Home / Romansa / ZONA MANTAN / 41. No Drama, No Life (1)

Share

41. No Drama, No Life (1)

Author: naftalenee
last update Last Updated: 2022-10-30 16:18:55

Hari keempat setelah Juda dan Danis memutuskan untuk kembali bersama, mereka janjian untuk nonton bareng di bioskop setelah Juda pulang kerja. Juda sedang ingin melepas penat karena pekerjaan menggunung yang tak habis-habis. Karena Juda baru keluar dari kantor saat matahari sudah hampir terbenam di ufuk narat, sementara jadwal tayang film yang dipesan jam enam lebih sedikit, mereka tidak sempat makan terlebih dahulu.

“Abis ini makan dulu ya, kasihan cacing-cacing di perutku kalau nggak dikasih asupan gizi,” bisik Juda di tengah-tengah menonton.

Meski tidak terlihat jelas karena ruangan bioskop yang gelap, Danis tersenyum sambil menatap Juda. Ini sudah yang ke sekian kalinya Juda mengatakannya. Danis geli sekali melihat Juda yang sama sekali tidak bisa berkonsentrasi penuh pada layar bioskop yang sedang menayangkan film yang berkisah tentang para hero itu karena rasa lapar yang lebih mendominasi.

Saat film akhirnya selesai, Juda cepat-cepat mrnarik Danis ke luar gedung bioskop.

“Ak
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • ZONA MANTAN   42. No Drama, No Life (2)

    Saat sudah yakin ia tidak akan dihadang lagi, Juda bergegas untuk melangkah kembali. Namun, nasib baik sepertinya sedang tidak menyertainya hari ini. Seseorang yang lain mendadak muncul dan membuat segalanya menjadi semakin tak terkendali.Kejadian terlalu cepat. Sedetik yang lalu Juda sudah akan beranjak pergi, di detik selanjutnya seseorang menyentak pergelangan tangannya, membuat tubuh Juda berputar 180 derajat, lalu pipinya dihantam oleh sebuah tangan. Panas menjalar di pipi kirinya karena tamparan keras itu.“Dasar perempuan murahan! Berani-beraninya lo godain suami gue!” sergah Grita dengan suara melengking. Mengundang perhatian dari setiap mata yang ada di sana.Juda mengepalkan tangan. Menahan gejolak kemarahan yang timbul karena dituduh dengan kata-kata yang sama sekali tidak benar.“Gue nggak godain suami lo,” geram Juda tertahan.Grita tampak tak peduli. Dalam keremangan cahaya di restoran itu, terlihat jelas api kemarahan berkobar di kedua matanya yang bulat. “Jadi, ternya

    Last Updated : 2022-10-30
  • ZONA MANTAN   43. Meledaknya Bom Waktu

    Juda marah sekali. Tuduhan yang dilayangkan oleh Grita memang menyakitkan. Namun, tidak ada apa-apanya ketimbang tatapan penuh menghakimi yang Danis tujukan terhadap dirinya. Sudah dituduh dan dipermalukan di depan muka umum oleh rivalnya saat masa sekolah dulu, sekarang ditambah dengan sikap menegsalkan Danis yang membuat dirinya seakan terpojok. Tidak memiliki sosok pendukung yang berdiri untuknya.“Lo mending enyah dari hadapan gue sebelum gue meledak,” hardik Juda. Kembali mengempaskan tangan Danis dengan kuat saat laki-laki itu berusaha meraih tangannya.Danis mengeraskan rahang. Ia terlihat susah payah menahan segala ucapan yang ingin tumpah karena perkataan sinis Juda yang mulai menggunakan ‘lo-gue’ seperti yang selalu wanita itu gunakan saat sedang benar-benar marah kepada orang yang bersangkutan.“Gue nyesel udah nyamperin lo dan bikin heboh di reuni. Gue nyesel ngeiyain ajakan balikan lo.”Danis menggeleng. “Kamu cuma lagi emosi.”“Gue benci sama lo, Danis. Dari dulu gue ben

