Share

5. kang ilham

ira berkata dengan suara gugup dan cemas, mbah uti mengamati sekeliling dan benar saja hari sudah mulai gelap cakrawala kekuningan muncul dari sebelah barat, mbah uti seketika menghentikan langkahnya dilihat nya sekeliling hanya ada dua rumah warga yang ada di belakang mereka yang sudah dilewati tadi dan satu rumah yang masih berada di depan sana,

"bagaimana ini mbah sepuh?"tanya ira mulai panik .

mbah uti tanpa berkata-kata langsung saja menarik tangan ira dan berbalik arah melangkah menuju rumah yang tadi sudah mereka lewati, mbah uti memilih ke rumah itu karena jaraknya lebih dekat daripada rumah yang di depan sana,

sesampainya di depan rumah tersebut terlihat pintu rumah tertutup dengan rapat,

"tok! tok! tok! "permisi ini mbah sepuh mau ijin menumpang"

sesaat kemudian pintu di buka sedikit terlihat seseorang mengintip dari pintu yang terbuka itu setelah melihat mbah sepuh yang datang merekapun mempersilahkan mereka untuk masuk ke dalam rumah.

pintu rumah di tutup dengan rapat,terlihat di dalam rumah yang terdiri dari seorang wanita setengah baya dan seorang laki-laki yang terlihat lebih tua dari perempuan itu,

juga seorang perempuan seusia arumi dan seorang anak kecil

perkiraan berumur kurang lebih empat tahun sedang duduk berkumpul di ruang tamu tampak juga seorang kakek berambut putih duduk menyendiri di pojok ruangan dengan menyandarkan pungunggungnya ke kursi yang di dudukinya,

mereka menyambut mbah uti dan ira dengan ramah,

"silahkan duduk mbah sepuh dan ira, ini silahkan di makan, dan mohon maaf adanya hanya seperti ini" ucap perempuan setengah baya tadi sambil menyodorkan sepiring singkong rebus yang masih hangat,

"iya terimakasih, maaf ya sri aku wes ganggu awakmu sak keluarga"(maaf ya sri aku sudah ganggu kamu sekeluarga)

jawab mbah uti dengan sungkan, kepada mbok sri yang usianya tidak jau berada di bawahnya, mbok sri tersenyum ramah,

"lah awakmu arep nang endi to mbah, surup surup koyok ngene? "( lha kamu mau kemana mbah, surup surup kayak gini)

ucap lelaki setengah baya yang tak lain adalah suami mbok sri,

"aku mau ke runah ira, katanya suaminya jatuh"jawab mbah uti.

"mbah sepuh mau ke rumahku mbok. suamiku tadi jatuh dari atas pohon"timpal sri menjelaskan,

"woalah kok bisa to mbak ira, gimana ceritanya kok bisa jatuh? "tanya mbok sri,

"begin,,,,,,,,,, "

ira menghentikan ucapanya manakala mbah uti dengan tiba-tiba menyuruhnya untuk diam , mbak ira menoleh ke arah mbah sepuh yang sedang menaruh satu jarinya di atas bibir sebagai pertanda mereka semua yang ada di sana untuk diam,

"wusssssstttt"

terlihat dari celah dinding rumah yang hanya terbuat dari anyaman bambu sekelebat bayangan yang melintas di depan rumah, bayangan itu menuju ke tengah desa tanggulangin, hati semua orang yang ada di situ berdebar-debar, anak laki-laki kecil yang sedari tadi diam dan bermain tampak berlari dan memeluk mbok sri dengan erat, mukanya memerah,

"huaaaaa!, huaaa! "

pecahlah tangis anak kecil itu dengan bibir membiru dan wajah ketakutan, mbok sri kebingungan dan tiba-tiba terlihat sekelebat bayangan dari jauh datang, sebuah bayangan yang semula kecil kini nampak semakin besar yang artinya bayangan tersebut yang tadi lewat kini berbalik arah menuju ke rumah itu dan kian semakin dekat, mungkin karena mendengar suara tangis anak kecil tadi,

