dengan suaranya yang tetap lembut, "Lagi ngapain?"

Di hadapanku, Stanley selalu bersikap seperti ini.

Lembut dan penuh perhatian.

Dia takut aku akan merasa tidak nyaman di kota yang asing ini ....

Dia menerima diriku dalam segala bidang dan bahkan tidak berani berbicara dengan kasar padaku.

Berdasarkan logika, aku seharusnya merasa puas.

Namun, sekarang, asalkan aku mendengar suaranya, aku akan teringat bahwa saat aku mencintainya dan pergi jauh ke kotanya dan menantikan pernikahanku dengannya ....

Dia malah sedang memohon agar cinta pertamanya kembali padanya.

Dia mungkin mengeluh pada teman-temannya bahwa kedatanganku menghancurkan kesempatannya untuk kembali dengan Luna.

"Kenapa kamu diam saja?"

Stanley merasa heran karena aku tidak menjawab pertanyaannya.

Aku sudah tidak tahu harus bagaimana menghadapi Stanley. Namun, pada saat ini, aku jelas-jelas tidak bisa diam saja.

Sambil melihat foto dan surat di atas meja, aku menjawab, "Lagi ngepel."

Stanley berkata, "Aku menghubungimu untuk mengingatkanmu ...."

Dia terdiam sejenak sebelum berkata, "Ada dokumen bisnis rahasia di atas meja, jadi nggak usah bersihkan ruang baca, ya. Nanti, saat aku pulang, aku akan membersihkannya sendiri."

Sebelumnya, aku pasti akan tersenyum sambil berkata dengan nada bercanda, "Bahkan aku pun nggak bisa lihat, ya?"

Namun, kata-kata itu tidak bisa keluar dari mulutku. Sesaat kemudian, aku baru berkata, "Baiklah."

Stanley pun mengakhiri panggilan ini.

Aku membawa tongkat pel dan meninggalkan ruang bacanya.

Mengapa dia tidak ingin membiarkanku melihat dua surat itu?

Apakah dia takut aku akan bersedih setelah mengetahui bahwa dia tidak tulus saat menikahiku?

Atau apakah dia takut aku mengetahui bahwa orang yang dia cintai sebenarnya adalah Luna?

Atau ....

Dia sudah diam-diam merencanakan untuk menyingkirkanku, lalu membawa anak kami dan membangun keluarga yang sesungguhnya dengan Luna?

Makin dipikirkan, hatiku terasa makin dingin.

Ini pertama kalinya aku menyadari bahwa hubungan suami istri yang saling mencintai selama bertahun-tahun ini mungkin hanyalah ilusi belaka.

...

"Ding, dong!"

Mendengar suara bel, aku baru tersadar. Aku melihat sekilas ke jam yang tergantung di dinding dan baru menyadari bahwa sekarang sudah saatnya Stanley pulang kerja.

Aku pergi membuka pintu, tetapi tidak melihat Peter.

Aku pun merasa aneh. Biasanya, saat Stanley pulang kerja, dia akan sekaligus menjemput Peter. "Mana anak kita?"

"Dia masih merajuk, katanya nggak mau pulang," jawab Stanley sambil memelukku. "Kupikir, kita berdua juga sudah lama sekali nggak berduaan, jadi aku mengantarkannya ke rumah neneknya."

Dia menopang dagunya di bahuku sambil memanggilku dengan imut. "Sayang."

Aku sama sekali tidak tahu harus menghadapnya dengan ekspresi seperti apa.

Begitu bibit kecurigaan ditanam, bibit ini akan bertunas dan tumbuh terus dalam hati ....

Saat kami baru menikah, dia menunjukkan bahwa dia sangat mencintaiku. Namun, pada saat itu, dia malah masih merindukan Luna.

Pada saat ini, dia masih saja bersikap penuh kasih sayang ....

Aku malah tidak bisa menahan diri dari berpikir, apakah sekarang dia benar-benar sudah mencintaiku atau masih bersandiwara?

Tangan Stanley mengelus perutku dengan lembut.

Pikiranku seketika buyar. "Hmm?"

Stanley bertanya, "Bagaimana kalau kita melahirkan satu anak lagi?"

Aku pun tercengang. "Kenapa?"

