Share

menjelang waktu maghrib
menjelang waktu maghrib
Penulis: Devi rahayu

1. menjelang maghrib

matahari mulai bersiap untuk bersembunyi di ufuk barar, langit mulai terlihat gekas, suara toa masjid sudah memberi peringatannya.

"sudah waktu maghrib, ayo cepat masuk! "

ucap seorang ibu kepada putrinya yang sedang di luar rumah.

"iya buk" jawab arumi, namun ia masih saja meneruskan pekerjaanya mengangkat jemuran yang tinggal sedikit lagi akan selesai.

"lebih cepat lagi arumi, sebentar lagi, waktu maghrib akan tiba, ayo! "

terlihat ibu imas sedikit memaksa putrinya itu untuk segera masuk.

arumi melihat sekeliling, memang nampak suasana terlihat begitu sepi, dimana tadi masih banyak warga desa yang berlalu lalang, namun kini suasana desa berubah drastis seperti desa mati, para warga serempak masuk ke dalam rumah, tak lupa mereka semua mengunci pintu dan jendela masing2, bagi warga yang sudah memasang listrik di rumahnya, mereka bisa tenang lantaran rumah mereka tidak akan gelap seperti rumah arumi, namun ada juga beberapa warga yang masih menggunakan lampu minyak , sebab tidak semua warga bisa memasang listrik yang masih lumayan mahal bagi warga desa tanggulangin.

hawa yang di rasakan arumi mulai berbeda, bulu kuduknya terasa meremang,Angin tiba tiba seakan berhembus dari arah hutan di sebelah desa tanggulangin di mana saat ini arumi tinggal.

"ayok rumi nunggu apa lagi !" sentak bu imas yang nampak panik.

ia lantas menarik lengan putrinya dan mengajaknya untuk masuk ke dalam rumah, setelah itu bu imas mulai menutup pintu dan semua jendela dengan rapat.

"sudah duduk sini saja, dan jangan keluar rumah sampai mendekati waktu sholat isyak! "

sekali lagi bu imas memperingatkan arumi, arumi hanya mengangguk, dia harus menuruti perintah sang ibu,

apalagi arumi tidak tahu kepercayaan apa yang di yakini di kampung asli ibunya itu.

hingga sedari ia dan ibunya datang, ia harus mendengar perintah yang sama, yaitu segera masuk dan tutup semua pintu juga jendela apabika maghrib akan tiba.

arumi dan ibunya baru tinggal di desa tersebut selama enam hari, karena ayahnya yang baru saja meninggal dan mbah uty nya yang sudah tua, membuat mereka terpaksa harus kembali ke kampung sang ibu, awalnya arumi dan ibunya tinggal di kota yang lumayan jauh dari desa sang nenek, karna ayahnya bekerja dan mencari nafkah di kota itu,

rumah sang nenek bersebelahan dengan rumah bude asih, kakak dari sang ibu, bude asih juga punya dua orang anak yang tak lain adalah sepupu arumi, mereka bernama arif dan arafah.

"tok,,, tokkk,,, tokk"

terdengar suara ketukan pintu yang cukup keras,sehingga membuat arumi terkejut, arumi lantas menoleh ke arah sang ibu yang duduk tak jauh darinya, nampak sang ibu menempelkan satu jadinya di atas bibir, sebagai kode kepada arumi untuk diam dan tak merespon apa yang ia dengar.

"bu ada yang datang! "ucap arumi dengan suara yang begitu pelan,

"brrrrkkkkk"

suara ketukan yang tadi kini berubah menjadi sebuah dobrakan di pintu, dan itu membuat arumi merasa ketakutan, ia beringsut mundur,

namun bu imas berbeda, ia seperti tidak mendengar apa apa dan masih seperti biasa, sedangkan mbah uty juga sama, mereka Berdua tetap duduk tenang di Tempatnya masing masing.

"berdoalah nduk, agar kita selalu dalam lindungan nya.! "

ucap mbah uty. arumi menatap mbah uty yang sedang asyik berzikir, jari jarinya yang keriput nampak menghitung dengan perlahan.

"imas, arumi kalian sudah ambil wudhu? " tanya mbah uty.

