Beranda / Romansa / ZONA MANTAN / 74. Tak Siap

Share

74. Tak Siap

Penulis: naftalenee
last update Terakhir Diperbarui: 2022-11-22 08:22:17

Juda terdiam lama di tempatnya duduk karena tak tahu harus memberikan jawaban semacam apa atas pertanyaan yang dilontarkan Ghani. Jika saja Juda tahu apa yang harus ia lakukan untuk mengatasi masalahnya, sudah pasti wanita itu akan langsung menyelesaikan itu tanpa perlu melibatkan kedua kakak laki-lakinya yang rela untuk mengesampingkan urusan mereka masing-masing demi mengedepankan urusan Juda.

Ghani yang sejak tadi tidak mengalihkan pandangannya dari Juda, yang tidak berani menatapnya secara langsung, kembali membuka suara. Tak tahan dengan kesunyian yang mengudara di ruangan itu.

“Ju, Abang ngerti kalau keadaan ini sulit buat kamu. Kamu akan mendapat tudingan-tudingan miring yang memojokkan kamu, entah itu benar atau salah, kamu harus bisa menghadapi itu. Dan Abang nggak bisa jamin kalau masalah ini nggak akan sampai ke telinga Mami sama Papi.”

Mendengar kalimat itu, Juda merasakan sesuatu yang dingin seolah merambat di kakinya. Tidak. Juda sama sekali tidak ingin kedua orang tu
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • ZONA MANTAN   75. Kabar Mengejutkan

    “Menurut gue Juju harus tinggal di sini sampai Juju nikah sama Danis… atau sama orang lain yang berhasil dapetin restu kita sama Mami Papi juga,” timpal Haikal. Juda merengut tidak setuju. “Nggak mau. Aku kena masalah karena kalian berdua kekang juga, kan? Kalau Abang nggak mau aku bikin masalah yang bakal bikin Abang lebih sakit kepala, jangan paksa aku buat tinggal di sini.” Sesungguhnya Juda tidak benar-benar mau menyalahkan kedua kakak laki-lakinya. Juda hanya kesal karena mereka berdua lagi-lagi menunjukkan sisi posesifnya. Dan ancaman Juda itu sontak membuat Haikal meringis karena langsung kalah argumen. Sementara itu, Ghani mendesah pasrah. Tahu bahwa ucapan Juda yang mungkin hanya gertakan itu bisa saja menjadi kenyataan dengan tanpa di sengaja. Seperti masalah yang dialami Juda kali ini. “Tapi mau ya tinggal di sini sampai Abang ada waktu ngobrol sama Danis?” Juda masih tampak tak terlalu menyukai gagasan itu, tetapi mengingat masalah yang sedang terjadi, mau tak mau Jud

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-22
  • ZONA MANTAN   76. Rumah Sakit

    "Ju, ini... maksud kamu ini Grita yang sama dengan yang kita bahas...” Meski Haikal belum selesai mengucapkan kalimat yang laki-laki itu maksudkan dengan suara terbata-bata, Juda sudah mengangguk lemah. Kedua pupil mata Haikal melebar. Laki-laki itu terkejut selama dua detik. Sebelum kemudian kembali memijak bumi dan memeluk adiknya dengan erat tanpa berkata apa-apa lagi. “Tadi Grita baru ketemu aku sama Danis sebelum aku ke sini, Bang,” ucap Juda dengan suara bergetar. “Grita… pasti marah banget tadi waktu pergi, Bang. Dia nggak pamit waktu aku tinggal ke kamar mandi,” suara Juda sempat memelan di akhir. “Apa… mungkin Grita kecekalaan karena aku, Bang? Kalau iya… apa yang harus aku lakukan?” Juda benar-benar lemas. Padahal belum ada sedetik Juda berpikir bahwa ia akan bisa menghadapi masalah yang terjadi selama masih ada orang-orang terdekatnya yang tak akan berpaling darinya. Namun, seketika keoptimisan itu diluluhlantakkan dengan berita mengejutkan. Jika sampai Grita kenapa-k

