"Nona, saya mohon jangan melawan. Kami tidak ingin menyakiti, Nona," jelas David.
Kiara tidak habis pikir siapa orang kaya yang membelinya dan memberinya pakaian kurang bahan seperti ini.
Kiara berkali-kali berniat kabur. Tapi, David dan para anak buahnya mampu mencegah Kiara untuk kabur.
Sialan.
"Oke-oke. Aku tidak akan kabur lagi. Tapi, kalian jangan pernah melihatku. Atau mata kalian akan tau akibatnya," ancam Kiara. Kiara tidak mau jika lekuk tubuhnya dilihat oleh orang lain.
David dan para anak buahnya mendelik dengan ancaman frontal dari Kiara. Pasalnya mereka juga sudah biasa melihat pemandangan indah semacam itu dari para wanita Ken.
Tapi, memang benar. Tubuh Kiara lebih indah dari wanita-wanita milik Ken.
"Baik Nona," jawab mereka secara bersamaan.
"Hem. Ayo, jalan." Kiara langsung berjalan mendahului mereka. Kiara memajukan langkahnya dengan begitu bermerwibawa, tidak seperti seorang tahanan.
David terkekeh di dalam hati. Sikap arogan dari Kiara tidak ada bedanya dengan bosnya. Pantas saja jika Ken sangat menyukai Kiara.
Pantas saja, bos Ken memilih membuang semua wanitanya hanya demi kedatangan nona Kiara.
Hampir 30 menit Kiara di dalam perjalanan menuju hotel yang ditunjukkan David padanya. Akhirnya, Kiara dan David sampai di depan hotel milik Ken.
Kiara melihat sekitar halaman hotel tersebut sebentar. Beberapa pohon besar dengan daun yang menjulai indah menghiasi kedatangan Kiara. Tatanan bunga dan ornamen modern menambah kesan elegant hotel mewah itu.
Kiara sangat terpesona dengan keindahan hotel tersebut.
Namun, dengan cepat Kiara membuang kembali pandangannya. Bukan saatnya ia terpesona dengan pemandangan hotel ternama itu. Pikir Kiara.
Ini waktunya untuk membuat kesepakatan dengan tuan pembelinya. Untuk membalas semua pengkhianatan dari pamannya.
"Kenapa sepi?" tanya Kiara aneh. Hotel sebesar dan semewah ini tidak ada lalu-lalang pengunjung hotel ataupun pegawai.
Bagaimana bisa? Tidak mungkin bangkrut, kan?
Kiara memutar bola matanya kearah pria di sampingnya. Ingin menanyakan pertanyaan itu.
"Kenapa tidak ada seorang pun di sini? tuanmu bangkrut atau bagaimana?" tanya Kiara saat langkahnya mulai memasuki lift pribadi milik Ken.
David menghela napas panjangnya sebentar sebelum menjawab pertanyaan tidak masuk akal dari Kiara.
"Nona Kiara. Tuan kami memang sengaja mengosongkan hotel ini hanya untuk menyambut kedatangan, Nona," jelas David.
Lagi-lagi Kiara mengernyit. Mengenai namanya yang tak pernah ia katakan kepada David. Kenapa dia bisa mengetahuinya.
"Aku bukan tamu specialnya kenapa harus mengosongkan seluruh hotel?" gumam Kiara tidak paham. Kiara masih aneh dengan tuan misteriusnya itu.
"Tahu dari mana kamu namaku?" Kiara kembali bertanya. Namun sebelum pertanyaan itu selesai dijawab David.
Lift sudah terbuka. Dan mengharuskan mereka keluar. Kiara langsung mengikuti gerak kaki David.
David masih diam. Hingga akhirnya mereka sampai di kamar peibadi dari Ken.
"Silahkan masuk, Nona Kiara." Kiara menurut. Lalu diikuti David di belakangnya. Para anak buah David langsung menyebar untuk berjaga-jaga di depan kamar Ken.
"Bos Ken. Nona Kiara sudah berada di sini," ucap David pada seseorang berbadan kekar yang sedang membalikkan tubuhnya menghadap jendela kaca besar.
Kiara merasa tidak asing dengan panggilan David pada tuannya itu. Apa mungkin hanya perasaan Kiara saja?
Bos Ken? Kenapa, aku merasa tidak asing dengan panggilan itu?
