"Buka. Aku bilang buka!" teriak Kiara.
"Maaf Nona. Anda telah dilelang," jelas pria muda berpakaian jas hitam rapi.
"Lelang? Aku dilelang?!" tanya Kiara lagi memperjelas keadaannya saat ini. Pria muda itu mengangguk. Lalu menyerahkan sebuah kartu kunci hotel ternama.
Kiara mengambil kartu kunci kamar tersebut. Dan melirik tajam ke arah pria muda tersebut. Meminta penjelasan kembali. Apa maksud dari kartu kunci kamar itu.
"Nona telah ditunggu tuan kami. Semua pertanyaan Nona, juga akan terjawab di sana." Pria muda itu pun langsung pergi meninggalkan Kiara yang masih terpenjara dalam kurungan sangkar seukuran hewan besar.
"Brengsek! Pasti ini semua ulah paman dan Denia." Kiara langsung memukul keras jeruji yang berada di depannya.
"Ah, shit! "
Paman dan keponakan Kiara itu memang seperti musuh dalam selimut.
Hari ini seharusnya adalah hari kebahagian untuk Kiara. Tapi, entah kenapa. Tiba-tiba dirinya telah berada di dalam kurungan jeruji ini.
Bukan di atas karpet merah berjalan bersama Jino. Menikmati hikmatnya upacara pernikahannya.
Kiara Mauren adalah pewaris tunggal dari Mauren Corporation. Kedua orang tua Kiara meninggal karena kecelakaan yang sangat dahsyat.
Kiara tidak begitu saja menerima kepergian dari kedua orang tuanya. Kiara diam-diam telah menyelediki misteri dari jatuhnya mobil orang tua Kiara di jurang.
Namun, bukti yang Kiara kumpulkan belum benar-benar jelas untuk mengungkap siapa dalang di balik kehancuran semua ini.
Perusahaan hampir bangkrut. Perusahaan terlilit hutang besar. Para pemegang saham menuntut saham yang mereka tanam di Mauren Corproration kembali.
Semua itu menuntut Kiara harus berpikir lebih keras untuk mengembalikan keadaan menjadi seperti dulu lagi. Tapi, paman dan keponakannya malah menjualnya.
Dasar pengkhianat.
Kiara menangis saat mengenang kebahagiaannya dulu bersama kedua orang tuanya. Sebelum paman dan keponakannya datang.
Semuanya indah. Bahkan tanpa adanya kesedihan di dalam kebahagiaan keluarga Kiara. Namun sekarang Kiara sendiri.
Harta dan statusnya sebagai nona muda keluarga Mauren telah hilang. Tanpa tersisa. Dan kini hanya dendamlah yang tersisa di hati Kiara.
Tapi, ada satu harapan untuk membuat semuanya kembali lagi. Calon suaminya. Iya. Hanya calon suaminya, Jino.
Perlahan Kiara mengusap kedua pipinya yang telah basah. Matanya masih memerah. Bibirnya mulai bergerak. Saat ia mengingat calon suami yang selama ini ia cintai.
"Jino... tunggu aku." Hanya kalimat itu yang mampu keluar dari mulut Kiara.
Kiara berharap jika pernikahan yang ia dan Jino rancang beberapa tahun lalu. Bisa kembali terlaksana.
Tentunya dengan bantuan tuan kaya yang membelinya.
"Bagaimana, dia sudah sadar?" tanya seseorang dengan suara beratnya.
Pria berjas hitam rapi yang tengah berdiri sopan di hadapan Bosnya itu mengangguk. "Sudah Bos. Sebentar lagi dia akan segera menemui Bos Ken."
Seseorang yang selalu dipanggil bos Ken itu mengangguk pelan. Sembari menggoyangkan gelas kaki yang berada di tangannya.
"Bos Ken. Kenapa anda membeli nona itu? Bukankah, Bos tidak pernah kekurangan wanita?" tanya penasaran asisten pribadi Ken.
Ken mengambil berkas yang berada di atas meja. Berkas itu berisikan biodata Kiara yang sengaja Ken cari melalui detektif kepercayaannya.
"Tidak tahu. Mungkin dia bisa menjadi budakku."