"Hari ini, aku memikirkan banyak hal di perusahaan." Stanley berkata dengan tenang, "Aku memang pernah menyukai Luna, tapi setelah dia kembali dan aku berhubungan dengannya ...."

"Aku tetap merasa bahwa hidup denganmu membuatku sangat bahagia."

Tanpa disadari, aku berbalik dan menatap mata Stanley.

Dia tampak sangat sungguh-sungguh, tidak seperti sedang berbohong.

Aku berkata dengan ragu-ragu, "Kalau begitu, singkirkanlah pikiran itu dan hidup dengan baik denganku ...."

Stanley memegang wajahku dengan kedua tangannya dan tersenyum sambil menciumku. "Di perjalanan, aku sudah berbicara dengan Peter. Katanya, dia juga menginginkan seorang adik."

"Kamu tahu, aku selalu menginginkan dua anak."

"Jadi, Sayang ...."

"Jangan tolak aku, ya?"

Tatapannya penuh akan kasih sayang, menggodaku dan membuatku tidak bisa menolak.

Kami sudah memiliki seorang putra.

Jika kami memiliki seorang putri lagi ....

Sejak saat itu, dia bisa menjalani kehidupan yang baik denganku. Setelah memiliki seorang adik, Peter juga bisa menanggung tanggung jawab seorang kakak dan menjadi lebih patuh.

Segalanya akan kembali ke sebagaimana mestinya.

Masa depan yang indah ini membuatku tergoda ....

Aku pun menganggukkan kepalaku.

Melihatku menyetujui permintaannya, Stanley merangkul pinggangku dengan satu tangan dan menarik kepalaku dengan tangannya yang lain, lalu menciumku dengan tegas.

Aku memejamkan mataku dan menerima ciuman ini.

Secara bersamaan, aku diam-diam memberi tahu diriku ....

Bagaimanapun, Stanley tidak benar-benar berselingkuh, dia juga bersedia untuk menjaga jarak yang jelas dengan Luna.

Adapun Peter, aku akan membimbingnya dengan sabar, supaya dia bisa berubah secara perlahan.

Mulai sekarang, kami tetap merupakan keluarga biasa.

"Kring, kring!"

Nada dering ponsel memecahkan kemesraan ini.

Tanpa melihat siapa yang menghubunginya, Stanley ingin mematikan ponselnya dan melemparkannya ke satu sisi.

Namun, saat aku melihat nama di layar ponsel itu, darah di sekujur tubuhku seperti tiba-tiba membeku. Aku mendorongnya dengan kuat sambil berkata, "Itu Luna."

Bukankah dia sudah mengatakan bahwa dia akan memblokir nomor telepon Luna?

Mengapa Luna masih bisa menghubunginya?

Stanley bahkan tidak sempat menatapku dan langsung berbalik untuk mengambil ponselnya.

"Stanley, bagaimana ini? Peter masuk rumah sakit karena sakit perut!"

Related chapters

  • Dekat di Mata, Jauh di Hati   Bab 5

    Apa?Ucapan singkat ini membuatku tercengang untuk sangat lama.Aku menatap Stanley dengan tatapan kebingungan.Bukankah dia mengatakan bahwa dia menitipkan Peter pada ibunya?Ibunya Stanley mengetahui kondisi kesehatan Peter, jadi dia tidak akan memberikan makanan yang tidak sehat untuk Peter.Kalau begitu, mengapa Peter bisa masuk rumah sakit?Selain itu ....Mengapa Luna bisa mengetahui kondisinya Peter?"Rumah sakit mana?" Stanley bergegas memungut pakaian di lantai dan mengenakannya dengan terburu-buru.Di ujung telepon lainnya, Luna menangis sambil memberi tahu Stanley nama rumah sakit tersebut.Aku mengkhawatirkan anak kami, jadi aku hanya bisa mengikuti di belakang Stanley.Pada saat ini, Stanley baru menyadari keberadaanku.Aku tahu bahwa pada saat ini, ekspresiku sangat masam. Emosiku seperti sudah hampir meledak, tetapi akhirnya aku tetap menahannya.Dia membuka pintu mobil dan langsung naik mobil.Aku juga duduk di kursi penumpang.Sepanjang perjalanan, kami tidak mengucapk