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-23
  • ZONA MANTAN   77. Meluapkan Amarah

    Laki-laki itu berjalan mendekat. Juda sudah berniat kabur karena tidak punya tenaga untuk menghadapi Guntur saat ini, tetapi Danis yang melihat gelagat Juda itu langsung menggenggam tangan Juda dan menarik wanita itu agar berdiri di sampingnya. “Juda, saya... saya minta maaf.” Juda bisa saja melengos dan menganggap permintaan maaf itu hanya sekadar bualan. Namun, Juda mengangkat dagu, menghimpun kepercayaan dirinya yang akhir-akhir ini menipis, lalu mencari-cari kebohongan di mata Guntur. Dan di sana Juda menemukan ketulusan dan penyesalan mendalam. Sejenak, Juda mendengus dalam hati. Bukankah Guntur mahir memalsukan ekspresi? Sebab, sebelumnya Juda telah gagal membaca kebohongan Guntur hingga menyebabkan masalah serius yang juga melibatkan Grita. Tak bisa lagi bersikap sopan di hadapan laki-laki berengsek itu, Juda membalas, “Kenapa minta maaf ke gue? Kalau lo waras, saat ini harusnya lo siapin segudang permintaan maaf ke Grita yang mungkin nggak bakal bisa lo sampaikan dan akan

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-23
  • ZONA MANTAN   78. Menanggung Rasa Bersalah (1)

    Kedua orang tua Grita tiba tepat saat dokter keluar dari ruang operasi dan menyatakan bahwa Grita telah berhasil melewati masa kritis. Tadinya, Grita nyaris tidak selamat pada operasi yang memakan waktu nyaris lima jam itu karena luka dalam yang membuat wanita itu kehilangan banyak darah. Namun, tim dokter berhasil menyelamatkan Grita dari maut setelah berusaha semaksimal mungkin. Dan sekarang Grita dipindahkan ke ruang ICU karena masih harus dipantau keadaannya hingga lebih stabil. Karena masih belum sadar—menurut dokter, Grita hanya masih dalam keadaan terbius, tinggal menunggu waktu saja hingga wanita itu sadar—Grita masih belum bisa ditengok oleh banyak orang. Maksimal hanya dua orang yang boleh masuk sementara ini dan harus masuk secara bergantian. Papa Grita yang tadi datang dengan wajah bersimbah air mata langsung bergegas masuk ke ruang ICU ditemani perawat. Danis baru akan mengajak Juda pamit untuk pulang—ia berencana akan datang lagi esok hari—tetapi keduluan Guntur yang l

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-24
  • ZONA MANTAN   79. Menanggung Rasa Bersalah (2)

    Tak hanya Guntur yang syok mendengar fakta itu, tetapi Juda dan Danis pun terkejut luar biasa. "Saya mengakui kalau saya adalah orang tua yang jahat karena bersyukur saat Grita mengalami keguguran. Saya bersyukur karena tidak harus bersusah payah menyayangi cucu yang akan lahir dengan darah kamu yang mengalir di tubuhnya." Suara itu bergetar. Kebencian dan kesedihan mendalam yang tertoreh dalam suaranya membuat Juda ingin menangis. Juda bisa merasakan keputusasaan dan kesakitan mama Grita karena keadaan Grita yang begitu parah secara mental—dan kini fisiknya juga sedang berjuang melawan rasa sakit—yang semakin membuat hati Juda seperti dirobek menjadi serpihan-serpihan kecil. Danis merangkul pundak Juda seolah tahu wanita itu membutuhkan sandaran. "Maaf, Ma. Maaf," Guntur terisak dengan tubuh yang bergetar hebat. "Maaf, Grita. Maafkan aku. Maafkan aku." Semua orang yang ada di sana membuang muka saat Guntur tak henti-hentinya merintih dalam tangis yang penuh sesal. Tepat saat it