"Dia calon pengantin yang menyedihkan. Bahkan calon suaminya sedang bersenang-senang dengan wanita lain." Ken terkekeh licik. "Sungguh menggelikan."
Asisten pribadi Ken hanya bisa diam. Tidak ada kata yang bisa ia ungkapkan untuk menjawab uraian Ken mengenai wanita yang dibeli bosnya melalui lelang itu.
"Kamu siapkan baju yang cocok untuk dia. Aku tidak mau melihat baju pengantin busuk itu menempel pada tubuh wanita itu," perintah Ken.
"Baik Boss." Asisten pribadi itu pun langsung membalikkan tubuhnya untuk melaksanakan tugas yang selalu menjadi makanan pokoknya setiap hari.
Saat asisten pribadi itu mulai membuka knop kunci. Ken tiba-tiba memanggilnya kembali.
"David." Ken memanggil asisten pribadinya itu lagi. Hingga membuat pria berjas hitam rapi itu kembali membalikkan tubuhnya
.
"Iya Boss. Ada lagi?" tanyanya kembali.
"Usir semua wanita yang berada di rumahku. Aku sudah bosan. Apa yang telah mereka sentuh ... cepat ganti dengan yang baru"
"Dan belikan baju untuk wanita itu. Beli apa yang menjadi kebutuhannya," tambah Ken. Hingga membuat David sedikit terkejut.
Pasalnya Ken tidak pernah membuang wanita-wanitanya. Bahkan mengganti semua isi peralatan di rumahnya, sungguh sangat berlebihan.
Tapi, untuk seorang Ken. Tidak ada yang tidak bisa. Jika wanitanya menolak untuk meninggalkan seorang Ken.
Maka dia harus bersiap menemui malaikat pencabut nyawa.
Tidak beberapa lama. Ada panggilan masuk ke dalam ponsel Ken.
Wajah yang sudah datar, malah semakin datar saat kedua netra Ken melihat nama yang tertera dalam layar ponsel itu.
"Ken. Papa tidak mau tau. Kamu harus menikah. Jangan buat Papa dan mama selalu malu dengan perbuatanmu itu."
Suara yang begitu keras bergema di ujung telpon. Ken menghela napasnya dalam-dalam. Apalagi kali ini? pikir Ken. Ken bingung dengan maksud dari papanya itu.
"Apa lagi yang kamu lakukan? Seluruh media hanya berisikan wajahmu dan wanita lagi," sungut papa Ken. "Apa kamu ingin melihat orang tuamu ini cepat mati, hah?!"
Ken menghela napas panjangnya kembali. "Hanya rekan kerja," jelas Ken singkat.
"Apa mata Papamu ini buta?!" serkas papa Ken yang sama-sama tidak mau kalah dengan putranya.
"Terus? Aku harus apa?" tanya Ken tanpa rasa berdosanya.
"Menikah."
"Lagi-lagi itu. Aku masih sibuk. Nanti aku telpon lagi, Pah," ucap Ken bohong.
Ken langsung mematikan sambungan telponnya. Lalu, membuang ponselnya kearah sofa.
Pandangan Ken melurus kedepan. Tangannya mengambil satu cerutu di atas meja kecil. Kini, beberapa asap mengebul di antara pandangannya.
Bagaimana bisa Ken memenuhi permintaan kedua orang tuanya. Jika hingga sampai saat ini belum ada wanita yang dapat menggetarkan hatinya.
Sedangkan di umur Ken yang telah memasuki kepala tiga. Kedua orang tuanya selalu saja mendesaknya untuk menikah.
"Mereka selalu saja membuatku pusing," kata Ken pelan.
Tiba-tiba ponsel Ken berdering kembali. Kali ini Ken mengacuhkan panggilan itu. Detik ini. Ken tidak mau diganggu.
Mungkin saja papanya kembali. Ataupun asisten pribadinya. Ken tidak peduli.
Permintaan dari papanya tadi membuat mood Ken memburuk.
Ponsel itu telah berdering beberapa kali. Dan kali ini mata elang Ken tertarik untuk melirik layar ponselnya.
Ternyata, panggilan itu berasal dari model terkenal yang sedang ingin mendekati dirinya.
Ken mengambil ponselnya. Lalu dengan cepat. Jemarinya mematikan ponselnya.