  • Dekat di Mata, Jauh di Hati   Bab 6

    Kata-kata yang kekanak-kanakan, tetapi terus terang ini seperti jarum yang menusuk hatiku.Saat dia sedang sakit dan berada dalam kondisi paling lemah, dia malah masih memikirkan wanita yang membuatnya jatuh sakit.Aku menunduk dan menatapnya.Penyakit ini jelas-jelas menguras tenaganya. Baru saja dia mengucapkan beberapa patah kata, dia sudah terlelap lagi.Stanley tentu saja juga mendengar ucapan Peter. Dia pun menggenggam tanganku dan memanggilku. "Sayang."Tidak ada yang ingin aku bicarakan dengannya, jadi aku langsung ingin menarik kembali tanganku.Namun, Stanley malah mempererat pegangannya, tidak membiarkanku melepaskannya. "Masalah hari ini hanyalah sebuah kecelakaan. Ibulah yang membuat keputusan sesukanya. Peter juga bukan sengaja mau mengucapkan kata-kata itu, dia hanya sakit ....""Aku bukannya nggak bisa memahami anak kita." Aku menggendong Peter sambil berjalan ke luar rumah sakit dan berkata, "Sekarang, dia lagi sangat menyukai Luna, jadi dia pasti merasa bahwa Luna san

  • Dekat di Mata, Jauh di Hati   Bab 7

    Dia mengangkat kepalanya yang kecil dan menatap Stanley.Matanya yang basah menunjukkan kepolosan dan ketidaktahuan seorang anak kecil yang khusus.Dia terlihat sangat kasihan.Stanley berjongkok.Peter pun tidak perlu mendongak lagi. Dia menatap Stanley sambil berkata dengan terisak tangis, "Ayah, berjanjilah padaku.""Kamu masih kecil." Stanley tentu saja menyayangi putranya ini. Dia mengangkat kepalanya dan mengelus kepala Peter sambil berkata, "Peter, kalau kamu marah-marah seperti ini pada Ibu, di masa depan, kamu akan menyesal."Peter menggeleng sambil berseru, "Nggak akan!"Peter seperti takut Stanley tidak memercayainya, jadi dia menyeka air matanya sambil berkata pada Stanley, "Ayah, tinggalkanlah Ibu dan hidup dengan Bibi Luna! Aku ingin sekali Bibi Luna menjadi ibuku!"Dia mengucapkan kata-kata ini dengan sangat tegas.Sedangkan Stanley tidak menjawab, dia hanya menepuk-nepuk bahu Peter dan berdiri.Aku menoleh dengan susah payah dan menatap Peter.Aku selalu mengira bahwa d

  • Dekat di Mata, Jauh di Hati   Bab 8

    Di depan gerbang sekolah.Di hadapan begitu banyak orang tua murid ....Putra kandungku terus-menerus menyangkal bahwa aku adalah ibunya.Dia juga berulang kali menekankan bahwa Luna adalah ibunya.Meskipun hatiku sudah lama disakiti, aku tetap berusaha untuk memberi tahu diriku bahwa dia masih kecil dan sama sekali tidak mengetahui konsekuensi perbuatannya. "Peter!""Aku akan memberimu sekali lagi kesempatan untuk memilih!""Lihat aku dengan baik. Tenangkan dirimu dan pikirkan dengan baik, siapa yang seharusnya kamu pilih antara aku dan dia!"Semua orang pun menatap ke arah Peter.Peter bersembunyi di belakang Luna sambil menempelkan keningnya di punggung Luna. "Tentu saja ibuku," jawabnya.Begitu dia mengucapkan kata-kata ini, Luna menatapku dengan tatapan aneh. Kemudian, dia menggendong Peter dan hendak pergi begitu saja. "Orang gila," katanya.Aku tentu saja tidak bisa membiarkannya pergi. Aku bergegas mengejar mereka untuk menahan mereka.Namun, seseorang menghalangi jalanku.Aku