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-24
  • ZONA MANTAN   80. Berhak Memilih

    Juda terbangun di kamar yang tidak asing lagi—kamar tamu apartemen Haikal—dengan pakaian yang sama dengan yang ia kenakan semalam, atau lebih tepatnya tadi pagi. Kepalanya berat dan wajahnya terasa bengkak. Saat Juda meraih ponsel untuk berkaca, Juda tidak terlalu kaget melihat ada cekungan dan lingkaran hitam tercetak jelas di bawah mata, yang membuat wanita itu tampak sangat berantakan. Yang terakhir Juda ingat, ia menangis di pelukan Danis saat mereka berada di dalam taksi setelah meninggalkan rumah sakit untuk pulang. Jarak rumah sakit ke apartemen Haikal cukup jauh hingga sepertinya Juda ketiduran setelah lelah menangis. Entah Danis atau Haikal yang membopong Juda sampai ke kamar, Juda tak terlalu peduli soal itu. Saat Juda menyibak selimut dan kakinya menjejak lantai apartemen yang agak dingin, tubuh Juda sedikit limbung karena pening yang menyerang kepala. "Shit! This is bad," erang Juda. Terlalu banyak menangis dan tertidur setelahnya benar-benar membuat tubuhnya kaget. J

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-25
  • ZONA MANTAN   81. Gugup

    Juda baru akan mengangguk saat matanya tak sengaja melihat tumpukan koper yang tak asing di dekat sofa ruang tamu. "Itu koper aku kan, Bang? Kok ada di sini?" Haikal yang melanjutkan kegiatannya menyedot debu itu mengendikkan bahu. "Oh itu, Abang abis dari kos kamu tadi. Kamu ingat apa hang Bang Ghani bialng kemarin, kan? Kamu akan tinggal di sini sampai kami tahu kejelasan hubungan kamu dan Danis." "Kalian akan mengetahuinya hari ini. Jadi, udah pasti aku nggak akan stay di sini sampai berbulan-bulan. Jadi, kenapa Abang bawa dua koper besar? Karena aku yakin sekali dua koper itu pasti isinya pakaian-pakaian aku. Iya, kan?" "Kalau kamu dan Danis dapat restu dari kami, itu artinya Abang harus menerima kenyataan kalau suatu hari nanti kamu akan benar-benar menjadi tanggung jawab orang lain. Abang mungkin masih tetap bisa menjaga kamu, tapi kami punya batasan. Karena kamu sudah punya pasangan yang lebih berhak—" "Oke, udah cukup," sela Juda yang mulai tak nyaman melihat Haikal suda

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-26
  • ZONA MANTAN   82. Harus Melepaskan (1)

    "Aku nggak akan pernah menang melawan kamu, Ren," Samuel berkata dengan lesu. Akhir pekan yang sudah laki-laki itu angankan akan berlangsung menyenangkan karena bisa menghabiskan waktu dengan Renata yang akhir-akhir ini beralasan sibuk bekerja setiap kali diajak bertemu, malah berujung pada perdebatan panjang yang menguras emosi. Rupanya, Renata mengajak bertemu bukan untuk berpacaran seperti yang Samuel harapkan. Renata justru melemparkan bom yang membuat Samuel kecewa. Renata bersikukuh ingin menyusul Danis ke Indonesia dan membujuk suaminya untuk membatalkan gugatan cerai. Keputusan Renata sudah teguh. Selama dua minggu terakhir Renata bekerja keras, menyelesaikan pekerjaannya yang masih jauh dari deadline agar bisa mengajukan cuti untuk pulang ke Indonesia. "Sam, aku nggak akan menyalahkan kamu. Karena aku yang salah di sini. Aku harusnya lebih tahan godaan dan nggak main-main sama kamu. Jadi, maaf. Aku benar-benar nggak bisa melanjutkan ini lagi." Mata Samuel memancarkan luka