"sudah mbok! " jawab bu imas, sedangkan arumi ia menggeleng, yang menandakan ia belum mengambil wudhu. mbah uty menarik nafas kasar,

"ya sudah mbah uty sama ibukmu sholat dulu, dan ingat pesan uty, jangan keluar atapun membuka pintu!".

arumi mengangguk tanda mengerti, setelah mbah uty dan ibunya meninggalkan ruangan, kini arumi hanya tinggal seorang diri, suasana nampak hening dan sayup sayup arumi mendengar suara orang sedang berzikir,

"Allahu akbar", begitulah suara yang di dengar arumi.

arumi salut kepada uty maupun ibunya sejak dulu hingga sekarang, sebab ibu dan neneknya merupakan orang yang begitu taat akan agama, padahal nenek maupun ibunya tidak begitu pandai dalam membaca alquran, namun masalah ibadah ibu dan juga uty nya sama sekali tak pernah terlewat.

"suara merdu yang sedang berzikir itu pasti suara uty nya". pikir arumi dalam hati,

dia sendiri masih menunggu waktu maghrib atau surup terlewati untuk mengambil wudhu , arumi selalu ingat pesan dari bapaknya sejak ia masih kecil, jangan pernah meninggalkan sholat, hingga kini pesan sang bapak selalu di ingat dan di tekuni olehnya,

"laa ilahaillallah", suara zikir itu semakin lama semakin cepat, dan lebih cepat kemudian berhenti dan hening, hilang tak terdengar lagi.

" lama sekali uty dan ibu sholatnya", gumam arumi seorang diri, pasalnya ini sudah menjelang waktu isyak,

tapi uty maupun ibunya sama sama belum selesai sholat maghrib, karena merasa penasaran serta jenuh, arumi pun pergi ke musholah kecil yang ada di dalam rumahnya itu untuk melihat uty dan juga ibunya.dan arumi ingin meminta tolong kepada ibunya itu untuk menemaninya mengambil wudhu di pancuran buatan yang biasa uty nya gunakan.

sesampainya di sana, musholah itu kosong, ibu dan uty nya sama sekali tidak ada di dalam sana, arumi terbengong sembari pandangan matanya mengedar ke seluruh ruangan.

"kemana ibuk dan uty? "

arumi heran, karena baru saja dia mendengar

suara zikir, tapi uty maupun ibunya bisa secepat itu tidak berada di tempat sholat. arumi pun melangkad keluar dan hendak menuju ke dapur, saat melewati kamar sang uty, dia melihat uty nya itu sedang berbarung, arumi pun melanjutkan langkahnya menuju ke dapur, rupanya ibunya berada di sana dan sedang menyeduh kopi hitam, ibu memang pecandu kopi sejak dulu, sama seperti mbah uty nya.

"sudah sholat? "

tanya ibu singkat, sembari tanganya terus mengaduk kopi dalam cangkir, arumi menggeleng membuat ibunya menghela nafas dalam,

" kok gak segera sholat, sudah ceoat wudhu, sekarang sudah boleh keluar".

ucao ibu memberi tahu arumi.

"anterin ya bu? ". punta arumi.

"ealah minta temani to? ". jawab ibu sembari tersenyum. arumi pun mengangguk dan tersenyum malu.

" ya sudah ayo ibu antar! "

ucap ibu kemudian berjalan keluar dari dapur, sembari membawa secangkir kopi penuh untuk uty nya, arumi pun mengikuti sang ibu di belakang, sebelum ke samping rumah, bu imas terlebih dahulu masuk ke dalam kamar mbah uty.

"mbok, ini kopinya". ucap bu imas.

"yowes nduk taruhen meja! ", jawab uti, ibu pun mengangguk dan segera meletakkan secangkir kopi hitam itu di atas meja.

ibu dan arumi hendak segera ke samping rumah, namun langkahnya terhenti sebab terdengar seseorang sedang memanggil utinya.

"mbah!....mbah sepuh! mbah"

arumi dan ibunya saling pandang, kemudian sang ibu melangkah menuju pintu dan membukanya, tampak di depan pintu mbok tarsih tetangga sebelah rumah berdiri sambil menangis, sontak saja ibu dan arumi menjadi panik, begitu juga dengan mbah uty, ia segera keluar dari kamarnya setelah mendengar suara tangisan.

"ada apa nduk tarsih? " tanya mbah uty dengan cemas,

"kinan mbah,,, ayo!".

jawab mbok tarsih sambil terus menangis, mbah uty terbengong sesaat seakan sedang memikirkan suatu hal, dan terlihat kini mbok tarsih mengangguk dan mbah uty manggut manggut dua kali. sedang arumi dan sang ibu hanya terdiam melihat mbah uty dan mbok tarsih berbiacara lewat bahasa tubuh.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status