  • Dekat di Mata, Jauh di Hati   Bab 9

    Stanley menjawab dengan nada menyesal, "Aku sudah punya anak dengannya.""Makanya kamu membiarkan Luna berhubungan dengan Peter di belakang Annie, ya?"Seseorang bertanya dengan terkejut, "Asalkan Peter mengakui Luna sebagai ibunya, kamu bisa membawa anakmu dan kembali lagi dengan cinta pertamamu!"Mereka pun bersorak. "Kamu benar-benar pintar, ya!""Kamu bahkan bisa memikirkan cara ini!"Jadi ....Stanley-lah yang menyuruh Luna untuk berhubungan dengan Peter?Pantas saja ....Saat Stanley membawa anak kami ke tempat ibunya, ibunya akan mengantarkan Peter ke rumahnya Luna, supaya mereka bisa mengembangkan hubungan mereka.Pantas saja ....Guru di Taman Kanak-Kanak pun memanggil Luna sebagai ibunya Peter ....Akulah yang bodoh, masih terus meyakinkan diriku untuk memaafkan mereka.Sekujur tubuhku bergetar. Aku berusaha untuk menenangkan diri, tetapi aku tidak berhasil melakukannya.Sebelum Stanley sempat menjawab pertanyaan ini ....Ponselnya berdering.Dia langsung menerima panggilan i

  • Dekat di Mata, Jauh di Hati   Bab 10

    Aku menatapnya dengan kebingungan.Stanley langsung menunjukkan hasil pemeriksaan padaku. Dia jelas-jelas sangat menantikan kedatangan kehidupan baru ini. "Semalam, kamu tiba-tiba pingsan, aku benar-benar ketakutan.""Setelah kamu diperiksa oleh dokter, ternyata kamu hamil.""Hanya saja, selama beberapa hari terakhir, kamu menerima terlalu banyak pukulan, suasana hatimu nggak stabil, sehingga kondisi janin nggak baik.""Kamu harus masuk rumah sakit untuk sementara, supaya kamu bisa menjaga kandunganmu dengan baik."Aku menerima hasil pemeriksaan itu. Tatapanku pun tertuju lekat-lekat pada foto janin yang masih belum berbentuk sempurna.Pada saat ini, hatiku yang sudah terluka seperti mendapatkan sedikit ketenangan.Aku mengangkat tanganku dan menyentuh foto kehidupan kecil yang baru tiba ini, dengan banyak sekali pikiran yang memenuhi benakku.Ayahku meninggal saat aku masih kecil, jadi aku adalah anak yang dibesarkan di keluarga dengan orang tua tunggal.Aku benar-benar tidak ingin me

  • Dekat di Mata, Jauh di Hati   Bab 11

    Stanley langsung berdiri sambil berseru, "Nggak!"Aku berkata, "Selama beberapa hari terakhir, ada banyak sekali hal yang terjadi."Aku menatap mata Stanley dan berkata, "Peter sudah bertekad untuk berhubungan dekat dengan Luna ...."Stanley selalu bersikap sangat tenang dan terkendali. Namun, pada saat ini, suaranya bergetar."Dia masih kecil, Sayang. Aku sama sekali nggak pernah melakukan hal apa pun yang melewati batas.""Kamu bisa membenci Peter, kamu juga bisa menyalahkanku ....""Tapi, kamu nggak boleh meninggalkanku."Akhirnya, nada bicaranya terdengar penuh permohonan.Namun, dia tetap saja melemparkan tanggung jawab ini pada Peter ....Dia seakan-akan sama sekali tidak menyadari bahwa aku terluka karena persetujuannya dan toleransinya.Dia tentu saja juga tidak akan menyadari bahwa rasa cinta yang sudah aku kumpulkan untuknya selama bertahun-tahun hilang sepenuhnya saat aku jatuh dari tangga kemarin ...."Terus, aku tiba-tiba menyadari bahwa kamu jelas-jelas berjanji padaku ka

