Beranda / Horor / menjelang waktu maghrib / 1. menjelang maghrib

Share

menjelang waktu maghrib
menjelang waktu maghrib
Penulis: Devi rahayu

1. menjelang maghrib

Penulis: Devi rahayu
last update Terakhir Diperbarui: 2024-07-07 10:50:07

matahari mulai bersiap untuk bersembunyi di ufuk barar, langit mulai terlihat gekas, suara toa masjid sudah memberi peringatannya.

"sudah waktu maghrib, ayo cepat masuk! "

ucap seorang ibu kepada putrinya yang sedang di luar rumah.

"iya buk" jawab arumi, namun ia masih saja meneruskan pekerjaanya mengangkat jemuran yang tinggal sedikit lagi akan selesai.

"lebih cepat lagi arumi, sebentar lagi, waktu maghrib akan tiba, ayo! "

terlihat ibu imas sedikit memaksa putrinya itu untuk segera masuk.

arumi melihat sekeliling, memang nampak suasana terlihat begitu sepi, dimana tadi masih banyak warga desa yang berlalu lalang, namun kini suasana desa berubah drastis seperti desa mati, para warga serempak masuk ke dalam rumah, tak lupa mereka semua mengunci pintu dan jendela masing2, bagi warga yang sudah memasang listrik di rumahnya, mereka bisa tenang lantaran rumah mereka tidak akan gelap seperti rumah arumi, namun ada juga beberapa warga yang masih menggunakan lampu minyak , sebab tidak semua warga bisa memasang listrik yang masih lumayan mahal bagi warga desa tanggulangin.

hawa yang di rasakan arumi mulai berbeda, bulu kuduknya terasa meremang,Angin tiba tiba seakan berhembus dari arah hutan di sebelah desa tanggulangin di mana saat ini arumi tinggal.

"ayok rumi nunggu apa lagi !" sentak bu imas yang nampak panik.

ia lantas menarik lengan putrinya dan mengajaknya untuk masuk ke dalam rumah, setelah itu bu imas mulai menutup pintu dan semua jendela dengan rapat.

"sudah duduk sini saja, dan jangan keluar rumah sampai mendekati waktu sholat isyak! "

sekali lagi bu imas memperingatkan arumi, arumi hanya mengangguk, dia harus menuruti perintah sang ibu,

apalagi arumi tidak tahu kepercayaan apa yang di yakini di kampung asli ibunya itu.

hingga sedari ia dan ibunya datang, ia harus mendengar perintah yang sama, yaitu segera masuk dan tutup semua pintu juga jendela apabika maghrib akan tiba.

arumi dan ibunya baru tinggal di desa tersebut selama enam hari, karena ayahnya yang baru saja meninggal dan mbah uty nya yang sudah tua, membuat mereka terpaksa harus kembali ke kampung sang ibu, awalnya arumi dan ibunya tinggal di kota yang lumayan jauh dari desa sang nenek, karna ayahnya bekerja dan mencari nafkah di kota itu,

rumah sang nenek bersebelahan dengan rumah bude asih, kakak dari sang ibu, bude asih juga punya dua orang anak yang tak lain adalah sepupu arumi, mereka bernama arif dan arafah.

"tok,,, tokkk,,, tokk"

terdengar suara ketukan pintu yang cukup keras,sehingga membuat arumi terkejut, arumi lantas menoleh ke arah sang ibu yang duduk tak jauh darinya, nampak sang ibu menempelkan satu jadinya di atas bibir, sebagai kode kepada arumi untuk diam dan tak merespon apa yang ia dengar.

"bu ada yang datang! "ucap arumi dengan suara yang begitu pelan,

"brrrrkkkkk"

suara ketukan yang tadi kini berubah menjadi sebuah dobrakan di pintu, dan itu membuat arumi merasa ketakutan, ia beringsut mundur,

namun bu imas berbeda, ia seperti tidak mendengar apa apa dan masih seperti biasa, sedangkan mbah uty juga sama, mereka Berdua tetap duduk tenang di Tempatnya masing masing.

"berdoalah nduk, agar kita selalu dalam lindungan nya.! "

ucap mbah uty. arumi menatap mbah uty yang sedang asyik berzikir, jari jarinya yang keriput nampak menghitung dengan perlahan.

"imas, arumi kalian sudah ambil wudhu? " tanya mbah uty.