    Last Updated : 2022-10-31
  • ZONA MANTAN   44. Meledaknya Bom Waktu (2)

    Perjalanan menuju indekos Juda dipenuhi kebisuan. Danis duduk di ujung kanan, sementara Juda berada di ujung kiri, seolah-olah jarak yang tidak sampai satu meter itu cukup berguna. Padahal, sesungguhnya Juda menjadi cemas sekali. Perlawanannya terhadap Danis dengan mudah berbalik menjadi bumerang yang terus-menerus menghantamnya. Juda tidak tahu harus bagaimana agar bisa membuat perasaan Danis menjadi lebih baik. Benar. Persetan dengan perasaannya. Karena saat ini perasaan Danis jauh lebih penting untuk ia pikirkan. Butuh waktu sekitar tiga puluh menit untuk sampai di depan indekos Juda yang bangunan tingkat tiga itu terlihat dari luar meski sudah dipasang pagar cukup tinggi. Danis ikut turun dan membiarkan taksi yang mereka tumpangi beranjak pergi. “Kita belum jadi makan,” kata Danis dengan tanpa ekspresi. Seolah-olah momen emosional tiga puluh menit yang lalu tidak pernah ada. “Mau makan nasi goreng?” Juda mengendikkan dagu ke arah tenda yang disinari lampu remang-remang yang be

    Last Updated : 2022-10-31
  • ZONA MANTAN   45. Introspeksi

    Keesokan harinya, Juda berangkat ke tempat kerja dengan setengah hati. Penampilannya tidak serapi biasanya, bahkan cenderung berantakan. Membuatnya terlihat sangat menyedihkan. Lebih parah ketimbang saat hari Senin kemarin digoda habis-habisan oleh rekan-rekan kerjanya. Hari ini, Juda benar-benar tidak semangat menjalani hari karena masih teringat akan perseteruannya dengan Grita dan masalahnya dengan Danis semalam yang tak ada penyelesaian. “Lesu banget, Bu. Nggak dapet jatah dari laki lo, ya?” Juda mengerling. “Jatah apaan? Gue nggak pernah minta jatah ke pacar gue kali. Gue bisa cari duit sendiri.” “Maksud gue bukan jatah yang itu.” Seketika Juda mengerti ke mana arah pembicaraan yang dimaksud. Ia berdecak malas. “Gue juga nggak pernah minta atau ngasih jatah begituan. Dosa.” Rekan kerjanya tertawa. “Duh, Juju tuh luarnya aja yang galak, tapi dalemnya masih polos, selembut sutra.” “Apaan sih, nggak jelas lo,” gerutu Juda. “Kenapa sih, Ju? Sini cerita sama gue. Lo ada masalah

    Last Updated : 2022-11-01
  • ZONA MANTAN   46. Tentang Kita

    Sepulang dari kerja, Juda menghubungi Martin, menanyakan tentang Danis dan keberadaan laki-laki itu. Untung saja, Martin bisa diajak bekerja sama. Martin malah langsung mengirimkan alamat apartemennya agar Juda bisa berkunjung ke sana untuk menemui Danis secara langsung. "Danis lagi agak masuk angin." Begitu kata Martin tadi. Dan di sinilah Juda berada sekarang. Di depan pintu unit apartemen Martin bernomor 702 yang berada di lantai tujuh. Juda baru menekan bel setelah berdiri di sana hampir dua menit. Harap-harap cemas menunggu dibukakan pintu. Juda sudah akan menekan bel sekali lagi saat pintu terdorong keluar dan Danis muncul dengan mengenakan pakaian santai. Tampak raut kebingungan di wajah Danis saat bertanya, "Juju, kok bisa sampai sini?" "Bisa. Aku naik gojek." Juda tahu bahwa sebenarnya maksud Danis bukan soal itu. "Martin bilang kamu masuk angin," sambungnya. Danis tidak berkata apa-apa untuk mengoreksi atau membenarkan cerita Martin dan mempersilahkan Juda masuk. "Kam