  • Dekat di Mata, Jauh di Hati   Bab 12

    Akhirnya, tanpa mengucapkan apa pun, Stanley membawa Peter meninggalkan ruangan....Tidak lama setelah mereka pergi, seorang perawat menghubungiku dan menanyakan keputusanku mengenai janin yang belum berbentuk itu.Mereka tahu bahwa kondisiku tidak baik, mereka tidak ingin menyinggung perasaanku. Oleh karena itu, mereka menghubungi pasanganku terlebih dahulu. Hanya saja, panggilan itu tidak terhubung.Mereka pun tidak memiliki pilihan lain selain menghubungiku dan memintaku untuk menandatangani surat persetujuan.Setelah menjelaskan prosedurnya padaku, mereka menanyakan kapan aku memiliki waktu luang.Sekarang, kondisiku sebenarnya tidak baik, jadi aku tidak seharusnya bergerak. Namun, ini pertama kalinya aku akan melihat anak itu.Jika aku terlambat, dia akan merasa sedih ....Oleh karena itu, aku memberi tahu mereka bahwa aku akan pergi sekarang juga.Setibanya di tempat itu, aku menandatangani surat persetujuan. Setelah menunggu sesaat, mereka menyerahkan sebuah kotak kecil padaku.

Latest chapter

  • Dekat di Mata, Jauh di Hati   Bab 50

    Aku berkata lagi, "Luna, kamu seharusnya paham, 'kan?"Setelah Rendy bangkrut, Luna bisa meninggalkannya.Luna lebih memilih untuk menjadi wanita simpanan Stanley, jadi artinya dia sama sekali tidak bisa hidup miskin.Jika Stanley benar-benar tidak menginginkannya lagi, dia hanya bisa membawa putranya pergi menjadi wanita simpanan pria kaya lainnya dengan susah payah, supaya pria itu menghidupinya.Selain itu ....Pria lainnya tidak tentu akan benar-benar mencintainya dan ingin menjalani hidup yang baik dengannya, seperti Stanley.Oleh karena itu, Luna akan berusaha sebisanya untuk tetap berada di sisi Stanley."Annie Judith!" Luna tidak menyangka bahwa aku akan mengancamnya. Ekspresinya pun seketika menjadi sangat masam.Aku mendesaknya dengan tenang. "Waktuku terbatas."Luna menggertakkan giginya. Saat aku berbalik, dia tiba-tiba berseru, "Maaf!"Aku pun berbalik lagi dan berkata, "Siapa yang bersalah, dia yang harus minta maaf, bukan?"Luna sangat tidak menyukaiku, tetapi demi masa

  • Dekat di Mata, Jauh di Hati   Bab 49

    "Aku nggak suka mendengarnya."Mendengar ucapan Winnie, aku pun mengangkat kepalaku.Aku seketika melihat putranya Luna yang sedang berdiri di atas seluncuran sambil menatapku.Tatapannya tidak sejernih mata anak kecil pada umumnya, melainkan memancarkan kedewasaan yang sama sekali tidak cocok untuk anak seusianya.Pada saat ini, tatapannya penuh akan kebencian.Awalnya, aku berencana untuk menjaga jarak dengan mereka.Kecuali jika aku mendapatkan bukti untuk mengungkapkan sifat aslinya Luna, aku tidak akan menghubungi mereka lagi.Namun, mereka malah terus muncul di hadapanku.Mungkin karena aku selalu menoleransi provokasi dan penindasan mereka ....Mereka sepertinya menganggap bahwa aku mudah untuk ditindas.Mereka bahkan ingin menindas Winnie.Huh!Kalau aku tidak melawan ....Mereka sepertinya akan makin menjadi-jadi.Aku menyingkirkan ekspresi dingin di wajahku dan berkata pada Winnie dengan lembut, "Tapi, kalau orang lain menindasmu dan kamu malah menghindar ....""Orang itu aka

  • Dekat di Mata, Jauh di Hati   Bab 48

    Peter tidak bisa memikirkan alasannya.Dia hanya samar-samar merasa bahwa sejak ibunya yang dulu dan Stanley bercerai, segalanya berubah ....Peter kembali ke kamarnya dengan sedih dan mengeluarkan tabletnya. Begitu dia membuka WhatsApp, dia langsung melihat foto yang diunggah Luna.Dia pun membuka foto tersebut.Luna mengunggah foto dirinya menggendong kakaknya Peter.Mereka tersenyum lebar, jelas-jelas sedang bermain dengan sangat senang di taman hiburan.Peter kembali menangis dengan sedih.Saat dia ingin mengirimkan foto ini pada ayahnya, foto ini malah tiba-tiba menghilang .......Ada banyak sekali anak kecil di taman hiburan.Sebelumnya, Hugo sibuk bekerja, jadi dia jarang sekali punya waktu untuk menemani Winnie bermain di luar.Oleh karena itu, begitu Winnie melihat berbagai atraksi di taman hiburan, matanya berkilau. Dia menggenggam tanganku dan berlari ke sana kemari.Akhirnya, dia menentukan sebuah taman kecil dan berkata pada Hugo, "Ayah, aku mau main ini!"Hugo pun membay