"sri, buat anakmu tidak menangis "

ucap mbah uti memberi tahu, dengan cepat mbok sri menutup mulut anak itu dengan tangan dan memberikannya asi sehingga diam dengan cepat, padahal air asi itu sudah tidak keluar namun kebiasaan netek tak bisa di hilangkan.

sementara itu bayangan tadi nampak mondar mandir di depan rumah,

"mbok gimana ini? "

gadis di samping mbok sri nampak gelisah dan ketukutan, tangannya memegang lengan mbok sri,

"tidak apa-apa nduk, selagi kita tidak membuka pintu ataupun jendela kita aman, "

ucap mbah uti menenangkan dan benar saja bayangan tadi sudah tidak ada lagi,

setelah waktu sholat isyak mbah uti dan mbak ira berpamitan, tak lupa mereka mengucapkan terima kasih dan meminta maaf karena sudah merepotkan,

mbah uti dan ira berjalan dengan cepat karena hari semakin malam, hingga akhirnya sampailah mereka di rumah ira, mbah uti melihat keadaan kang ilham yang lumayan parah, namun untungnya tidak sampai patah tulang dan hanya terkilir meski begitu bisa di bilang terkilirnya cukup parah,

"aku akan mengurutmu, kamu tahan bila terasa sakit"

ucap mbah uti memberi tahu dan ilham langsubg mengangguk tanda dia sudah mengerti,

"melihat cideramu ini tidak cukup sekali urut, jadi mungkin harus bertahap" ucap mbah uti menjelaskan.

ilham dan ira hanya mengangguk angguk saja setiap mbah uti mengatakan apapun.

*******

sementara itu di rumah nampak arumi dan bu imas duduk di ruang tamu, sesekali arumi menengok keluar untuk melihat mbah utinya sudah pulang atau belum, bu imas yang melihat putrinya mondar mandir jadi ikut bingung.

"kamu itu kenapa to nduk, kok seperti lagi gelisah?" tanya bu imas,

"iya bu, ini sudah larut malam, tapi mbah uti belum juga pulang, arumi jadi khawatir", jelas arumi,

bu imas tersenyum mendengar jawaban arumi.

"jangan khawatir, walau uti sudah tua, dia itu bisa jaga diri rum, "ucap bu imas, dia ingin meredakan rasa gelisah sang putri,

"malam,,, permisi! "

terdengar suara seorang laki-laki dari luar pintu, arumi segera beranjak dari tempatnya duduk dan segera membuka pintu,di luar rumah nampak aryo berdiri di sana,

"selamat malam arumi, selamat malam bude"ucap aryo ramah.

"malam kang, ada apa?"tanya arumi,

"arumi kamu di panggil ibu"ucap aryo memberi tahu arumi.

"ada ibumu memanggil malam malam seperti nak aryo?"tanya bu imas penasaran.

"aryo juga gak tau bude" jawab aryo apa adanya,

"ya udah kang arumi kesana" jawab arumi kemudian,

arumi segera keluar rumah, dan mengikuti langkah aryo menuju rumah bude asih, sesampainya di rumah bude asih, arumi melihat arini sedang duduk menikmati ubi goreng di dalam piring, sedang bude asih sedang duduk tak jauh darinya.

"sini arumi, bude mau kasih ubi goreng buat kamu ibumu sama mbah uti, kamu tunggu dulu di sini, biar bude ambilkan di dalam."ucap bude asih yang kemudian beranjak masuk ke dalam rumah.

arumi lantas duduk di sebelah arini, namun gadis tersebut nampak cuek saat melihat arumi datang.

"dek, itu loh ada sepupu kita, kenapa gak di sapa? "ucap aryo kepada sang adik, namun bukanya menjawab arini justru pergi ke kamarnya.

"maafin arini ya rum, dia memang seperti itu"ucao aryo,

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status