Kiara memutar bola matanya. Memandang sekeliling kamar itu. Sungguh menakjubkan. Kamarnya dulu saja tidak semegah dan seindah kamar hotel ini.
Orang super-duper kaya memang berbeda.
"Hm. Pergi." Tanpa membalikkan tubuhnya. Ken menyuruh asisten pribadinya itu untuk meninggalkan Kiara di sana bersama dirinya.
David membungkukkan badannya. Lalu pergi meninggalkan Kiara yang terlihat bingung dan sedikit ketakutan ditinggal David.
"Eh, kamu mau kemana?!" panggil Kiara cemas. Ingin menghentikan David. Tapi, pintu itu dengan cepat tertutup dan terkunci otomatis.
Kiara menggit bibir bawahnya untuk menghilangkan perasaan takutnya saat ini. Kiara menundukkan pandangannya. Kiara benar-benar ketakutan.
Seluruh kebahagian Kiara kini telah hancur. Kiara sudah tidak bisa lagi menjadi nona manja dari keluarga Mauren.
Kiara sudah pasrah. Kiara sudah tidak seperti dulu lagi. Hidupnya telah berada di tangan Ken.
"Duduklah dulu," perintah Ken dengan posisi dirinya yang belum berubah.
Kiara menurut. Tubuhnya langsung terduduk di sofa besar milik Ken.
"Tu--tuan Ken, terima kasih," Kiara mengucapkan rasa terima kasihnya atas belas kasihan Ken terhadapnya.
Entah apa jadinya, jika Kiara dibeli oleh sembarang orang. Meskipun Kiara belum tahu seorang Ken seperti apa.
Ken dengan baju kimono besar yang terlihat sangat cocok di tubuh kekarnya itu langsung membalikkan tubuhnya.
Ken menatap tubuh Kiara yang terlihat sangat ketakutan padanya. "Jangan berterima kasih dulu. Aku membelimu bukan dengan cuma-cuma. Kamu harus mengganti uangku."
Kiara mendongak. Lalu mengangguk pelan. Kiara pikir dirinya akan dipekerjakan Ken untuk membalas jasa Ken padanya. Sehingga Kiara mengiyakan perkataan Ken.
"Aku harus membayarnya dengan apa, Tuan? Apa aku harus bekerja untukmu?" tanya Kiara.
Ken dengan cepat melempar satu map berisi perjanjian dan pernikahan kontrak yang telah ia rencanakan sebelumnya di atas meja.
"Baca, lalu tanda tangani." Ken mendudukkan dirinya di depan Kiara. Posisi mereka berhadap-hadapan.
Tidak henti-hentinya mata tajam Ken memandang wajah cantik Kiara. Ken seakan terhipnotis dengan segala apa yang ada di hadapannya saat ini.
Bukan hanya matanya yang terpesona akan kecantikan dan keindahan tubuh Kiara. Area sensitif Ken seakan bereaksi lebih hanya karena melihat Kiara.
Nona dari keluarga Mauren ini sangat menarik. Kiara.
Kiara mengambil berkas yang diberikan Ken. Lalu membaca sedatil mungkin. Kiara mengernyit. Saat membaca perjanjian untuk pernikahan kontrak dengan pria di hadapannya itu.
"Pernikahan kontrak? Aku tidak bisa, Tuan. Aku sudah mempunyai calon suami."
"Aku bisa mengganti uangmu dengan bekerja di tempatmu." Kiara berharap tawarannya bisa mengubah isi perjanjian dari Ken.
Tetapi, Ken menggeleng sinis. "Bekerja untukku?" dengan cepat Kiara mengangguk.
"Tanda tangani itu, dan kamu akan menjadi pelayanku." Ken masih kekeh untuk membuat Kiara mendatangani seluruh perjanjian yang ia buat.
Tetapi, Kiara masih saja memikirkan Jino dan pernikahannya yang tertunda.
Kiara belum benar-benar membaca isi perjanjian dari Ken. Kiara membuat dirinya agar bisa terlepas dari pernikahan kontrak yang telah Ken rencanakan padanya.
"Beri aku waktu, Tuan. Aku akan membayar ganti rugi ketika Tuan membeliku," tawar Kiara. Kiara berharap cemas agar tawarannya disetujui oleh Ken.