Tidak ada yang bisa merubah keputusannya. Ken selalu membuat wanita di sekelilingnya kalang-kabut hanya karena sifat angkuhnya.
"Boss. Maaf mengganggu. Pak David ingin melaporkan, jika tunangan nona Kiara telah masuk kedalam perangkap," kata bodyguard Ken dari luar.
Wajah Ken seketika berubah menjadi menakutkan. Senyumnya terukir dengan begitu tajam saat mendengar laporan dari bodyguard-nya.
Nona muda Mauren pasti akan sangat terkejut, atau mungkin malah akan senang, jika melihat tunangannya bersama wanita lain?
"Lanjutkan. Beri kejutan pada semua orang," balas Ken.
"Siap Bos."
"Nona, saya mohon jangan melawan. Kami tidak ingin menyakiti, Nona," jelas David.Kiara tidak habis pikir siapa orang kaya yang membelinya dan memberinya pakaian kurang bahan seperti ini.Kiara berkali-kali berniat kabur. Tapi, David dan para anak buahnya mampu mencegah Kiara untuk kabur.Sialan. "Oke-oke. Aku tidak akan kabur lagi. Tapi, kalian jangan pernah melihatku. Atau mata kalian akan tau akibatnya," ancam Kiara. Kiara tidak mau jika lekuk tubuhnya dilihat oleh orang lain.David dan para anak buahnya mendelik dengan ancaman frontal dari Kiara. Pasalnya mereka juga sudah biasa melihat pemandangan indah semacam itu dari para wanita Ken.Tapi, memang benar. Tubuh Kiara lebih indah dari wanita-wanita milik Ken.
Kediaman rumah mewah Kiara kini telah menjadi sunyi setelah pembatalan pernikahan Kiara dan Jino.Bahkan, seluruh pembantu setia Kiara berharap cemas untuk menananti nona mereka kembali lagi dan menghentikan sikap arogant dari paman dan keponakan Kiara.Sedangkan Denia, keponakan Kiara kini telah mempersiapkan dirinya untuk mendatangi undangan yang telah Ken berikan padanya dan Jino.Jino yang tidak lain merupakan tunangan dari Kiara.Denia menatap dirinya di depan cermin besarnya dengan bangga atas keberhasilannya mendapatkan segalanya, termasuk tunangan Kiara."Kiara... Kiara, apapun milikmu pasti akan menjadi milikku." Denia memutar pandangannya pada foto Jino bersama Kiara.Dengan perasaan bencinya, Denia merobek foto Kiara. Dan kini hanya tertinggal bagian Jino yang sedang tersenyum.
Acara pesta yang sengaja dibuat Ken telah berjalan dengan lancar. Para tamu dan kolega yang Ken undang juga telah silih-berganti berdatangan.Namun, bukan tamu-tamu itu yang Ken tunggu. Melainkan sosok tunangan Kiara.Ken akan membuat malam ini menjadi malam yang membuat Kiara akan menyetujui kontrak pernikahan yang telah Ken buat.Ken tidak peduli jika nantinya kenyataan pahit itu akan menyakiti Kiara. Ken hanya ingin menutup tuntutan orang tuanya dengan pernikahan palsu itu."Semua sudah sesuai rencana?" tanya Ken pada sosok yang berada di belakangnya."Sudah, Bos. Nona Kiara juga sebentar lagi memasuki ruang utama," jelas David. Ken membalas dengan mengangguk pelan."Apa ada lagi, Bos?" tanya David sopan. "Bawa Kiara kemari dulu," perintah Ken datar.