  • Dekat di Mata, Jauh di Hati   Bab 47

    Hugo memang bukan suamiku dan Winnie juga bukan putri kandungku.Namun, di sisi mereka, aku perlahan-lahan mulai mengetahui seperti apa hubungan orang tua dan anak yang sehat....Hari ini, Winnie ingin menikmati waktu bersama sebagai keluarga.Oleh karena itu, Hugo secara khusus tidak meminta sopir untuk ikut pergi.Hugo yang akan mengemudi sendiri.Aku duduk di belakang untuk menemani Winnie.Winnie bersandar padaku dengan manja sambil terus memainkan bajuku dengan jari tangannya.Aku menepuk bahunya dengan lembut sambil berpikir dengan tenang bagaimana aku harus meminta agar dia bersedia untuk berbicara dengan orang-orang selain aku dan Hugo.Setelah ragu-ragu untuk sangat lama, aku baru mencoba untuk bertanya, "Winnie, bisakah Ibu meminta bantuan Winnie?"Mendengar ucapanku, Winnie langsung duduk dan menatapku dengan matanya yang berkilau. "Bantuan apa?"Dia sepertinya sangat menantikan untuk membantuku melakukan sesuatu.Aku pun menjawab dengan pelan, "Emm, bisakah kamu mencoba un

  • Dekat di Mata, Jauh di Hati   Bab 46

    Peter tercengang di tempat. Namun, dia tetap bertanya, "Kenapa?"Sebelumnya, Luna selalu membawanya ke mana-mana.Sekarang, mengapa Luna berubah?"Karena kamu nakal," jawab Luna sambil tersenyum dengan sinis.Bagaimanapun, dia adalah orang dewasa.Dia bisa menghadapi seorang anak kecil dengan sangat gampang.Dia berkata dengan dominan, "Saat kamu sakit, aku nggak menemanimu di rumah sakit karena kondisiku kurang sehat, tapi kamu langsung keberatan.""Kamu bahkan mengadu pada ayahmu, supaya ayahmu membenciku.""Kalau begitu, tentu saja aku juga nggak akan membiarkanmu hidup nyaman, mengerti?" Ucapan Luna menjadi makin jahat.Peter mengangguk dan berkata, "Kalau begitu, aku akan berubah. Apa pun yang terjadi, aku nggak akan memberi tahu Ayah lagi, oke?"Dia hanya berharap agar Luna bisa memperlakukannya dengan lebih baik."Sudah telat." Setelah Luna siap-siap, dia langsung membawa putranya ke luar.Peter ingin mengikuti mereka, tetapi dia didorong dengan kuat oleh Luna, sehingga dia terj

  • Dekat di Mata, Jauh di Hati   Bab 45

    Setelah duduk, pelayan toko membawakan menu untuk kami dan kami pun memesan makanan.Winnie menyerahkan menu padaku, aku pun menunjuk tulisan di menu itu sambil memberitahunya isi setiap pangsit.Dia mengangguk sambil berkata, "Enak, ya."Kemudian, aku bertanya, "Mau makan yang mana?"Winnie mengedipkan matanya sambil menjawab, "Mau makan semuanya."Aku pun menyerahkan menu pada Hugo dan membiarkan Hugo untuk membuat keputusan.Hugo juga menyayangi Winnie, jadi dia langsung berkata pada pelayan tersebut, "Masing-masing satu porsi, ya."Pelayan itu juga bersikap sangat baik. "Baik."Setelah pelayan itu pergi, Winnie memelukku sambil bertanya, "Ibu, tahukah kamu?""Kata teman-teman sekelasku, dua hari ini, Peter kasihan sekali.""Sudah jam pulang sekolah, tapi ibu barunya nggak mau pergi menjemputnya.""Setiap hari, dia harus menunggu di depan gerbang hingga lewat pukul sembilan ...."Anak kecil ini hanya ingin bercerita tanpa maksud tertentu.Winnie bergumam, "Menurut Ibu, kenapa dia be