    Last Updated : 2022-11-01
  • ZONA MANTAN   47. Batasan

    Juda tidak ingat kapan pertama dam terakhir kalinya ia menautkan bibirnya dengan bibir seseorang dengan sedalam ini. Cukup sulit baginya untuk mengimbangi ciuman Danis yang menggebu-gebu. Yang jelas, perasaannya membuncah tumpah ruah. Ciuman pertamanya dengan Danis sekaligus ciuman terakhir mereka saat berpacaran dulu hanya berupa kecupan singkat. Juda tidak benar-benar mengingat bagaimana perasaannya kala itu. "We need to stop," ucap Juda dengan susah payah setelah ciuman panjang itu bertahan cukup lama. Dari jarak yang dekat sekali, Juda baru menyadari jika mata Danis yang selama ini terlihat hitam kelam, ternyata tidak begitu. Mata Danis berwarna cokelat, yang hanya bisa terlihat begitu jelas dari dekat. Dari jarak yang tidak lebih dari sepuluh senti meter. Danis membiarkan mereka berdua mengambil napas sejenak, namun setelah itu ia kembali meraih bibir Juda dengan bibirnya. Seolah-olah ia sedang begitu haus dan hanya bibir Juda yang bisa memuaskan dahaganya. Ciuman dalam itu ke

    Last Updated : 2022-11-01
  • ZONA MANTAN   48. Perkara Kegagalan (1)

    “Sebaiknya aku pulang,” kata Juda setelah ciuman mereka, yang entah ke berapa, berakhir. Ya, entah bagaimana mereka berdua masih bisa menahan diri untuk berhenti di sebatas ciuman saja meski hasrat bergulung-gulung di antara mereka. Danis menahan Juda. Menarik pergelangan tangan wanita itu hingga terduduk kembali di sebelahnya. “Ini apartemen Martin. Aku nggak mau waktu dia pulang langsung ngelihat kita lagi make out di sofanya, terus dia ngambek,” ujar Juda kemudian. Danis tertawa. “Martin nggak akan ngambek. Dia cuma akan langsung buang sofa ini dan beli yang baru.” Kemudian laki-laki itu mengernyit, berpikir sejenak sebelum melanjutkan, “Atau aku bisa beli sofa baru khusus buat kita make out, gimana?” Juda memutar bola mata dengan malas. “Nggak lucu, Danis.” “Aku juga nggak sedang berusaha melucu. Tapi, ngomong-ngomong, hubungan kita berubah jadi terlalu dewasa hanya dalam beberapa hari.” Juda langsung mengerti maksud Danis. Selama kurang dari setengah tahun kenal di masa te

    Last Updated : 2022-11-02
  • ZONA MANTAN   49. Perkara Kegagalan (2)

    Juda merasakan sebuah keterikatan yang begitu kuat dengan Danis. Seolah ujung-ujung magnet yang berlawanan sedang saling tarik menarik. Padahal, siang tadi, ia nyaris tidak yakin bahwa hubungan rapuhnya dengan Danis masih bisa dipertahankan mengingat ia selalu emosional menghadapi sesuatu hingga menempatkan Danis pada posisi yang tidak begitu menyenangkan. “Boleh aku mengungkapkan satu kejujuran lagi?” Danis menyipitkan mata. “Sebenarnya, ada berapa banyak rahasia yang kamu simpan sendiri?” “Jujur, ada banyak,” jawab Juda yang sudah mulai bisa kembali santai. “Tapi untuk sekarang aku akan menyimpan fantasi-fantasi itu untuk diriku sendiri.” “Wow, jadi kamu sering berfantasi tentang aku?” Danis terlihat cukup bersemangat akan gagasan ini. Juda berdecak. Meski ia cukup malu karena membicarakan ini, ia tetap berkata dengan mengangkat dagu. “Setelah aku sadar kalau kamu udah tumbuh dewasa dan menjadi kamu yang sekarang.” Danis menaikkan alis. “Jelaskan lebih detail tentang 'aku yang

