Ketika pertama kali membuka laman dating app yang diunduh Ema di ponselnya, Juda langsung disuguhi dengan ratusan foto laki-laki. Tidak hanya memperlihatkan foto saja, pengguna juga bisa mengatur lokasi sedemikian rupa, sehingga bisa memperlihatkan seberapa jauh jarak antara pengguna dengan pengguna lain, yang tentu saja semakin memudahkan pengguna dating app tersebut. Swipe ke kanan jika merasa tertarik dengan orang tersebut atau swipe ke kiri apabila tidak tertarik atau tidak suka. Dan kini, terhitung dua minggu sudah terlewati sejak Juda pertama kali bermain Tinder. Namun, ia belum menemukan 'match' yang benar-benar sesuai dengan kriterianya. Ada sekitar lima puluh orang yang ia swipe kanan, ada sekitar dua puluhan orang yang 'match'—atau bisa dibilang kedua belah pihak sama-sama saling men-swipe kanan—dan hanya sembilan di antaranya yang sampai ke tahap chatting-an. Yang mana merupakan tahap paling sulit bagi Juda, karena ia harus membangun percakapan yang menyenangkan. Dan mes
Setelah mulai kuliah di Belanda, Danis hanya beberapa kali pulang ke Indonesia. Kepulangannya dalam sepuluh tahun terakhir bisa dihitung jari. Dan selalu hanya orang-orang terdekatnya yang tahu. Salah satunya Martin. Bukan karena ingin menjadi sok misterius seperti kata Martin. Namun, karena ia sedang berusaha untuk melupakan banyak hal menyesakkan yang terjadi di tanah kelahirannya itu. Yang pertama adalah karena perceraian orang tuanya yang membuat hidupnya menjadi tak sama lagi. Dan alasan yang kedua karena Juda, mantan kekasihnya yang membuat hatinya patah. Orang tuanya mengikrarkan perceraian saat Danis pulang membawa berita kelulusan bersamkaan dengan saat Danis mengais-ngais sisa-sisa keping hatinya yang patah karena Juda. Hari itu menjadi hari terburuk yang terjadi dalam hidupnya. Danis diputuskan oleh Juda, yang sangat ia sayangi meski hanya tiga bulan berpacaran. Dan saat Danis ingin mengadu kesedihannya ketika kembali ke rumah, ia malah mendapati banyak koper dan tump
Setengah tahun kemudian Danis lulus kuliah. Meski masih ada setitik rasa kecewa terhadap kedua orang tuanya, ia tetap meminta Ibu dan Ayah datang ke upacara wisudanya. Sekaligus memperkenalkan Renata—yang sudah ia pacari selama enam bulan—kepada mereka. Teman seperjuangan Danis selain Samuel selama tinggal di negeri orang untuk meraih mimpi. Danis tidak pulang ke Indonesia setelah lulus karena mendapat tawaran untuk melanjutkan kuliah S2, yang langsung ia terima dengan penuh rasa syukur. Hubungan dengan Ibu dan Ayah berangsur membaik. Seperti yang Ibu pernah katakan, ayahnya memang tidak lagi berulah. Dan mereka hampir kembali menjadi keluarga yang harmonis. Seperti tidak pernah ada kehancuran yang meluluhlantakkan keluarga mereka. Setelah lulus S2, Danis langsung mendapatkan pekerjaan. Tidak ada alasan untuk menolak. Di tahun kedua bekerja, saat keuangannya mulai cukup stabil untuk menghidupi dirinya dan ia tabung untuk masa depan, Danis memutuskan untuk melamar kekasihnya, Ren
Mengenal Guntur selama satu minggu membuat Juda serasa kembali ke masa-masa SMA, saat ia baru pertama mengenal rasa suka terhadap lawan jenis. Ia begitu bersemangat setiap memulai hari—bahkan di hari Senin yang sangat ia dan sebagian besar orang benci—menunggu-nunggu pesan ucapan selamat pagi dari Guntur, mengobrol sebentar sebelum berangkat ke kantor. Awalnya, Juda tidak terlalu yakin. Namun, mengingat ia tidak punya banyak waktu menjelang acara reuni yang tinggal seminggu lagi dan juga berkat Ema yang gigih mendorong dan menyemangati, Juda mau tidak mau meyakinkan diri bahwa tidak ada salahnya untuk bertemu dengan Guntur setelah beberapa kali laki-laki itu mengajaknya bertemu. Hari ini, sepulang ia dari tempat kerja, Juda datang ke tempat yang ia dan Guntur sepakati untuk bertemu. Juda tiba lima belas menit lebih awal dari janji yang mereka sepakati. Di sebuah kedai kopi—yang tidak hanya menyuguhkan kopi, tetapi juga makanan yang menggugah selera—yang cukup terkenal. Sore itu tida