Entah apa jadinya jika Ken menolak kesepakatan Kiara. Karena hanya ada ide itu yang muncul dalam otak Kiara.
Ken mengulas dagu kekarnya. Matanya memicing kearah Kiara. Kaki yang semula bersila. Kini Ken turunkan.
"Hanya 2 hari. Aku memberimu waktu 2 hari untuk mengganti uangku, 5 triliun." Ken memberikan tawaran kembali. Dan tawaran Ken itu langsung membuat tubuh Kiara terhentak keras.
"A--apa! 5 trilun hanya dalam 2 hari?!" suara Kiara meninggi. Kiara terkejut dengan tawaran yang Ken berikan padanya.
Bagaimana bisa Kiara mengganti uang Ken dengan jumlah yang begitu besar. Bahkan sekarang di kantongnya pun. Hanya ada sarang laba-laba saja.
"Setuju atau tidak. Katakan sekarang."
"Aku setuju."
Kediaman rumah mewah Kiara kini telah menjadi sunyi setelah pembatalan pernikahan Kiara dan Jino.Bahkan, seluruh pembantu setia Kiara berharap cemas untuk menananti nona mereka kembali lagi dan menghentikan sikap arogant dari paman dan keponakan Kiara.Sedangkan Denia, keponakan Kiara kini telah mempersiapkan dirinya untuk mendatangi undangan yang telah Ken berikan padanya dan Jino.Jino yang tidak lain merupakan tunangan dari Kiara.Denia menatap dirinya di depan cermin besarnya dengan bangga atas keberhasilannya mendapatkan segalanya, termasuk tunangan Kiara."Kiara... Kiara, apapun milikmu pasti akan menjadi milikku." Denia memutar pandangannya pada foto Jino bersama Kiara.Dengan perasaan bencinya, Denia merobek foto Kiara. Dan kini hanya tertinggal bagian Jino yang sedang tersenyum.
Acara pesta yang sengaja dibuat Ken telah berjalan dengan lancar. Para tamu dan kolega yang Ken undang juga telah silih-berganti berdatangan.Namun, bukan tamu-tamu itu yang Ken tunggu. Melainkan sosok tunangan Kiara.Ken akan membuat malam ini menjadi malam yang membuat Kiara akan menyetujui kontrak pernikahan yang telah Ken buat.Ken tidak peduli jika nantinya kenyataan pahit itu akan menyakiti Kiara. Ken hanya ingin menutup tuntutan orang tuanya dengan pernikahan palsu itu."Semua sudah sesuai rencana?" tanya Ken pada sosok yang berada di belakangnya."Sudah, Bos. Nona Kiara juga sebentar lagi memasuki ruang utama," jelas David. Ken membalas dengan mengangguk pelan."Apa ada lagi, Bos?" tanya David sopan. "Bawa Kiara kemari dulu," perintah Ken datar.
"Bu Linda, selamat ya!""Hebat sekali tuan Ken. Masih muda tapi, sudah sukses.""Pasti anak perusahaan yang dihasilkan tuan Ken akan sama majunya dengan perusahaan-perusahaan yang dipimpin tuan Ken.""Selamat, Tuan Fredi."Para tamu saling memberikan selamat kepada Linda dan Fredi atas keberhasilan putranya yang telah mendirikan anak perusahaan baru lagi.Fredi dan Linda hanya membalas dengan senyum dan anggukan saja. Mereka sedari tadi mencari putranya. Menagih janji yang telah Ken katakan pada mereka.Memberikan menantu."Pa, kita pulang saja. Mama yakin, Ken pasti bohong lagi," bisik Linda pada suaminya di tengah keramaian para tamu.Fredi hanya mengangguk. Karena Ken memang seperti itu. Putra
"Tuan Jino kenapa anda berselingkuh dengan keponakan nona Kiara sendiri? Apa ini adalah cinta segitiga?""Apa karena perusahaan Mauren Corporation telah bangkrut. Jadi, anda meninggalkan nona Kiara?""Nona Denia kenapa anda menjadi perusak hubungan, dari saudara anda sendiri, padahal nona Kiara dan tuan Jino akan segera menikah?"Para media melemparkan pertanyaan bertubi-tubi pada Jino dan Denia yang sudah terbukti bersalah berselingkuh di belakang Kiara."Tuan Jino, tolong dijawab,""Nona Denia, kenapa anda diam saja?"Jino tidak bisa menjawab apapun. Begitupula dengan Denia yang telah berpura-pura menjadi wanita lemah bersembunyi di belakang punggung Jino.Tanpa disadari Jino. Langkah kaki Kiara telah