"sudah mbok! " jawab bu imas, sedangkan arumi ia menggeleng, yang menandakan ia belum mengambil wudhu. mbah uty menarik nafas kasar,

"ya sudah mbah uty sama ibukmu sholat dulu, dan ingat pesan uty, jangan keluar atapun membuka pintu!".

arumi mengangguk tanda mengerti, setelah mbah uty dan ibunya meninggalkan ruangan, kini arumi hanya tinggal seorang diri, suasana nampak hening dan sayup sayup arumi mendengar suara orang sedang berzikir,

"Allahu akbar", begitulah suara yang di dengar arumi.

arumi salut kepada uty maupun ibunya sejak dulu hingga sekarang, sebab ibu dan neneknya merupakan orang yang begitu taat akan agama, padahal nenek maupun ibunya tidak begitu pandai dalam membaca alquran, namun masalah ibadah ibu dan juga uty nya sama sekali tak pernah terlewat.

"suara merdu yang sedang berzikir itu pasti suara uty nya". pikir arumi dalam hati,

dia sendiri masih menunggu waktu maghrib atau surup terlewati untuk mengambil wudhu , arumi selalu ingat pesan dari bapaknya sejak ia masih kecil, jangan pernah meninggalkan sholat, hingga kini pesan sang bapak selalu di ingat dan di tekuni olehnya,

"laa ilahaillallah", suara zikir itu semakin lama semakin cepat, dan lebih cepat kemudian berhenti dan hening, hilang tak terdengar lagi.

" lama sekali uty dan ibu sholatnya", gumam arumi seorang diri, pasalnya ini sudah menjelang waktu isyak,

tapi uty maupun ibunya sama sama belum selesai sholat maghrib, karena merasa penasaran serta jenuh, arumi pun pergi ke musholah kecil yang ada di dalam rumahnya itu untuk melihat uty dan juga ibunya.dan arumi ingin meminta tolong kepada ibunya itu untuk menemaninya mengambil wudhu di pancuran buatan yang biasa uty nya gunakan.

sesampainya di sana, musholah itu kosong, ibu dan uty nya sama sekali tidak ada di dalam sana, arumi terbengong sembari pandangan matanya mengedar ke seluruh ruangan.

"kemana ibuk dan uty? "

arumi heran, karena baru saja dia mendengar

suara zikir, tapi uty maupun ibunya bisa secepat itu tidak berada di tempat sholat. arumi pun melangkad keluar dan hendak menuju ke dapur, saat melewati kamar sang uty, dia melihat uty nya itu sedang berbarung, arumi pun melanjutkan langkahnya menuju ke dapur, rupanya ibunya berada di sana dan sedang menyeduh kopi hitam, ibu memang pecandu kopi sejak dulu, sama seperti mbah uty nya.

"sudah sholat? "

tanya ibu singkat, sembari tanganya terus mengaduk kopi dalam cangkir, arumi menggeleng membuat ibunya menghela nafas dalam,

" kok gak segera sholat, sudah ceoat wudhu, sekarang sudah boleh keluar".

ucao ibu memberi tahu arumi.

"anterin ya bu? ". punta arumi.

"ealah minta temani to? ". jawab ibu sembari tersenyum. arumi pun mengangguk dan tersenyum malu.

" ya sudah ayo ibu antar! "

ucap ibu kemudian berjalan keluar dari dapur, sembari membawa secangkir kopi penuh untuk uty nya, arumi pun mengikuti sang ibu di belakang, sebelum ke samping rumah, bu imas terlebih dahulu masuk ke dalam kamar mbah uty.

"mbok, ini kopinya". ucap bu imas.

"yowes nduk taruhen meja! ", jawab uti, ibu pun mengangguk dan segera meletakkan secangkir kopi hitam itu di atas meja.

ibu dan arumi hendak segera ke samping rumah, namun langkahnya terhenti sebab terdengar seseorang sedang memanggil utinya.

"mbah!....mbah sepuh! mbah"

arumi dan ibunya saling pandang, kemudian sang ibu melangkah menuju pintu dan membukanya, tampak di depan pintu mbok tarsih tetangga sebelah rumah berdiri sambil menangis, sontak saja ibu dan arumi menjadi panik, begitu juga dengan mbah uty, ia segera keluar dari kamarnya setelah mendengar suara tangisan.