  • Dekat di Mata, Jauh di Hati   Bab 44

    Stanley tiba-tiba merasa bahwa Luna sama sekali tidak menunjukkan bahwa dia menyayangi Peter.Luna seketika terbangun. Dia menatap Stanley dengan matanya yang berkaca-kaca dan bertanya, "Kamu menyalahkanku, ya?"Stanley menjawab dengan sabar, "Nggak."Melihat Stanley memang tidak menunjukkan maksud untuk menyalahkannya, Luna baru membuang napas dengan lega.Stanley berkata, "Tapi ...."Luna seketika merasa gugup.Stanley berkata lagi dengan santai, "Kamu sepertinya sama sekali nggak memedulikan Peter."Luna bergegas berkata, "Aku juga nggak tahu kenapa, tapi pengaruh kehamilanku sangat besar. Begitu kalian keluar, aku langsung ketiduran ...."Namun, Stanley malah tetap menatap Luna dengan tatapan dominan sambil berkata, "Tapi, saat kami pulang, kamu bahkan nggak menanyakan kondisi Peter."Mendengar ucapan Stanley, Luna baru menyadari bahwa dia sudah melakukan sebuah kesalahan besar.Meskipun dia sudah berhasil menyingkirkan Annie dan merebut posisi Annie ....Peter masih sangat penting

  • Dekat di Mata, Jauh di Hati   Bab 43

    "Mengerti?"Winnie tertawa dengan bahagia. Dia memeluk leherku dan berbisik di telingaku, "Ibu memang paling baik!"Aku pun memeluknya erat-erat sambil berkata, "Winnie juga sangat baik."Winnie langsung melepaskan diri dari pelukanku, lalu menarik tanganku sambil berlari ke lantai atas. "Ayo, Ibu, aku sudah nggak sabar mau mandi!"...Kamar Winnie dilengkapi dengan sebuah bak mandi.Hari ini, dia ingin berendam di bak mandi. Jadi, saat aku mengambil air untuknya, aku terus memperhatikan suhu airnya.Sedangkan Winnie mengeluarkan teman mandinya, yaitu sebuah mainan bebek dan beberapa binatang lainnya, dan memasukkan semuanya ke dalam bak mandi.Kemudian, dia mencari piama untuk dirinya sendiri.Setelah sibuk melakukan hal-hal ini, keningnya sudah berkeringat, tetapi matanya berkilau.Airnya juga sudah siap.Winnie masuk ke dalam bak mandi dan berbaring dengan patuh. Dia menjulurkan kepalanya dan menatapku.Aneh sekali.Aku tidak melakukan banyak hal untuk anak ini, bahkan kurang dari s

  • Dekat di Mata, Jauh di Hati   Bab 42

    Mendengar pertanyaan Peter, Stanley terdiam sejenak sebelum menjawab, "Karena dia ...."Pergi keluar untuk mempersiapkan kejutan untukmu.Sebelum Stanley menyelesaikan ucapannya, dia tiba-tiba menyadari bahwa ada yang aneh ....Luna selalu mengatakan bahwa dia tidak boleh kelelahan semasa kehamilannya. Kalau tidak, perkembangan janinnya akan terpengaruh.Namun ....Sepertinya, pergi berbelanja di luar juga melelahkan, bukan?Artinya ....Luna tidak keberatan jika dia harus kelelahan untuk pergi bersenang-senang di luar.Namun, dia tidak ingin menjaga Peter.Melihat Stanley yang ragu-ragu untuk menjawab, Peter bertanya dengan bingung, "Ayah, ada apa dengan Ibu Luna?""Nggak apa-apa," jawab Stanley.Peter adalah putra Stanley satu-satunya, jadi Stanley tentu saja harus lebih memperhatikan putranya ini. "Nanti, saat kita pulang, kita beri tahu Ibu Luna, ya. Besok, sesibuk apa pun dia, dia tetap harus pergi menjemputmu. Oke?"Peter menjawab dengan puas, "Oke!"Kemudian, dia bergumam, "Aku

DMCA.com Protection Status