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-27

Bab terbaru

  • ZONA MANTAN   108. Mantan Jadi Manten

    Jika bukan berkat obrolannya dengan Haikal pagi itu, Juda tidak yakin akan ada di sini sekarang. Bersama Danis, bergandengan tangan seperti dua remaja yang sedang kasmaran, menaiki tangga satu per satu untuk menuju flat Juda setelah dua hari terakhir —sejak Jumat malam hingga Minggu sore—mereka menghabiskan waktu di apartemen Danis yang terletak cukup jauh dari flat Juda. Ini tepat empat bulan setelah mereka resmi berpacaran. Juda masih juga bersikukuh bahwa mereka bukan balikan, tetapi menjalin hubungan baru yang lebih sehat. Sehat dalam artian selalu saling jujur dan mengkomunikasikan tentang segala hal yang mengganjal dalam hubungan mereka. "Ju, kita nggak balikan atau tetap jadi mantan seperti yang kamu bilang, tapi kita pada akhirnya bakal jadi manten, kan?" ucap Danis saat mereak sudah sampai di depan pintu flat Juda. Juda tertawa seraya mengeluarkan kunci pintu dari salah satu kantong tasnya. "Ketemu Mami sama Papi dulu, baru bilang gitu!" "Kita punya waktu cukup banyak untu

  • ZONA MANTAN   107. Balikan atau Tetap Jadi Mantan?

    Bicara soal bahagia, selalu ada kriteria-kriteria tersendiri bagi setiap orang. Seperti Juda yang sudah cukup bahagia melihat video keponakannya menendang-nendang air saat mandi hingga airnya menciprat ke mana-mana. Atau saat keponakannya tertawa-tawa melihat kekonyolan ayahnya. Juda... bisa semudah itu merasa bahagia. Saat bertelepon dengan Ema, membicarakan tentang apa saja yang terlewat saat mereka tidak lagi berada di kota yang sama, berbagi tentang hidup mereka, itu pun sudah membuat Juda bahagia juga. Dan saat Juda menghabiskan waktu bersama Kim dan Nic, yang mengkalim diri mereka sebagai bestie-nya Juda, selalu ada kebahagiaan yang terpupuk di dalam hatinya. Juda bersyukur sekali memiliki keluarga dan teman dekat yang dengan cara yang sederhana membuatnya bahagia. Lalu, bagaimana dengan Danis? Yang juga ingin menjadi salah satu orang yang menjadi bahagianya Juda? Tak Juda pungkiri bahwa saat bersama Danis—entah saat mereka berpacaran pertama kalinya saat SMA, atau saat merek

  • ZONA MANTAN   106. Bahagiamu, Bahagiaku

    Meski sudah begitu yakin akan sanggup menerima penolakan demi penolakan Juda, nyatanya ada masa-masa di mana Danis ingin menyerah saja. Sulit sekali menembus tembok pertahanan yang Juda bangun. Enam bulan sudah kembali terlewati dan Danis belum menghasilkan apa-apa. Itu artinya sudah sembilan bulan lamanya Juda bekerja di kantor yang sama dengan Danis. Sudah nyaris setahun sejak Danis bisa berada dekat sekali dengan Juda. Tetapi masih juga tak tergapai sosoknya. "I'm so done. Gue mau nyerah aja." Nyaris setiap bulan Danis akan mengeluh demikian kepada Martin yang hanya tertawa-tawa melihat penderitaan Danis. Sebenarnya, ada juga masa-masa di mana Juda terlihat mulai membuka diri. Terhitung sudah tiga kali Juda mau diajak makan siang. Itu pun tampaknya Juda merasa kasihan kepada Danis yang belum juga menyerah mendekati Juda. Danis seperti termakan omongannya sendiri ketika berkata tak ingin dikasihani. Nyatanya, saat Juda menunjukkan respons positif bahkan sekadar mengasihani, Danis