"Hai, kamu benar Juda, kan? Teman kencan saya hari ini?" tanya sosok lelaki yang kini sudah berdiri di dekat meja tempat Juda duduk.Juda mengangguk pasti. Kemudian mengulurkan tangan untuk berjabat tangan dengan Guntur."Betul. Kamu persis dengan yang ada di foto."Guntur tersenyum. "Kamu juga. Menurut saya, kamu lebih cantik aslinya."Gombal abis! gemas Juda dalam hati.Namun, Juda tetap menyukainya. Juda memang cantik dan ia cukup percaya diri hari ini dengan penampilannya. Mendapatkan pujian terang-terangan dari Guntur membuat dirinya semakin percaya diri. Ia sudah merias diri dengan riasan tipis, mengenakan pakaian rapi dan wangi yang sengaja ia bawa ke tempat kerja. Karena tidak mungkin ia bertemu teman kencannya dengan mengenakan pakaian kerja yang pastinya sudah penuh keringat dan apek karena dipakai seharian untuk bekerja."Yang tadi itu teman kamu?"Juda mengangguk. "Maaf kalau itu mengganggu kamu. Saya baru sekali ini kenalan dengan orang lewat dating app, jadi saya sengaja
Meski Ema berkata sejak jauh-jauh hari−sebenarnya hanya berjarak satu minggu sebelum acara−bahwa keduanya akan datang bersama-sama ke reuni dan meminta Juda untuk tidak terlalu memikirkan soal tidak memiliki gandengan, Juda tetap saja kepikiran. Hingga keduanya meninggalkan gerbang indekos Juda dan bergabung dengan kendaraan-kendaraan di jalanan kota metropolitan yang sore itu ramai lancar, wanita itu masih saja tidak bisa tenang. Justru ia malah dilanda kepanikan yang berlipat ganda. Ema, walaupun tidak membawa gandengan tetap bisa tenang karena statusnya jelas. Ia punya pacar−Astu, kekasih Ema adalah seorang offshore engineer yang bekerja di pengeboran minyak lepas pantai yang hanya pulang tujuh bulan sekali−yang sudah bersamanya hampir empat tahun. Jadi, sudah pasti Ema tidak akan menjadi bahan empuk untuk diperbincangkan selama acara. Sedangkan Juda, ia tidak punya pacar. Ia adalah seorang jomblo menyedihkan yang masa depan percintaannya suram. Mengingat track record-nya yang cuk
Karena Danis menutup diri dari teman-teman SMa-nya sejak kuliah di Belanda, terkecuali Martin, sama sekali tidak ada yang tahu kehidupan laki-laki itu selama sepuluh tahun terakhir. Danis menolak saat diundang untuk bergabung di grup angkatan. Bertahan untuk tidak mengikuti perkembangan dengan membuat media sosial meski berkali-kali didorong oleh Martin yang begitu giat meng-update rutinitasnya di Instagram maupun melalui cuitan di Twitter. Saat memutuskan menikah dengan Renata, tanpa restu dari kedua belah pihak keluarga, ia dan Renata hanya menggelar syukuran kecil. Itu pun hanya dengan beberapa kenalan yang tidak sampai sepuluh orang, yang mereka undang untuk makan malam di apartemen lama Danis. Martin juga salah satu yang diundang. Danis yang mengakomodasi tiket PP dari Indonesia ke Belanda untuk sahabatnya itu. Martin adalah teman yang setia, yang bertahun-tahun menjadi penyimpan rahasia yang cukup apik, melindungi privasi sahabat karibnya. Setiap ada kawan yang bertanya tentan
Setelah menyusul Ema memasuki ballroom, ia mendapat sambutan yang cukup heboh dari beberapa teman yang cukup ia kenal yang juga menjadi panitia acara reuni selain Ema. Mereka berpelukan dengan agak dramatis. Namun, tidak ada yang sempat menggodanya karena mereka sedang cukup sibuk mendengarkan briefing dari ketua panitia acara, Fikri sang mantan ketua OSIS pada zamannya. Walaupun tidak ditunjuk menjadi panitia sejak awal, Juda tetap menawarkan diri jika mereka membutuhkan tambahan tenaga untuk menyukseskan acara hari ini. Selepas maghrib, mendekati waktu acara yang dimulai jam tujuh, teman-teman seangkatannya satu per satu datang. Dan seperti yang sudah Juda perkirakan, sebagian besar teman yang dulu menjadi ‘bestie’ di masa SMA mereka yang datang bersama pasangan maupun yang datang sendirian−Juda menjadi sedikit lega karena ternyata cukup banyak yang datang tanpa bersama pasangan−langsung bertanya hal yang sama saat pertama melihat Juda. “Pacar lo sekarang siapa?” Semacam itulah p