"ada apa nduk tarsih? " tanya mbah uty dengan cemas,

"kinan mbah,,, ayo!".

jawab mbok tarsih sambil terus menangis, mbah uty terbengong sesaat seakan sedang memikirkan suatu hal, dan terlihat kini mbok tarsih mengangguk dan mbah uty manggut manggut dua kali. sedang arumi dan sang ibu hanya terdiam melihat mbah uty dan mbok tarsih berbiacara lewat bahasa tubuh.

Bab terkait

  • menjelang waktu maghrib   2.kejadian mistis

    tanpa menunggu lama, mbah uty mengikuti ajakan mbok tarsih, "imas, arumi, kalian berdua tunggu di rumah, tutup pintu rapat rapat,jangan di Buka sebelum uty pulang, dan ingat uty akan mengetuk pintuk sebanyak dua kali saja, dan kamu arumi, cepat sholat ya nduk! " ucap mbah uty sebelum dia akhirnya berjalan mengikuti langkah mbok tarsih dengan tergesa ke rumah mbok tarsih yang berada tidak jauh dari rumah mbah uty. arumi bergegas mengambil wudhu di samping rumah mereka, di pancuran sederhana yang terbuat dari gentong besar dan di beri lubang kecil sebagai pancuran. wuussss!... angin berhembus menyapu tengkuknya,dan aneh arumi melihat ke sekeliling tak ada angin yang bertiup, "Ahh, mungkin hanya perasaan ku saja," fikir arumi, "ada apa nduk?" tanya imas yang melihat tingkah aneh putrinya. "gak papa kok bu! " jawab arumi. "ya sudah ayo cepat! " ucap bu imas lagi. selesai berwudhu arumi dan bu imas masuk ke dalam rumah, dan seperti kata mbah uty, mereka pun segera m

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-08
  • menjelang waktu maghrib   3.suara zikir misterius

    imas menyentuh pundak putrinya dengan lembut, "turuti kata uti, cepat istirahat nduk" ucap imas kepada arumi, arumi mengangguk, dia memilih menuruti ucapan mbah uti dan ibunya. dia lantas berjalan menuju ke kamarnya, begitu juga dengan imas, **************** malam berlalu begitu cepat, terdengar suara kokok ayam jantan dari kandang belakang yang membuat arumi terbangun. "criiirkk,,criiirrkk" terdengar suara percikan air dari pancuran tempat wudhu. arumi pun melangkah keluar untuk mencari asal usul suara tersebut.dia berjalan menuju jendela dan mengintip dari celah jendela, dia ingin melihat siapa kiranya yang sedang ber wudhu di samping rumah, arumi menempelkan satu mata ke celah jendela yang tidak rapat, di luar sangat sepi dan tidak ada siapa-siapa, arumi kembali ke dalam kamar, karena rupanya hari masih gelap dia tidak berani keluar rumah untuk berwudhu, dan akan menunggu sebentar lagi sampai mbah uti atau pun ibunya bangun, udara pagi itu sangat dingin,

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-09
  • menjelang waktu maghrib   4.pandangan pertama

    "memangnya zikir seperti apa yang arumi dengar?"tanya mbah uti. "laa ilahaillallah"ucap arumi deg!... mbah uti terkejut dan melotot, kemudian dia menarik nafas dalam-dalam di pandanginya sang cucu dengan lembut, kemudian mbah uti tersenyum yang membuat arumi kembali bingung dengan sikap mbah utinya itu,. "tidak apa-apa nduk, ya sudah segera mandi sebab matahari akan segera muncul, mbah uti akan bantu ibumu untuk memasak di dapur"ucap mbah uti, arumi mengangguk, dia lantas melepaskan mukena yang tadi ia kenakan untuk sholat dan melipatnya kembali, arumi bergegas untuk mandi, sedangkan ibu dan utinya sedang menyelesaikan makanan untuk sarapan mereka bertiga, sebab setiap pagi mbah uti akan segera pergi ke pasar untuk menjual sayur mayur yang dia tanam sendiri di kebunnya. ****** mereka bertiga kini duduk di ruang tengah sembari menikmati sarapan pagi, "arumi, kamu mau ikut uti kepasar tidak? "tanya mbah uti, arumi lantas mengangguk, "ya sudah cepat siap-siap