  • ZONA MANTAN   105. Izin

    Juda bukannya tidak sadar Danis mulai mendekatinya lagi sejak beberapa minggu yang lalu. Memang tidak secara blak-blakan seperti saat awal-awal Juda pindah. Dimulai sejak Danis mulai membelikannya kopi, memberikan ucapan-ucapan penyemangat untuk menjalani hari, mengajak Juda mengobrol ringan di dalam lift, dan masih banyak lagi. Danis bersikap lebih sopan, seperti seorang gentleman.Dan hari ini, Danis mulai menaikkan level. Sebelum Juda keluar dari lift saat tiba di lantai 21, Danis berkata, "Ju, nanti makan siang bareng aku, mau?"Jawaban Juda tidak. Karena ia sudah ada agenda bersama Jason untuk bertemu klien sekalian makan siang. Seandainya tidak ada agenda apa-apa pun Juda tetap akan menolak. Menerima pemberian kopi dari Danis dan mengobrol dengan laki-laki itu di dalam lift adalah hal yang tidak bisa Juda hindari karena Danis selalu melakukannya di depan banyak orang. Menolak pemberian Danis hanya akan membuat Juda dipandang buruk orang-orang. Itu tidak bagus untuk image Juda di

  • ZONA MANTAN   104. Berjuang Dulu

    Danis tidak lagi mengganggu Juda setelah penolakan telak yang dilontarkan Juda siang itu. Dan itu sudah lewat tiga bulan yang lalu.Awalnya, Danis pikir Juda hanya bertindak berdasarkan emosi yang saat itu sedang menguasai, sehingga Danis membiarkan dirinya mundur. Mengalah. Memberikan Juda waktu lebih banyak.Sayangnya, Juda tidak membutuhkan waktu. Juda tidak sedang menunggu Danis datang lagi, untuk memohon dan mengemis kesempatan terakhir. Sebab, Juda benar-benar serius tentang ucapannya. Tidak lagi tersisa kesempatan. Karena Danis yang sudah membuang kesempatan itu dan menukarnya dengan kesia-siaan."Lo kapan kawinnya, sih? Biar gue bisa balik ke Jakarta," tanya Danis saat Martin menelepon suatu malam."PMS lo? Sewot amat," sindir Martin saat mendengar suara sinis Danis. "Kalau kawin kan gue udah sering, nikah ya aja yang belom," sambungnya."Gue serius, Tin. Gue kayaknya mau balik ke Jakarta dalam waktu dekat," desah Danis."Ngapain? Jangan bilang lo serius mempertimbangkan buat

  • ZONA MANTAN   103. Penjelasan

    Juda beruntung karena di kantornya mewajibkan para pegawai bicara menggunakan Bahasa Inggris jika sedang membahas pekerjaan sehingga Juda bisa dengan cepat beradaptasi dengan rekan-rekan kerja sekantornya. Sudah satu minggu Juda menempati posisi barunya sebagai manager pemasaran. Tantangan yang cukup sulit, terutama karena ini pertama kalinya ia menduduki jabatan yang cukup tinggi dan langsung berhadapan dengan orang-orang asing dari berbagai negara. Sejauh ini, Juda belum begitu banyak menemui kesulitan yang membuatnya stres, kecuali keberadaan Danis yang setiap jam makan siang selalu tiba-tiba muncul di ruangan Juda. “Can you stop doing this?” “I’m just trying to be nice.” “To be nice?” Juda mendecih. “Dengan membuat orang-orang di kantor mulai curiga soal kita karena kamu terlalu sering datang ke ruanganku, itu yang kamu sebut mencoba bersikap baik?” “Then, let them be. Kita cuma bernapas aja orang-orang bisa curiga sama kita kok,” tukas Danis dengan enteng sekali. Juda menut