    Last Updated : 2022-11-02

Latest chapter

  • ZONA MANTAN   108. Mantan Jadi Manten

    Jika bukan berkat obrolannya dengan Haikal pagi itu, Juda tidak yakin akan ada di sini sekarang. Bersama Danis, bergandengan tangan seperti dua remaja yang sedang kasmaran, menaiki tangga satu per satu untuk menuju flat Juda setelah dua hari terakhir —sejak Jumat malam hingga Minggu sore—mereka menghabiskan waktu di apartemen Danis yang terletak cukup jauh dari flat Juda. Ini tepat empat bulan setelah mereka resmi berpacaran. Juda masih juga bersikukuh bahwa mereka bukan balikan, tetapi menjalin hubungan baru yang lebih sehat. Sehat dalam artian selalu saling jujur dan mengkomunikasikan tentang segala hal yang mengganjal dalam hubungan mereka. "Ju, kita nggak balikan atau tetap jadi mantan seperti yang kamu bilang, tapi kita pada akhirnya bakal jadi manten, kan?" ucap Danis saat mereak sudah sampai di depan pintu flat Juda. Juda tertawa seraya mengeluarkan kunci pintu dari salah satu kantong tasnya. "Ketemu Mami sama Papi dulu, baru bilang gitu!" "Kita punya waktu cukup banyak untu

  • ZONA MANTAN   107. Balikan atau Tetap Jadi Mantan?

    Bicara soal bahagia, selalu ada kriteria-kriteria tersendiri bagi setiap orang. Seperti Juda yang sudah cukup bahagia melihat video keponakannya menendang-nendang air saat mandi hingga airnya menciprat ke mana-mana. Atau saat keponakannya tertawa-tawa melihat kekonyolan ayahnya. Juda... bisa semudah itu merasa bahagia. Saat bertelepon dengan Ema, membicarakan tentang apa saja yang terlewat saat mereka tidak lagi berada di kota yang sama, berbagi tentang hidup mereka, itu pun sudah membuat Juda bahagia juga. Dan saat Juda menghabiskan waktu bersama Kim dan Nic, yang mengkalim diri mereka sebagai bestie-nya Juda, selalu ada kebahagiaan yang terpupuk di dalam hatinya. Juda bersyukur sekali memiliki keluarga dan teman dekat yang dengan cara yang sederhana membuatnya bahagia. Lalu, bagaimana dengan Danis? Yang juga ingin menjadi salah satu orang yang menjadi bahagianya Juda? Tak Juda pungkiri bahwa saat bersama Danis—entah saat mereka berpacaran pertama kalinya saat SMA, atau saat merek

  • ZONA MANTAN   106. Bahagiamu, Bahagiaku

    Meski sudah begitu yakin akan sanggup menerima penolakan demi penolakan Juda, nyatanya ada masa-masa di mana Danis ingin menyerah saja. Sulit sekali menembus tembok pertahanan yang Juda bangun. Enam bulan sudah kembali terlewati dan Danis belum menghasilkan apa-apa. Itu artinya sudah sembilan bulan lamanya Juda bekerja di kantor yang sama dengan Danis. Sudah nyaris setahun sejak Danis bisa berada dekat sekali dengan Juda. Tetapi masih juga tak tergapai sosoknya. "I'm so done. Gue mau nyerah aja." Nyaris setiap bulan Danis akan mengeluh demikian kepada Martin yang hanya tertawa-tawa melihat penderitaan Danis. Sebenarnya, ada juga masa-masa di mana Juda terlihat mulai membuka diri. Terhitung sudah tiga kali Juda mau diajak makan siang. Itu pun tampaknya Juda merasa kasihan kepada Danis yang belum juga menyerah mendekati Juda. Danis seperti termakan omongannya sendiri ketika berkata tak ingin dikasihani. Nyatanya, saat Juda menunjukkan respons positif bahkan sekadar mengasihani, Danis