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-09
  • menjelang waktu maghrib   5. kang ilham

    ira berkata dengan suara gugup dan cemas, mbah uti mengamati sekeliling dan benar saja hari sudah mulai gelap cakrawala kekuningan muncul dari sebelah barat, mbah uti seketika menghentikan langkahnya dilihat nya sekeliling hanya ada dua rumah warga yang ada di belakang mereka yang sudah dilewati tadi dan satu rumah yang masih berada di depan sana, "bagaimana ini mbah sepuh?"tanya ira mulai panik . mbah uti tanpa berkata-kata langsung saja menarik tangan ira dan berbalik arah melangkah menuju rumah yang tadi sudah mereka lewati, mbah uti memilih ke rumah itu karena jaraknya lebih dekat daripada rumah yang di depan sana, sesampainya di depan rumah tersebut terlihat pintu rumah tertutup dengan rapat, "tok! tok! tok! "permisi ini mbah sepuh mau ijin menumpang" sesaat kemudian pintu di buka sedikit terlihat seseorang mengintip dari pintu yang terbuka itu setelah melihat mbah sepuh yang datang merekapun mempersilahkan mereka untuk masuk ke dalam rumah. pintu rumah di tutup dengan

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-10
  • menjelang waktu maghrib   bab 6. teman masa kecil

    "iya kang"jawab arumi. rasa sungkan dan tidak enak semakin menguasai nya, ingin rasanya dia segera bangkit dari duduknya dan pulang, namun rasa sungkan kepada budenya Membuatnya bertahan di tempat itu. malam semakin larut, arini sudah masuk ke dalam kamarnya, bude asih dan aryo duduk menemani nya, "bude, arumi pulang ya ini sudah malam, bude tentu capek ingin istirahat " arumi berpamitan karena dia tidak enak kepadanya budenya itu dan juga aryo, "loh kenapa buru2 rum, uti juga belum pulang kan? "tanya bude asih. arumi mengangguk, "tidak apa apa bude, kasian ibu di rumah sendirian, lagian mbah uty sebentar lagi akan pulang, " jawab arumi sedikit memaksa, perasaan sungkan menyelimuti dirinya, dan akhirnya bude asih membiarkan arumi pulang ke rumah, arumi kemudian melangkah pergi meninggalkan rumah bude asih, sesampainya di rumah, nampak suasana begitu sepi, arumi melangkah menuju bilik ibunya, di lihatnya bu imas nampak sudah terlelap, setelah itu ia kembali me

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-30
  • menjelang waktu maghrib   bab 7 kebencian sang sepupu

    "kalau gitu afandi pamit pulang dulu bude imas sama bude asih, tadi ibu sendirian di rumah, bapak masih belum pulang dari berdagang" pamit afandi dengan sopan. selesai berucap afandi berpamitan pulang, bu imas dan bude asih mengangguk, lantas afandi segera bangkit dari duduknya dan berjalan melangkah meninggalkan rumah mbah uti, arini yang sedari tadi berada di depan teras rumahnya melihat itu, "afandi! " suara arini menghentikan langkah kaki afandi, dia menoleh dan tersenyum kala yang di lihatnya ternyata adalah arini, dulu waktu masih kecil afandi, arumi dan arini adalah teman dekat satu lagi hadi, mereka berempat adalah teman waktu kecil, "iya mari rini" sapa afandi berpamitan kemudian melanjutkan langkah kakinya, "tunggu sebentar! " cegah arini, yang segera berlari menghampiri afandi. "kenapa buru buru sekali, kita gak pernah ketemu, gak pingin main bareng sebentar?" ucap arini ia berharap afandi mau menerima tawaran nya, afandi adalah anak dari juragan sugeng, dia

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-31
  • menjelang waktu maghrib   bab 8 kematian kinan

    jawab bude asih sambil terus berjalan menyusuri jalan kampung, sesekali mereka berpapasan dengan warga yang lain yang sudah selesai takziah dan hendak pulang ke rumah. "mbak arumi ya? cantik sekali mirip bamget sama bu imas" sapa seorang warga yang di sambut ramah oleh arumi, dia nampak malu malu karena di puji, "iya bu ini arumi anaknya imas, sekarang mereka tinggal di sini sama simbok" sahut bude asih, bude asih wajahnya mirip dengan bu imas termasuk postur tubuhnya, hanya beda di kulit saja yang dimana bu imas berkulit kuning langsat dan bersih sedangkan bude asih berkulit sawo matang. sesampainya di tempat duka terlihat jenazah kinan hendak di mandikan beberapa keluarga menyiapkan segala sesuatunya dan bapaknya kinan tampak menggendong jenazahnya untuk di mandikan, arumi melihat jenazah kinan membiru, di area matanya nampak menghitam, namun semua orang yang ada di situ seakan tak menyadari nya. "jenazah meninggal dengan wajah canti ya bu? " terdengar oleh arumi