  • ZONA MANTAN   102. Hari Pertama Bekerja

    Tiga hari yang Juda punya untuk mempersiapkan diri sebelum memulai hari pertamanya di kantor baru–kantor yang sama dengan kantor Danis–sudah habis. Juda menghabiskan tiga hari pertamanya di Rotterdam itu untuk menata kamar flatnya seperti dulu ia menata kamar kosnya agar terasa familier dan nyaman.Juda juga sudah berkenalan dengan tetangga-tetangga flatnya yang sebagian besar juga perantau dari luar Belanda. Yang cukup ramah kepada Juda ada dua orang. Kim, gadis manis dari Korea yang telah tinggal di flat itu nyaris dua tahun, sedang menempuh pendidikan S2, sekaligus bekerja paruh waktu sebagai pengasuh anak. Lalu satu orang lagi bernama Nic, laki-laki tinggi bongsor dari Inggris yang ternyata satu kantor dengan Juda, tetapi masih pegawai magang dan berbeda divisi dari Juda.Mengetahui kalau Juda adalah pegawai baru, Nic dengan baik hati mengajaknya berangkat bersama menaiki tram. Hari sebelumnya, Nic juga sudah mengajaknya berkeliling kota untuk beradaptasi. Juda benar-benar bersyuk

  • ZONA MANTAN   101. Sakit Sekali Lagi

    Perjalanan menggunakan kereta intercity dari Stasiun Schipol ke Rotterdam Centraal yang merupakan stasiun utama di kota Rotterdam memakan waktu 47 menit. Juda memaksakan diri untuk tidur agar tidak harus membangun percakapan dengan Danis yang sejak tadi nampak sekali berusaha keras untuk mengajak Juda bicara. Dari Rotterdam Centraal, untuk menuju flat yang akan ditinggali Juda selama di sana, harus menggunakan taksi. Danis yang sudah belasan tahun tinggal di Belanda itu tampak begitu membaur dengan sekitar. Hanya Juda yang merasa sangat asing di tempatnya berdiri kini. Tadinya, Juda sudah berniat memisahkan diri dari Danis begitu turun dari kereta, tetapi Danis tidak membiarkan Juda pergi. Danis beralasan bahwa ia harus mengantarkan Juda sampai ke flat atas perintah atasannya di kantor. Selain untuk menjelaskan beberapa hal basic tentang transportasi yang harus dinaiki juga untuk ke kantor dan juga untuk bepergian ke tempat-tempat umum, Danis berkata bahwa ia takut Juda tersesat. J

  • ZONA MANTAN   100. Fate or Bad Luck?

    Meninggalkan Jakarta untuk pergi ke Belanda bukanlah pilihan yang mudah bagi Juda. Saat pertama kali mendapatkan tawaran dari bosnya di kantor, untuk dipromosikan ke posisi yang lebih tinggi, tetapi ditempatkan di luar Jakarta, Juda sempat mengira ia akan dimutasi ke Bali. Namun, ternyata Juda akan ditempatkan di perusahaan utama yang bertempat di Rotterdam, Belanda. Juda sempat bertengkar dengan Haikal karena kakak laki-lakinya itu menuduh Juda sengaja pindah ke Belanda untuk mengejar Danis yang selama tiga tahun terakhir menjadi topik yang paling dihindari keluarganya. Jika dibilang sengaja ingin mengejar Danis, tentu itu tidak benar. Awalnya, Juda bahkan tidak langsung ingat bahwa Danis bekerja dan tinggal di Belanda, entah di kota mana, Juda tidak tahu. Juda mempertimbangkan tawaran itu karena memang sudah lama menunggu momen ia dipromosikan. Baru setelah Haikal menyinggungnya, Juda menjadi bimbang. Apakah pilihannya untuk pergi adalah pilihan yang tepat? Juda bisa saja membatal

DMCA.com Protection Status