"Bu Linda, selamat ya!""Hebat sekali tuan Ken. Masih muda tapi, sudah sukses.""Pasti anak perusahaan yang dihasilkan tuan Ken akan sama majunya dengan perusahaan-perusahaan yang dipimpin tuan Ken.""Selamat, Tuan Fredi."Para tamu saling memberikan selamat kepada Linda dan Fredi atas keberhasilan putranya yang telah mendirikan anak perusahaan baru lagi.Fredi dan Linda hanya membalas dengan senyum dan anggukan saja. Mereka sedari tadi mencari putranya. Menagih janji yang telah Ken katakan pada mereka.Memberikan menantu."Pa, kita pulang saja. Mama yakin, Ken pasti bohong lagi," bisik Linda pada suaminya di tengah keramaian para tamu.Fredi hanya mengangguk. Karena Ken memang seperti itu. Putra
"Tuan Jino kenapa anda berselingkuh dengan keponakan nona Kiara sendiri? Apa ini adalah cinta segitiga?""Apa karena perusahaan Mauren Corporation telah bangkrut. Jadi, anda meninggalkan nona Kiara?""Nona Denia kenapa anda menjadi perusak hubungan, dari saudara anda sendiri, padahal nona Kiara dan tuan Jino akan segera menikah?"Para media melemparkan pertanyaan bertubi-tubi pada Jino dan Denia yang sudah terbukti bersalah berselingkuh di belakang Kiara."Tuan Jino, tolong dijawab,""Nona Denia, kenapa anda diam saja?"Jino tidak bisa menjawab apapun. Begitupula dengan Denia yang telah berpura-pura menjadi wanita lemah bersembunyi di belakang punggung Jino.Tanpa disadari Jino. Langkah kaki Kiara telah
Kiara berjalan mengikuti gerak langkah pria di sampingnya dengan memegang lengan tangan kekarnya. Senyumnya merekah sempurna. Kiara memperlihatkan senyum yang memang ia buat dengan begitu alami di depan para tamu yang hadir. Pria yang berada di samping Kiara adalah Ken. Ken telah berhasil menjerat Kiara dalam perangkapnya. Ken berjalan dengan begitu gagah sembari mengulas punggung tangan Kiara yang sedang melekat indah di lengan tangan Ken. "Wah... akhirnya pasangan yang kita tunggu-tunggu telah datang. Kita akan mendengar pengumuman penting dari tuan Ken," ucap pembawa acara saat melihat Ken telah datang di atas panggung. "Siapakah wanita cantik di samping Tuan Ken itu?" "Kenapa
Ken sekarang berada di dalam mobil mewahnya bersama dengan Kiara menuju mansion mewah miliknya. Tidak ada percakapan yang berarti dari kedua makhluk itu.Ken duduk di pinggir dengan pandangan lurus kedepan. Sedangkan Kiara sibuk dengan pikirannya seraya memandang kearah luar jendela.Ken ingin menanyakan sesuatu pada Kiara. Tapi, mulutnya terasa kelu setelah ungkapannya tadi kepada sang mama mengenai Ken akan memberi wanita paruh baya itu cucu yang lebih dari satu.Ken sedikit melirik dengan ekor matanya kearah sampingnya. Manik tajam Ken menemukan wajah Kiara yang terlihat sendu. Ken pikir itu karena ulahnya tadi. Hingga membuat Kiara sedih."Tidak perlu kau pikirkan perkataanku tadi. Aku hanya ingin membuat mama tenang," ujar Ken dengan suara datarnya.Suara Ken yang tiba-tiba itu
Kiara saat ini telah berada di kamar utama. Kamar yang selalu menjadi pelampiasan penatnya rutinitas kerja sang pemilik, Ken.Kiara berjalan kekanan lalu kekiri dan ia lakukan itu berulang kali. Kiara masih bingung dengan keadaannya saat ini.Saat tadi Kiara meminta kamar sendiri pada Ken. Pria itu malah marah-marah dan langsung meninggalkan Kiara sendiri di kamar besar Ken. Kiara tidak tahu di mana letak kesalahannya."Aku bingung---sangat bingung. Pria itu, tadi, bisa selembut kapas. Tapi, di detik berikutnya, dia berubah menjadi seseram setan," gerutu Kiara yang masih terngiang bagaimana Ken mengumpat dirinya.Tok tok tok"Masuk," suruh Kiara. Mata kiara langsung menatap seorang gadis yang mungkin masih berumur belasan tahun dengan memakai seragam yang sama seperti beberapa