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-02
  • menjelang waktu maghrib   bab 9.mbah uti sakit

    "eeh iya.... eeeehhh tidak kok rum! " Aryo berbicara tidak jelas membuat Arumi melongo Melihat tingkahnya, " Ya sudah Kang Saya mau beres-beres dulu biar nanti Mbah Uti pulang semua sudah bersih " Arumi beranjak dari tempat duduknya dan tanpa Disangka oleh Arumi tiba-tiba Aryo memegang kedua tangannya, Arumi terkejut matanya nampak melotot " "Arumi Maukah kamu menjadi kekasihku? aku menyukaimu Arumi Sejak pertama aku melihatmu Di jalan Aku jatuh cinta sama kamu" "ucapan Aryo bagai petir di siang bolong di telinga Arumi " "tidak Kang!, Akang mabuk atau kesambet?" ucap Arumi sedikit membentak dan menepis kedua tangannya yang dipegang oleh Aryo, "tidak Arumi, aku ngomong jujur ke kamu, aku tidak berbohong" Aryo berkata dengan tegas dan berharap Arumi menerima pernyataan cintanya. " Sampeyan sudah gila Kang, aku ini adik sepupumu Bagaimana mungkin bisa ada pikiran itu di hati sampeyan? "

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-03

Bab terbaru

  • menjelang waktu maghrib   bab 9.mbah uti sakit

    "eeh iya.... eeeehhh tidak kok rum! " Aryo berbicara tidak jelas membuat Arumi melongo Melihat tingkahnya, " Ya sudah Kang Saya mau beres-beres dulu biar nanti Mbah Uti pulang semua sudah bersih " Arumi beranjak dari tempat duduknya dan tanpa Disangka oleh Arumi tiba-tiba Aryo memegang kedua tangannya, Arumi terkejut matanya nampak melotot " "Arumi Maukah kamu menjadi kekasihku? aku menyukaimu Arumi Sejak pertama aku melihatmu Di jalan Aku jatuh cinta sama kamu" "ucapan Aryo bagai petir di siang bolong di telinga Arumi " "tidak Kang!, Akang mabuk atau kesambet?" ucap Arumi sedikit membentak dan menepis kedua tangannya yang dipegang oleh Aryo, "tidak Arumi, aku ngomong jujur ke kamu, aku tidak berbohong" Aryo berkata dengan tegas dan berharap Arumi menerima pernyataan cintanya. " Sampeyan sudah gila Kang, aku ini adik sepupumu Bagaimana mungkin bisa ada pikiran itu di hati sampeyan? "

  • menjelang waktu maghrib   bab 8 kematian kinan

    jawab bude asih sambil terus berjalan menyusuri jalan kampung, sesekali mereka berpapasan dengan warga yang lain yang sudah selesai takziah dan hendak pulang ke rumah. "mbak arumi ya? cantik sekali mirip bamget sama bu imas" sapa seorang warga yang di sambut ramah oleh arumi, dia nampak malu malu karena di puji, "iya bu ini arumi anaknya imas, sekarang mereka tinggal di sini sama simbok" sahut bude asih, bude asih wajahnya mirip dengan bu imas termasuk postur tubuhnya, hanya beda di kulit saja yang dimana bu imas berkulit kuning langsat dan bersih sedangkan bude asih berkulit sawo matang. sesampainya di tempat duka terlihat jenazah kinan hendak di mandikan beberapa keluarga menyiapkan segala sesuatunya dan bapaknya kinan tampak menggendong jenazahnya untuk di mandikan, arumi melihat jenazah kinan membiru, di area matanya nampak menghitam, namun semua orang yang ada di situ seakan tak menyadari nya. "jenazah meninggal dengan wajah canti ya bu? " terdengar oleh arumi