Kiara berjalan mengikuti gerak langkah pria di sampingnya dengan memegang lengan tangan kekarnya. Senyumnya merekah sempurna. Kiara memperlihatkan senyum yang memang ia buat dengan begitu alami di depan para tamu yang hadir. Pria yang berada di samping Kiara adalah Ken. Ken telah berhasil menjerat Kiara dalam perangkapnya. Ken berjalan dengan begitu gagah sembari mengulas punggung tangan Kiara yang sedang melekat indah di lengan tangan Ken. "Wah... akhirnya pasangan yang kita tunggu-tunggu telah datang. Kita akan mendengar pengumuman penting dari tuan Ken," ucap pembawa acara saat melihat Ken telah datang di atas panggung. "Siapakah wanita cantik di samping Tuan Ken itu?" "Kenapa
Ken sekarang berada di dalam mobil mewahnya bersama dengan Kiara menuju mansion mewah miliknya. Tidak ada percakapan yang berarti dari kedua makhluk itu.Ken duduk di pinggir dengan pandangan lurus kedepan. Sedangkan Kiara sibuk dengan pikirannya seraya memandang kearah luar jendela.Ken ingin menanyakan sesuatu pada Kiara. Tapi, mulutnya terasa kelu setelah ungkapannya tadi kepada sang mama mengenai Ken akan memberi wanita paruh baya itu cucu yang lebih dari satu.Ken sedikit melirik dengan ekor matanya kearah sampingnya. Manik tajam Ken menemukan wajah Kiara yang terlihat sendu. Ken pikir itu karena ulahnya tadi. Hingga membuat Kiara sedih."Tidak perlu kau pikirkan perkataanku tadi. Aku hanya ingin membuat mama tenang," ujar Ken dengan suara datarnya.Suara Ken yang tiba-tiba itu
Kiara saat ini telah berada di kamar utama. Kamar yang selalu menjadi pelampiasan penatnya rutinitas kerja sang pemilik, Ken.Kiara berjalan kekanan lalu kekiri dan ia lakukan itu berulang kali. Kiara masih bingung dengan keadaannya saat ini.Saat tadi Kiara meminta kamar sendiri pada Ken. Pria itu malah marah-marah dan langsung meninggalkan Kiara sendiri di kamar besar Ken. Kiara tidak tahu di mana letak kesalahannya."Aku bingung---sangat bingung. Pria itu, tadi, bisa selembut kapas. Tapi, di detik berikutnya, dia berubah menjadi seseram setan," gerutu Kiara yang masih terngiang bagaimana Ken mengumpat dirinya.Tok tok tok"Masuk," suruh Kiara. Mata kiara langsung menatap seorang gadis yang mungkin masih berumur belasan tahun dengan memakai seragam yang sama seperti beberapa
"Astaga, apa ini?" teriak Kiara saat matanya menemukan berbagai kotak dan koper besar di ruang tengah.Kiara mengamati benar-benar. Sepertinya salah satu dari koper itu familiar di matanya. Tubuhnya mengelilingi dan meraba kotak besar yang begitu menarik perhatian Kiara."Selamat pagi, Nyonya!" sapa salah satu asisten rumah tangga Ken. Kiara mengangguk namun matanya masih saja mengamati berbagai benda yang menarik perhatiannya itu."Kamu tau, ini apa ...," Kiara menunjuk beberapa kotak besar berwarna coklat muda di depannya."Saya tidak tahu, Nyonya. Pak David dan para body guard tuan Ken yang membawanya tadi pagi," jelasnya sopan."Oh, seperti itu. Mungkin ini milik tuanmu," balas Kiara sekenanya.Tangan dan perhatian Kiara masih tertuju pada koper merah besar yang memang mir