Ken seakan tidak ada habisnya mengulang kegiatan panas mereka. Pria tampan itu mengingkari janji untuk yang satu ini.Sedangkan Kiara masih tergulai lemas di tempat tidur kantor Ken.Kiara sedikit mengerjapkan kelopak matanya mengintip bayangan pria yang masih setiap menatap wajah cantiknya."Istriku sudah bangun ... Aku harus mengucapkan apa sekarang? Selamat pagi atau terima kasih?" goda Ken.Kiara mencebikkan bibirnya. Tangannya langsung terangkat ke atas, menutup wajah tampan Ken."Kamu selalu saja tidak punya malu," balas Kiara kesal. "Lihatlah wajah mesummu itu. Kamu hampir membuatku lumpuh hari ini," sambung Kiara lagi.CupcupcupcupKen mencium bertubi-tubi buku tangan Kiara dengan gemas, hingga pemiliknya menarik kembali tangan itu."Aku mesum hanya dengan istriku. Mana bisa wajah t
Kiara memutar tubuhnya di depan cermin besar.Senyumnya terukir begitu cantik. Ia bahkan memuji dirinya sendiri yang memang sangatlah cantik memakai setelahn formal dengan rambut curly-nya.Cantik banget sih aku, pujinya di depan cermin.Jika cermin itu dapat berbicara, mungkin saja bibirnya tak akan lelah menimpali pujian untuk sang Nyonya.Kiara mengambil salah satu koleksi tas bermerek yang sengaja dibelikan Ken.Kira memang sangat dimanjakan oleh pria tampan itu, yang kini telah menjelma menjadi suami sah Kiara hampir 10 bulan.Waktu yang benar-benar tidak Kiara sangka. Pernikahan atas dasar perjanjian jual-beli itu menghasilkan cinta yang tak pernah Kiara pahami akan secepat ini.Ken Ardinanata, aku sangat mencintaimu.Kiara mulai mengayunkan langkahnya menuruni anak tangga untuk menghampir
Ken, semakin menempel dengan Kiara hari demi hari. Seakan dia adalah permen karet.Ken benar-benar tidak mau melepaskan Kiara walaupun hanya sedetik saja.Pagi ini Ken harusnya menghadiri meeting intern perusahaannya. Tapi, lagi-lagi magnet Kiara begitu menyerap dirinya untuk tidak berkutik dalam pelukan Kiara."Mas, ayo bangun dong! Nggak kerja emang?" tanya Kiara yang semakin terbiasa dengan kemanjaan suaminya itu.Ken masih memejam. Ia semakin kuat memeluk Kiara. "Aku Bossnya. Aku bisa masuk kapan pun aku mau, Sayang."Kiara mengulas lembut rambut Ken dari belakang, seraya membalas perkataan Ken, "Jangan seperti itu, Mas. Kamu harus menjadi contoh dari bawahanmu."Ken hanya berdehem, lalu mendongakkan wajahnya. "Baiklah Nyonya Ardinanata," jawab Ken yang langsung dibalas Kiara dengan cub
Mentari bersinar terang. Pagi ini semua dimulai dengan senyum yang merekah.Termasuk dengan Ken, yang pagi ini sengaja memboloskan diri, karena pertempurannya harus menyita kekuatan dan waktunya.Tapi, itu tidak masalah. Ken adalah pria perkasa. Ia bahkan mampu melayani istrinya hingga matahari esok.Namun, nyatanya Kiara lah yang tidak akan mampu melayani suaminya jika seperti itu."Pagi, Mah, Pah!" sapa Ken yang sudah duduk di kursi meja makannya."Pagi, Adikku!" sambung Ken kembali dengan senyum yang tidak pernah lepas dari bibirnya.Gea melongo. Apa yang ia dengar, dan apa yang ia lihat sama sekali bukan seperti Kakaknya.Ken sangat berbeda.Begitupula dengan Fredi dan Linda yang ikut menatap putranya tak percaya. Sifat angku
Kiara tidak tahu kenapa hatinya ingin sekali membatalkan apa yang telah ia tanda tangani satu bulan lalu.Apa ini benar cinta, kenapa bisa secepat ini?Jatuh cinta kepada pria sehebat Ken, bahkan Kiara tidak pernah berpikir ke arah itu.Setelah pernikahan terjadi semua berubah. Ken menjadi lebih lembut dan memberikan semua cintanya kepada Kiara.Jika suatu saat nanti Kiara salah. Ia tidak akan pernah menyesali keputusannya. Karena, hidupnya telah dibeli oleh Ken."Apa kita bisa membatalkan perjanjian itu?" tanya Kiara dalam pelukan Ken.Ken begitu terkejut. Tapi, hatinya sangat bahagia, ternyata ketulusannya selama ini bisa dirasakan oleh Kiara."Apa kau ini membatalkan?" tanya Ken sekali lagi, meyakinkam telinganya. Kiara mengangguk mengiyakan.