  • menjelang waktu maghrib   bab 7 kebencian sang sepupu

    "kalau gitu afandi pamit pulang dulu bude imas sama bude asih, tadi ibu sendirian di rumah, bapak masih belum pulang dari berdagang" pamit afandi dengan sopan. selesai berucap afandi berpamitan pulang, bu imas dan bude asih mengangguk, lantas afandi segera bangkit dari duduknya dan berjalan melangkah meninggalkan rumah mbah uti, arini yang sedari tadi berada di depan teras rumahnya melihat itu, "afandi! " suara arini menghentikan langkah kaki afandi, dia menoleh dan tersenyum kala yang di lihatnya ternyata adalah arini, dulu waktu masih kecil afandi, arumi dan arini adalah teman dekat satu lagi hadi, mereka berempat adalah teman waktu kecil, "iya mari rini" sapa afandi berpamitan kemudian melanjutkan langkah kakinya, "tunggu sebentar! " cegah arini, yang segera berlari menghampiri afandi. "kenapa buru buru sekali, kita gak pernah ketemu, gak pingin main bareng sebentar?" ucap arini ia berharap afandi mau menerima tawaran nya, afandi adalah anak dari juragan sugeng, dia

  • menjelang waktu maghrib   bab 6. teman masa kecil

    "iya kang"jawab arumi. rasa sungkan dan tidak enak semakin menguasai nya, ingin rasanya dia segera bangkit dari duduknya dan pulang, namun rasa sungkan kepada budenya Membuatnya bertahan di tempat itu. malam semakin larut, arini sudah masuk ke dalam kamarnya, bude asih dan aryo duduk menemani nya, "bude, arumi pulang ya ini sudah malam, bude tentu capek ingin istirahat " arumi berpamitan karena dia tidak enak kepadanya budenya itu dan juga aryo, "loh kenapa buru2 rum, uti juga belum pulang kan? "tanya bude asih. arumi mengangguk, "tidak apa apa bude, kasian ibu di rumah sendirian, lagian mbah uty sebentar lagi akan pulang, " jawab arumi sedikit memaksa, perasaan sungkan menyelimuti dirinya, dan akhirnya bude asih membiarkan arumi pulang ke rumah, arumi kemudian melangkah pergi meninggalkan rumah bude asih, sesampainya di rumah, nampak suasana begitu sepi, arumi melangkah menuju bilik ibunya, di lihatnya bu imas nampak sudah terlelap, setelah itu ia kembali me

  • menjelang waktu maghrib   5. kang ilham

    ira berkata dengan suara gugup dan cemas, mbah uti mengamati sekeliling dan benar saja hari sudah mulai gelap cakrawala kekuningan muncul dari sebelah barat, mbah uti seketika menghentikan langkahnya dilihat nya sekeliling hanya ada dua rumah warga yang ada di belakang mereka yang sudah dilewati tadi dan satu rumah yang masih berada di depan sana, "bagaimana ini mbah sepuh?"tanya ira mulai panik . mbah uti tanpa berkata-kata langsung saja menarik tangan ira dan berbalik arah melangkah menuju rumah yang tadi sudah mereka lewati, mbah uti memilih ke rumah itu karena jaraknya lebih dekat daripada rumah yang di depan sana, sesampainya di depan rumah tersebut terlihat pintu rumah tertutup dengan rapat, "tok! tok! tok! "permisi ini mbah sepuh mau ijin menumpang" sesaat kemudian pintu di buka sedikit terlihat seseorang mengintip dari pintu yang terbuka itu setelah melihat mbah sepuh yang datang merekapun mempersilahkan mereka untuk masuk ke dalam rumah. pintu rumah di tutup dengan

  • menjelang waktu maghrib   4.pandangan pertama

    "memangnya zikir seperti apa yang arumi dengar?"tanya mbah uti. "laa ilahaillallah"ucap arumi deg!... mbah uti terkejut dan melotot, kemudian dia menarik nafas dalam-dalam di pandanginya sang cucu dengan lembut, kemudian mbah uti tersenyum yang membuat arumi kembali bingung dengan sikap mbah utinya itu,. "tidak apa-apa nduk, ya sudah segera mandi sebab matahari akan segera muncul, mbah uti akan bantu ibumu untuk memasak di dapur"ucap mbah uti, arumi mengangguk, dia lantas melepaskan mukena yang tadi ia kenakan untuk sholat dan melipatnya kembali, arumi bergegas untuk mandi, sedangkan ibu dan utinya sedang menyelesaikan makanan untuk sarapan mereka bertiga, sebab setiap pagi mbah uti akan segera pergi ke pasar untuk menjual sayur mayur yang dia tanam sendiri di kebunnya. ****** mereka bertiga kini duduk di ruang tengah sembari menikmati sarapan pagi, "arumi, kamu mau ikut uti kepasar tidak? "tanya mbah uti, arumi lantas mengangguk, "ya sudah cepat siap-siap

