Xue Yao membuka mata dan langsung duduk di sisi tempat tidurnya. Ia menoleh pada tempat tidur di sampingnya, kosong. Selimut terlipat rapi dan disusun di atas bantal. Xue Ling sudah bangun, batin Xue Yao. Xue Yao meregangkan tubuhnya, sambil tersenyum ia bangkit dari tempat tidur, membuka pintu kamar, turun langsung menuju ke dapur.
Air mandinya sudah disiapkan oleh Xue Ling, begitu pula sarapan. Bajunya juga sudah diletakkan di meja di samping bak mandinya. Xue Yao tersenyum puas.
“Xiao Ling!”, panggil Xue Yao. Tidak ada jawaban. Mungkin dia sudah berangkat ke pasar, pikir Xue Yao.
Xue Yao menutup tirai yang ia pasang agar saat Xue Ling kembali dari pasar tidak akan melihatnya yang sedang mandi. Xue Yao menyadari bahwa Xue Ling sudah semakin dewasa. Ada rasa tidak nyaman yang aneh ia rasakan saat berdua dengan Xue Ling, karena itu Xue Yao membuat sekat tipis dari kain tirai agar ia tidak merasa risih saat sedang mandi.
Xue Yao selesai mandi,
Setelah menyelesaikan makan, Xue Yao melangkah ke pintu, sedikit bingung melihat golok penebangnya sendirian tanpa payung hitam di sampingnya. Xue Yao memiringkan wajahnya sambil berpikir, ia ingat, tadi malam payung hitam masih berada di tempatnya, tergantung di sisi golok penebang.Mungkin Xiao Ling membawa payung itu, pikirnya. Entah apa yang dipikirkan Xue Ling hingga ia harus membawa payung hitam, apalagi jika hanya pergi ke pasar. Xue Yao menggelengkan kepalanya merasa heran. Ia membuka pintu.Pagi sudah beranjak siang. Xue Yao menikmati suasana jalan yang ia lewati. Ia ingat, dulu tempat ini sepi. Namun sejak kakak kedua paviliun angin selatan berteman dengannya, jalan itu mulai ramai.Semua berkat Xue Ling, pikirnya. Jika saja Xue Ling tidak berkeras menggunakan uang terakhir yang mereka miliki untuk membuka usaha dan menyewa toko sekaligus rumah yang sekarang mereka tempati, mungkin sampai sekarang ia dan Xue Ling masih berkeliaran dan melakukan kerja s
Jantungnya berdebar. Wanita itu begitu anggun. Kecantikannya mampu membuat hari yang suram menjadi cerah hanya dengan melihatnya tersenyum.Apalagi saat wanita itu menatapnya dan tersenyum seperti saat ini, mendadak Xue Yao merasa menjadi begitu tak berdaya. Xue Yao berlari kecil menghampiri Mo Fan Wan.Mo Fan Wan memberi salam pada Xue Yao dengan mengangkat tangan kanan meletakkannya di dada seraya menekuk lututnya, Xue Yao menghentikan langkah dan tersenyum lebar, ia membungkukkan badannya, menjawab salam Mo Fan Wan.“Sepertinya hari ini akan terik, bagaimana jika kita melakukannya di penginapan saja?” Tanya Xue Yao. Entah mengapa, hari ini Xue Yao merasa enggan untuk berada jauh dari rumah. Seakan-akan ia dapat merasakan ada yang tidak pada tempatnya, tapi pria itu tidak tau apa itu. Dan untuk berjaga-jaga, maka ia tidak akan pergi kemana-mana. Ia tidak dapat mengenyahkan sapaan riang dari Tuan Chou, pemilik toko kain kejayaan itu.“B
“Hari ini mantra apa yang ingin dipelajari Tuan Ketigabelas?”Pertanyaan lembut Mo Fan Wan menyadarkan Xue Yao dari lamunannya. Ia mengalihkan perhatian dari rumah kepada Mo Fan Wan. Berpikir sejenak lalu menjawab, “Aku ingin mempelajari mantra pelindung yang lebih kuat dari yang terakhir kali kita lakukan. Lingkaran mantra pelindung mata dewa.”“Mata dewa--,” Mo Fan Wan bergumam. Ia duduk di kursi, berpikir sejenak “lingkaran mantra pelindung mata dewa sulit untuk dikuasai. Saya sendiri masih belum mahir melakukannya. Saya ragu, dapat mengajari Tuan Ketigabelas.”Xue Yao melangkah mendekati Mo Fan Wan dan duduk di depan wanita itu. “Tidak masalah,” jawabnya. “cukup tunjukkan padaku bagaimana caranya, aku akan mencari cara untuk mempelajarinya.”Mo Fan Wan menoleh pada Chen Yu dan berkata “Tolong ambilkan tas kulit yang digantung di samping tempat tidur.”Chen Yu me
Tok tok tok…Xue Yao menatap pintu. Dahinya mengernyit. “Siapa?”Mo Fan Wan melihat Chen Yu.Chen Yu melangkah ke pintu dan membukanya.Beberapa orang pria terlihat berdiri di depan pintu.“Tuan Chou!” seru Xue Yao heran.Tuan Chou membungkuk hormat.“Selamat siang Tuan Ketigabelas.” Katanya dengan tersenyum lebar. “Benar-benar hari yang indah untuk menikah… waktunya juga sangat baik.”Dan tanpa komando, tuan Chou dengan para pelayannya masuk ke dalam kamar, dan mulai menghias kamar dengan kain merah.Xue Yao berdiri dan mencegat Tuan Chou. “Kurasa ada kesalahpahaman di sini, Tuan Chou!”.Tuan Chou menatap Xue Yao, menepuk dadanya dengan antusias. “Salah paham? Tentu saja tidak Tuan Ketigabelas.”Beberapa orang membawa nampan makanan tiba-tiba masuk, menggeser tubuh Xue Yao dari meja, lalu menata makanan, manisan dan minum