Kiara sedang mendekati sesuatu yang menarik perhatiannya. Lukisan cantik berbalut pakaian casual dengan wajah tanpa senyum, tapi aura kecantikannya sangat terasa di mata Kiara."Cantik sekali," ucap kagum Kiara. Kepalanya tak henti-hentinya mendongak seakan meniliti setiap sudut dari bentuk lukisan itu.Kiara baru pertama kali menampakkan kakinya di dalam kamar Ken. Kamar itu begitu luas, rapi, dan berbau harum woody.Kiara benar-benar terpanah dengan kamar Ken yang bak kamar putra mahkota kerajaan di masa lalu.Tiba-tiba indera penciuman Kiara dikejutkan dengan semerbak bau sabun dari arah belakang. Begitupula pelukan erat telah mengunci tubuh ramping Kiara."Tapi, lebih cantik istriku." Suara itu sangat terdengar jelas di telinga Kiara."M... Mas
Vino perlahan sudah membuka matanya. Tamparan bertubi-tubi yang ia terima dari Kiara sangat meremang di wajahnya.Vino hampir tidak menyangka dengan kekuatan yang dimiliki Kiara, keponakannya itu.Gadis lemah itu telah bermertamorfosis menjadi Kiara baru, yang dapat mengancam semua apa yang telah direbut Vino dari orang tua Kiara."Pah? Apa Papa bisa mendengarku?" tanya cemas Denia. Di sana juga sudah ada Jino yang masih berdiri menatap tubuh tua dengan luka di hampir ada di setiap lekuk tubuh Vino."Hm." Vino masih susah menggerakkan bibirnya untuk mengatakan kehadiran Kiara tadi.Denia mendirikan tubuhnya. Lalu, menatap penuh tanya pada dokter kepercayaannya mengenai kondisi Vino."Tuan tidak apa-apa, Nona. Hanya
Kiara hampir tidak percaya dengan apa yang ia dengar tadi. Seorang Ken menyatakan perasaan padanya? Ini seakan seperti mimpi bagi Kiara.Tapi, dari semua keterkejutan itu. Ada satu hal yang membuat Kiara tidak terlalu memusingkan mengenai pernyataan Ken padanya. Iya ini semua tentang Ken.Saat Kiara mulai menerima bibir Ken yang perlahan menyesap bibir Kiara penuh cinta, pria berwajah sempurna itu merusak keadaan manis itu.Perut Ken berbunyi di waktu yang tidak tepat.Ken sedang lapar!Betapa terkejutnya Kiara. Matanya memicing ke arah perut berotot Ken yang masih tertutup oleh kemeja. Tiba-tiba tawa Kiara pecah. Ia bahkan melupakan siapa Ken."Apa kau akan menertawaiku terus, Nyonya Ardinanata?" tanya Ken menekaankan kalimatnya seraya menatap lekat wajah Kiara.
Ken dan Kiara telah berada di dalam mobil menju ke rumah besar milik mereka.Tidak ada percakapan yang berarti. Hanya tadi, Ken berusaha membuka suasana hening di antara mereka. Tapi, lagi-lagi, pria itu gagal.Pandangan mereka beralih pada dinding kaca mobil mewah Ken. Kiara sibuk memikirkan Ken. Sedangkan Ken juga tak bisa mengalihkan pikirannya dari wanita di sampingnya."Tuan ... eh, maksud-nya, Sayang, apa aku boleh membeli kue di sebrang sana?" Kiara tiba-tiba bersuara dan menunjuk toko kue kesukaannya dan sang mama.Ken mengangguk. Lalu, menarik tangan Kiara hingga mengikis jarak di antara mereka."Apa upahku untuk mengijinkanmu?" tanya Ken yang sudah menatap lekat manik mata hitam Kiara.Tangan Kiara reflek meremas kemeja Ken untuk mengaburkan jantungnya yang sep