  • menjelang waktu maghrib   3.suara zikir misterius

    imas menyentuh pundak putrinya dengan lembut, "turuti kata uti, cepat istirahat nduk" ucap imas kepada arumi, arumi mengangguk, dia memilih menuruti ucapan mbah uti dan ibunya. dia lantas berjalan menuju ke kamarnya, begitu juga dengan imas, **************** malam berlalu begitu cepat, terdengar suara kokok ayam jantan dari kandang belakang yang membuat arumi terbangun. "criiirkk,,criiirrkk" terdengar suara percikan air dari pancuran tempat wudhu. arumi pun melangkah keluar untuk mencari asal usul suara tersebut.dia berjalan menuju jendela dan mengintip dari celah jendela, dia ingin melihat siapa kiranya yang sedang ber wudhu di samping rumah, arumi menempelkan satu mata ke celah jendela yang tidak rapat, di luar sangat sepi dan tidak ada siapa-siapa, arumi kembali ke dalam kamar, karena rupanya hari masih gelap dia tidak berani keluar rumah untuk berwudhu, dan akan menunggu sebentar lagi sampai mbah uti atau pun ibunya bangun, udara pagi itu sangat dingin,

  • menjelang waktu maghrib   2.kejadian mistis

    tanpa menunggu lama, mbah uty mengikuti ajakan mbok tarsih, "imas, arumi, kalian berdua tunggu di rumah, tutup pintu rapat rapat,jangan di Buka sebelum uty pulang, dan ingat uty akan mengetuk pintuk sebanyak dua kali saja, dan kamu arumi, cepat sholat ya nduk! " ucap mbah uty sebelum dia akhirnya berjalan mengikuti langkah mbok tarsih dengan tergesa ke rumah mbok tarsih yang berada tidak jauh dari rumah mbah uty. arumi bergegas mengambil wudhu di samping rumah mereka, di pancuran sederhana yang terbuat dari gentong besar dan di beri lubang kecil sebagai pancuran. wuussss!... angin berhembus menyapu tengkuknya,dan aneh arumi melihat ke sekeliling tak ada angin yang bertiup, "Ahh, mungkin hanya perasaan ku saja," fikir arumi, "ada apa nduk?" tanya imas yang melihat tingkah aneh putrinya. "gak papa kok bu! " jawab arumi. "ya sudah ayo cepat! " ucap bu imas lagi. selesai berwudhu arumi dan bu imas masuk ke dalam rumah, dan seperti kata mbah uty, mereka pun segera m

  • menjelang waktu maghrib   1. menjelang maghrib

    matahari mulai bersiap untuk bersembunyi di ufuk barar, langit mulai terlihat gekas, suara toa masjid sudah memberi peringatannya. "sudah waktu maghrib, ayo cepat masuk! " ucap seorang ibu kepada putrinya yang sedang di luar rumah. "iya buk" jawab arumi, namun ia masih saja meneruskan pekerjaanya mengangkat jemuran yang tinggal sedikit lagi akan selesai. "lebih cepat lagi arumi, sebentar lagi, waktu maghrib akan tiba, ayo! " terlihat ibu imas sedikit memaksa putrinya itu untuk segera masuk. arumi melihat sekeliling, memang nampak suasana terlihat begitu sepi, dimana tadi masih banyak warga desa yang berlalu lalang, namun kini suasana desa berubah drastis seperti desa mati, para warga serempak masuk ke dalam rumah, tak lupa mereka semua mengunci pintu dan jendela masing2, bagi warga yang sudah memasang listrik di rumahnya, mereka bisa tenang lantaran rumah mereka tidak akan gelap seperti rumah arumi, namun ada juga beberapa warga yang masih menggunakan lampu minyak , seb

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status