Ken seakan tidak ada habisnya mengulang kegiatan panas mereka. Pria tampan itu mengingkari janji untuk yang satu ini.Sedangkan Kiara masih tergulai lemas di tempat tidur kantor Ken.Kiara sedikit mengerjapkan kelopak matanya mengintip bayangan pria yang masih setiap menatap wajah cantiknya."Istriku sudah bangun ... Aku harus mengucapkan apa sekarang? Selamat pagi atau terima kasih?" goda Ken.Kiara mencebikkan bibirnya. Tangannya langsung terangkat ke atas, menutup wajah tampan Ken."Kamu selalu saja tidak punya malu," balas Kiara kesal. "Lihatlah wajah mesummu itu. Kamu hampir membuatku lumpuh hari ini," sambung Kiara lagi.CupcupcupcupKen mencium bertubi-tubi buku tangan Kiara dengan gemas, hingga pemiliknya menarik kembali tangan itu."Aku mesum hanya dengan istriku. Mana bisa wajah t
Kiara memutar tubuhnya di depan cermin besar.Senyumnya terukir begitu cantik. Ia bahkan memuji dirinya sendiri yang memang sangatlah cantik memakai setelahn formal dengan rambut curly-nya.Cantik banget sih aku, pujinya di depan cermin.Jika cermin itu dapat berbicara, mungkin saja bibirnya tak akan lelah menimpali pujian untuk sang Nyonya.Kiara mengambil salah satu koleksi tas bermerek yang sengaja dibelikan Ken.Kira memang sangat dimanjakan oleh pria tampan itu, yang kini telah menjelma menjadi suami sah Kiara hampir 10 bulan.Waktu yang benar-benar tidak Kiara sangka. Pernikahan atas dasar perjanjian jual-beli itu menghasilkan cinta yang tak pernah Kiara pahami akan secepat ini.Ken Ardinanata, aku sangat mencintaimu.Kiara mulai mengayunkan langkahnya menuruni anak tangga untuk menghampir
Ken, semakin menempel dengan Kiara hari demi hari. Seakan dia adalah permen karet.Ken benar-benar tidak mau melepaskan Kiara walaupun hanya sedetik saja.Pagi ini Ken harusnya menghadiri meeting intern perusahaannya. Tapi, lagi-lagi magnet Kiara begitu menyerap dirinya untuk tidak berkutik dalam pelukan Kiara."Mas, ayo bangun dong! Nggak kerja emang?" tanya Kiara yang semakin terbiasa dengan kemanjaan suaminya itu.Ken masih memejam. Ia semakin kuat memeluk Kiara. "Aku Bossnya. Aku bisa masuk kapan pun aku mau, Sayang."Kiara mengulas lembut rambut Ken dari belakang, seraya membalas perkataan Ken, "Jangan seperti itu, Mas. Kamu harus menjadi contoh dari bawahanmu."Ken hanya berdehem, lalu mendongakkan wajahnya. "Baiklah Nyonya Ardinanata," jawab Ken yang langsung dibalas Kiara dengan cub
Mentari bersinar terang. Pagi ini semua dimulai dengan senyum yang merekah.Termasuk dengan Ken, yang pagi ini sengaja memboloskan diri, karena pertempurannya harus menyita kekuatan dan waktunya.Tapi, itu tidak masalah. Ken adalah pria perkasa. Ia bahkan mampu melayani istrinya hingga matahari esok.Namun, nyatanya Kiara lah yang tidak akan mampu melayani suaminya jika seperti itu."Pagi, Mah, Pah!" sapa Ken yang sudah duduk di kursi meja makannya."Pagi, Adikku!" sambung Ken kembali dengan senyum yang tidak pernah lepas dari bibirnya.Gea melongo. Apa yang ia dengar, dan apa yang ia lihat sama sekali bukan seperti Kakaknya.Ken sangat berbeda.Begitupula dengan Fredi dan Linda yang ikut menatap putranya tak percaya. Sifat angku
Kiara tidak tahu kenapa hatinya ingin sekali membatalkan apa yang telah ia tanda tangani satu bulan lalu.Apa ini benar cinta, kenapa bisa secepat ini?Jatuh cinta kepada pria sehebat Ken, bahkan Kiara tidak pernah berpikir ke arah itu.Setelah pernikahan terjadi semua berubah. Ken menjadi lebih lembut dan memberikan semua cintanya kepada Kiara.Jika suatu saat nanti Kiara salah. Ia tidak akan pernah menyesali keputusannya. Karena, hidupnya telah dibeli oleh Ken."Apa kita bisa membatalkan perjanjian itu?" tanya Kiara dalam pelukan Ken.Ken begitu terkejut. Tapi, hatinya sangat bahagia, ternyata ketulusannya selama ini bisa dirasakan oleh Kiara."Apa kau ini membatalkan?" tanya Ken sekali lagi, meyakinkam telinganya. Kiara mengangguk mengiyakan.