  • ZONA MANTAN   105. Izin

    Juda bukannya tidak sadar Danis mulai mendekatinya lagi sejak beberapa minggu yang lalu. Memang tidak secara blak-blakan seperti saat awal-awal Juda pindah. Dimulai sejak Danis mulai membelikannya kopi, memberikan ucapan-ucapan penyemangat untuk menjalani hari, mengajak Juda mengobrol ringan di dalam lift, dan masih banyak lagi. Danis bersikap lebih sopan, seperti seorang gentleman.Dan hari ini, Danis mulai menaikkan level. Sebelum Juda keluar dari lift saat tiba di lantai 21, Danis berkata, "Ju, nanti makan siang bareng aku, mau?"Jawaban Juda tidak. Karena ia sudah ada agenda bersama Jason untuk bertemu klien sekalian makan siang. Seandainya tidak ada agenda apa-apa pun Juda tetap akan menolak. Menerima pemberian kopi dari Danis dan mengobrol dengan laki-laki itu di dalam lift adalah hal yang tidak bisa Juda hindari karena Danis selalu melakukannya di depan banyak orang. Menolak pemberian Danis hanya akan membuat Juda dipandang buruk orang-orang. Itu tidak bagus untuk image Juda di

  • ZONA MANTAN   104. Berjuang Dulu

    Danis tidak lagi mengganggu Juda setelah penolakan telak yang dilontarkan Juda siang itu. Dan itu sudah lewat tiga bulan yang lalu.Awalnya, Danis pikir Juda hanya bertindak berdasarkan emosi yang saat itu sedang menguasai, sehingga Danis membiarkan dirinya mundur. Mengalah. Memberikan Juda waktu lebih banyak.Sayangnya, Juda tidak membutuhkan waktu. Juda tidak sedang menunggu Danis datang lagi, untuk memohon dan mengemis kesempatan terakhir. Sebab, Juda benar-benar serius tentang ucapannya. Tidak lagi tersisa kesempatan. Karena Danis yang sudah membuang kesempatan itu dan menukarnya dengan kesia-siaan."Lo kapan kawinnya, sih? Biar gue bisa balik ke Jakarta," tanya Danis saat Martin menelepon suatu malam."PMS lo? Sewot amat," sindir Martin saat mendengar suara sinis Danis. "Kalau kawin kan gue udah sering, nikah ya aja yang belom," sambungnya."Gue serius, Tin. Gue kayaknya mau balik ke Jakarta dalam waktu dekat," desah Danis."Ngapain? Jangan bilang lo serius mempertimbangkan buat

  • ZONA MANTAN   103. Penjelasan

    Juda beruntung karena di kantornya mewajibkan para pegawai bicara menggunakan Bahasa Inggris jika sedang membahas pekerjaan sehingga Juda bisa dengan cepat beradaptasi dengan rekan-rekan kerja sekantornya. Sudah satu minggu Juda menempati posisi barunya sebagai manager pemasaran. Tantangan yang cukup sulit, terutama karena ini pertama kalinya ia menduduki jabatan yang cukup tinggi dan langsung berhadapan dengan orang-orang asing dari berbagai negara. Sejauh ini, Juda belum begitu banyak menemui kesulitan yang membuatnya stres, kecuali keberadaan Danis yang setiap jam makan siang selalu tiba-tiba muncul di ruangan Juda. “Can you stop doing this?” “I’m just trying to be nice.” “To be nice?” Juda mendecih. “Dengan membuat orang-orang di kantor mulai curiga soal kita karena kamu terlalu sering datang ke ruanganku, itu yang kamu sebut mencoba bersikap baik?” “Then, let them be. Kita cuma bernapas aja orang-orang bisa curiga sama kita kok,” tukas Danis dengan enteng sekali. Juda menut