“Apa maksudmu? Aku? Menikah? Dengan siapa?”“Tentu saja dengan Nona Ketua Mantra, Nona Mo Fan Wan!” jawab Tuan Chou.“Apa!” seru Xue Yao dan Mo Fan Wan bersamaan.“Benar.” Lalu tuan Chou mendorong Xue Yao keluar dari kamar Mo Fan Wan. Sebelum keluar ia masih sempat melihat dua orang pelayan wanita yang dibawa oleh Tuan Chou menggiring Mo Fan Wan ke bilik ruang ganti sambil membawa gaun pengantin berwarna merah dengan sulaman burung phoenix berwarna emas. “Tuan Ketigabelas juga harus berganti pakaian, nona Xue sudah memesankan kamar untuk Tuan.”Satu alis Xue Yao terangkat. Xue Ling?Saat Xue Yao masih berusaha mencerna kata-kata tuan Chou, Tuan Chou sudah menanggalkan baju luarnya dan sedang memakaikan pakaian pengantin pada Xue Yao. Gerakannya terhenti saat Xue Yao mencengkeram pergelangan tangan tuan Chou. Ia membuka mulut untuk meminta penjelasan namun apapun yang ingin ia katakan, terh
Senyum langsung hilang dari wajah Xue Yao. Ia juga merasa bingung. Baju pengantin, kamar pengantin, makanan dan minuman, bahkan pendamping pernikahan juga sudah disiapkan oleh Xue Ling, tapi Xue Yao tidak melihat gadis itu sama sekali. Tiba-tiba satu kesadaran terbentuk dalam dirinya. Ia ingat, sejak kemarin Xue Ling bertingkah tidak seperti biasanya. Tidak—salah, sejak ia kembali, Xue Ling menjadi pendiam.Tadi pagi, saat ia mencari gadis itu, ia melihat selimut terlipat rapi di samping botol minuman di depan abu api unggun yang masih hangat di halaman belakang rumahnya. Ia tidak begitu memperhatikan karena ia merasa tidak ada yang aneh.Apakah racun dinginnya kembali? Kalau diingat-ingat kembali, Xue Ling sudah tidak pernah mengeluh kedinginan padanya.Lalu payung hitam yang tidak berada di tempatnya.Rasa ketakutan tiba-tiba merayap naik dalam diri Xue Yao.Ia menepis tangan Tuan Chou, tangannya bergerak melepas baju pengantin yang s
Mendengar jawaban Tuan Chou, Xue Yao langsung berlari menuruni tangga penginapan, ia terus berlari menuju ke rumahnya. Ia tidak mengurangi kecepatan bahkan saat mendorong pintu rumahnya, berlari naik ke arah kamar tidur, membuka ruang rahasia di bawah ranjang, tangannya gemetar saat meraih kotak penyimpanan uang yang tergeletak diam. Xue Ling tidak akan pernah pergi kemanapun tanpa membawa kotak uang itu saat Xue Yao ada di rumah, ia begitu tidak mempercayai dirinya jika menyangkut uang.Xue Yao melangkah menuju lemari pakaian, membuka cepat dan melihat baju-bajunya tertata rapi, kaos kaki tertumpuk sempurna. Semua pakaian Xue Yao ada, tapi pakaian Xue Ling tidak ada.Xue Yao memejamkan mata dan bernapas dengan susah payah. Ia melangkah kembali ke arah tempat tidur, membuka kotak penyimpanan dan mengambil seluruh uang yang ada di dalamnya. Sayup-sayup ia mendengar langkah kaki di pintu depan, Xue Yao bergegas keluar kamar, langkahnya terhenti di anak tangga teratas, ra
Xue Yao menuruni tangga dengan langkah pelan. Seluruh tubuh dan pikirannya terasa kosong. Seperti mayat hidup, ia meraih golok penebang dan panah kometnya, mengikat golok dan kotak panah pada tubuhnya, ia melangkah melewati Mo Fan Wan tanpa menoleh pada wanita itu. Di pintu Xue Yao berhenti, ia berbalik, menatap pada Yan Zilan dan berkata pelan. “Xue Ling tidak ada di dalam kota, kakak kedua. Ia pergi. Aku bisa merasakannya. Tolong sampaikan permintaan maafku pada guru besar, aku harus pergi mencari Xue Ling.”Tanpa menunggu jawaban Yan Zilan, Xue Yao melangkah cepat dan berlari menuju pintu gerbang kota. Jika Xue Ling meninggalkan ibu kota setelah matahari terbit, mengukur dari bekas api unggun di halaman belakang yang masih bergeretak saat Xue Yao melihatnya tadi pagi, seharusnya Xue Ling masih belum terlalu jauh. Jika ia terus berlari, Xue Yao yakin ia pasti akan dapat menemukan Xue Ling.Di gerbang kota, kakak Feng melihat dan memanggilnya namun Xue Yao