Kiara sedang mendekati sesuatu yang menarik perhatiannya. Lukisan cantik berbalut pakaian casual dengan wajah tanpa senyum, tapi aura kecantikannya sangat terasa di mata Kiara."Cantik sekali," ucap kagum Kiara. Kepalanya tak henti-hentinya mendongak seakan meniliti setiap sudut dari bentuk lukisan itu.Kiara baru pertama kali menampakkan kakinya di dalam kamar Ken. Kamar itu begitu luas, rapi, dan berbau harum woody.Kiara benar-benar terpanah dengan kamar Ken yang bak kamar putra mahkota kerajaan di masa lalu.Tiba-tiba indera penciuman Kiara dikejutkan dengan semerbak bau sabun dari arah belakang. Begitupula pelukan erat telah mengunci tubuh ramping Kiara."Tapi, lebih cantik istriku." Suara itu sangat terdengar jelas di telinga Kiara."M... Mas
Vino perlahan sudah membuka matanya. Tamparan bertubi-tubi yang ia terima dari Kiara sangat meremang di wajahnya.Vino hampir tidak menyangka dengan kekuatan yang dimiliki Kiara, keponakannya itu.Gadis lemah itu telah bermertamorfosis menjadi Kiara baru, yang dapat mengancam semua apa yang telah direbut Vino dari orang tua Kiara."Pah? Apa Papa bisa mendengarku?" tanya cemas Denia. Di sana juga sudah ada Jino yang masih berdiri menatap tubuh tua dengan luka di hampir ada di setiap lekuk tubuh Vino."Hm." Vino masih susah menggerakkan bibirnya untuk mengatakan kehadiran Kiara tadi.Denia mendirikan tubuhnya. Lalu, menatap penuh tanya pada dokter kepercayaannya mengenai kondisi Vino."Tuan tidak apa-apa, Nona. Hanya
Kiara hampir tidak percaya dengan apa yang ia dengar tadi. Seorang Ken menyatakan perasaan padanya? Ini seakan seperti mimpi bagi Kiara.Tapi, dari semua keterkejutan itu. Ada satu hal yang membuat Kiara tidak terlalu memusingkan mengenai pernyataan Ken padanya. Iya ini semua tentang Ken.Saat Kiara mulai menerima bibir Ken yang perlahan menyesap bibir Kiara penuh cinta, pria berwajah sempurna itu merusak keadaan manis itu.Perut Ken berbunyi di waktu yang tidak tepat.Ken sedang lapar!Betapa terkejutnya Kiara. Matanya memicing ke arah perut berotot Ken yang masih tertutup oleh kemeja. Tiba-tiba tawa Kiara pecah. Ia bahkan melupakan siapa Ken."Apa kau akan menertawaiku terus, Nyonya Ardinanata?" tanya Ken menekaankan kalimatnya seraya menatap lekat wajah Kiara.
Ken dan Kiara telah berada di dalam mobil menju ke rumah besar milik mereka.Tidak ada percakapan yang berarti. Hanya tadi, Ken berusaha membuka suasana hening di antara mereka. Tapi, lagi-lagi, pria itu gagal.Pandangan mereka beralih pada dinding kaca mobil mewah Ken. Kiara sibuk memikirkan Ken. Sedangkan Ken juga tak bisa mengalihkan pikirannya dari wanita di sampingnya."Tuan ... eh, maksud-nya, Sayang, apa aku boleh membeli kue di sebrang sana?" Kiara tiba-tiba bersuara dan menunjuk toko kue kesukaannya dan sang mama.Ken mengangguk. Lalu, menarik tangan Kiara hingga mengikis jarak di antara mereka."Apa upahku untuk mengijinkanmu?" tanya Ken yang sudah menatap lekat manik mata hitam Kiara.Tangan Kiara reflek meremas kemeja Ken untuk mengaburkan jantungnya yang sep