  • ZONA MANTAN   102. Hari Pertama Bekerja

    Tiga hari yang Juda punya untuk mempersiapkan diri sebelum memulai hari pertamanya di kantor baru–kantor yang sama dengan kantor Danis–sudah habis. Juda menghabiskan tiga hari pertamanya di Rotterdam itu untuk menata kamar flatnya seperti dulu ia menata kamar kosnya agar terasa familier dan nyaman.Juda juga sudah berkenalan dengan tetangga-tetangga flatnya yang sebagian besar juga perantau dari luar Belanda. Yang cukup ramah kepada Juda ada dua orang. Kim, gadis manis dari Korea yang telah tinggal di flat itu nyaris dua tahun, sedang menempuh pendidikan S2, sekaligus bekerja paruh waktu sebagai pengasuh anak. Lalu satu orang lagi bernama Nic, laki-laki tinggi bongsor dari Inggris yang ternyata satu kantor dengan Juda, tetapi masih pegawai magang dan berbeda divisi dari Juda.Mengetahui kalau Juda adalah pegawai baru, Nic dengan baik hati mengajaknya berangkat bersama menaiki tram. Hari sebelumnya, Nic juga sudah mengajaknya berkeliling kota untuk beradaptasi. Juda benar-benar bersyuk

  • ZONA MANTAN   101. Sakit Sekali Lagi

    Perjalanan menggunakan kereta intercity dari Stasiun Schipol ke Rotterdam Centraal yang merupakan stasiun utama di kota Rotterdam memakan waktu 47 menit. Juda memaksakan diri untuk tidur agar tidak harus membangun percakapan dengan Danis yang sejak tadi nampak sekali berusaha keras untuk mengajak Juda bicara. Dari Rotterdam Centraal, untuk menuju flat yang akan ditinggali Juda selama di sana, harus menggunakan taksi. Danis yang sudah belasan tahun tinggal di Belanda itu tampak begitu membaur dengan sekitar. Hanya Juda yang merasa sangat asing di tempatnya berdiri kini. Tadinya, Juda sudah berniat memisahkan diri dari Danis begitu turun dari kereta, tetapi Danis tidak membiarkan Juda pergi. Danis beralasan bahwa ia harus mengantarkan Juda sampai ke flat atas perintah atasannya di kantor. Selain untuk menjelaskan beberapa hal basic tentang transportasi yang harus dinaiki juga untuk ke kantor dan juga untuk bepergian ke tempat-tempat umum, Danis berkata bahwa ia takut Juda tersesat. J

  • ZONA MANTAN   100. Fate or Bad Luck?

    Meninggalkan Jakarta untuk pergi ke Belanda bukanlah pilihan yang mudah bagi Juda. Saat pertama kali mendapatkan tawaran dari bosnya di kantor, untuk dipromosikan ke posisi yang lebih tinggi, tetapi ditempatkan di luar Jakarta, Juda sempat mengira ia akan dimutasi ke Bali. Namun, ternyata Juda akan ditempatkan di perusahaan utama yang bertempat di Rotterdam, Belanda. Juda sempat bertengkar dengan Haikal karena kakak laki-lakinya itu menuduh Juda sengaja pindah ke Belanda untuk mengejar Danis yang selama tiga tahun terakhir menjadi topik yang paling dihindari keluarganya. Jika dibilang sengaja ingin mengejar Danis, tentu itu tidak benar. Awalnya, Juda bahkan tidak langsung ingat bahwa Danis bekerja dan tinggal di Belanda, entah di kota mana, Juda tidak tahu. Juda mempertimbangkan tawaran itu karena memang sudah lama menunggu momen ia dipromosikan. Baru setelah Haikal menyinggungnya, Juda menjadi bimbang. Apakah pilihannya untuk pergi adalah pilihan yang tepat? Juda bisa saja membatal

DMCA.com Protection Status