Kiara hampir tidak percaya dengan apa yang ia dengar tadi. Seorang Ken menyatakan perasaan padanya? Ini seakan seperti mimpi bagi Kiara.
Tapi, dari semua keterkejutan itu. Ada satu hal yang membuat Kiara tidak terlalu memusingkan mengenai pernyataan Ken padanya. Iya ini semua tentang Ken.
Saat Kiara mulai menerima bibir Ken yang perlahan menyesap bibir Kiara penuh cinta, pria berwajah sempurna itu merusak keadaan manis itu.
Perut Ken berbunyi di waktu yang tidak tepat.
Ken sedang lapar!
Betapa terkejutnya Kiara. Matanya memicing ke arah perut berotot Ken yang masih tertutup oleh kemeja. Tiba-tiba tawa Kiara pecah. Ia bahkan melupakan siapa Ken.
"Apa kau akan menertawaiku terus, Nyonya Ardinanata?" tanya Ken menekaankan kalimatnya seraya menatap lekat wajah Kiara.
Vino perlahan sudah membuka matanya. Tamparan bertubi-tubi yang ia terima dari Kiara sangat meremang di wajahnya.Vino hampir tidak menyangka dengan kekuatan yang dimiliki Kiara, keponakannya itu.Gadis lemah itu telah bermertamorfosis menjadi Kiara baru, yang dapat mengancam semua apa yang telah direbut Vino dari orang tua Kiara."Pah? Apa Papa bisa mendengarku?" tanya cemas Denia. Di sana juga sudah ada Jino yang masih berdiri menatap tubuh tua dengan luka di hampir ada di setiap lekuk tubuh Vino."Hm." Vino masih susah menggerakkan bibirnya untuk mengatakan kehadiran Kiara tadi.Denia mendirikan tubuhnya. Lalu, menatap penuh tanya pada dokter kepercayaannya mengenai kondisi Vino."Tuan tidak apa-apa, Nona. Hanya
Kiara sedang mendekati sesuatu yang menarik perhatiannya. Lukisan cantik berbalut pakaian casual dengan wajah tanpa senyum, tapi aura kecantikannya sangat terasa di mata Kiara."Cantik sekali," ucap kagum Kiara. Kepalanya tak henti-hentinya mendongak seakan meniliti setiap sudut dari bentuk lukisan itu.Kiara baru pertama kali menampakkan kakinya di dalam kamar Ken. Kamar itu begitu luas, rapi, dan berbau harum woody.Kiara benar-benar terpanah dengan kamar Ken yang bak kamar putra mahkota kerajaan di masa lalu.Tiba-tiba indera penciuman Kiara dikejutkan dengan semerbak bau sabun dari arah belakang. Begitupula pelukan erat telah mengunci tubuh ramping Kiara."Tapi, lebih cantik istriku." Suara itu sangat terdengar jelas di telinga Kiara."M... Mas
Kiara tidak tahu kenapa hatinya ingin sekali membatalkan apa yang telah ia tanda tangani satu bulan lalu.Apa ini benar cinta, kenapa bisa secepat ini?Jatuh cinta kepada pria sehebat Ken, bahkan Kiara tidak pernah berpikir ke arah itu.Setelah pernikahan terjadi semua berubah. Ken menjadi lebih lembut dan memberikan semua cintanya kepada Kiara.Jika suatu saat nanti Kiara salah. Ia tidak akan pernah menyesali keputusannya. Karena, hidupnya telah dibeli oleh Ken."Apa kita bisa membatalkan perjanjian itu?" tanya Kiara dalam pelukan Ken.Ken begitu terkejut. Tapi, hatinya sangat bahagia, ternyata ketulusannya selama ini bisa dirasakan oleh Kiara."Apa kau ini membatalkan?" tanya Ken sekali lagi, meyakinkam telinganya. Kiara mengangguk mengiyakan.
Mentari bersinar terang. Pagi ini semua dimulai dengan senyum yang merekah.Termasuk dengan Ken, yang pagi ini sengaja memboloskan diri, karena pertempurannya harus menyita kekuatan dan waktunya.Tapi, itu tidak masalah. Ken adalah pria perkasa. Ia bahkan mampu melayani istrinya hingga matahari esok.Namun, nyatanya Kiara lah yang tidak akan mampu melayani suaminya jika seperti itu."Pagi, Mah, Pah!" sapa Ken yang sudah duduk di kursi meja makannya."Pagi, Adikku!" sambung Ken kembali dengan senyum yang tidak pernah lepas dari bibirnya.Gea melongo. Apa yang ia dengar, dan apa yang ia lihat sama sekali bukan seperti Kakaknya.Ken sangat berbeda.Begitupula dengan Fredi dan Linda yang ikut menatap putranya tak percaya. Sifat angku
Ken, semakin menempel dengan Kiara hari demi hari. Seakan dia adalah permen karet.Ken benar-benar tidak mau melepaskan Kiara walaupun hanya sedetik saja.Pagi ini Ken harusnya menghadiri meeting intern perusahaannya. Tapi, lagi-lagi magnet Kiara begitu menyerap dirinya untuk tidak berkutik dalam pelukan Kiara."Mas, ayo bangun dong! Nggak kerja emang?" tanya Kiara yang semakin terbiasa dengan kemanjaan suaminya itu.Ken masih memejam. Ia semakin kuat memeluk Kiara. "Aku Bossnya. Aku bisa masuk kapan pun aku mau, Sayang."Kiara mengulas lembut rambut Ken dari belakang, seraya membalas perkataan Ken, "Jangan seperti itu, Mas. Kamu harus menjadi contoh dari bawahanmu."Ken hanya berdehem, lalu mendongakkan wajahnya. "Baiklah Nyonya Ardinanata," jawab Ken yang langsung dibalas Kiara dengan cub
Kiara memutar tubuhnya di depan cermin besar.Senyumnya terukir begitu cantik. Ia bahkan memuji dirinya sendiri yang memang sangatlah cantik memakai setelahn formal dengan rambut curly-nya.Cantik banget sih aku, pujinya di depan cermin.Jika cermin itu dapat berbicara, mungkin saja bibirnya tak akan lelah menimpali pujian untuk sang Nyonya.Kiara mengambil salah satu koleksi tas bermerek yang sengaja dibelikan Ken.Kira memang sangat dimanjakan oleh pria tampan itu, yang kini telah menjelma menjadi suami sah Kiara hampir 10 bulan.Waktu yang benar-benar tidak Kiara sangka. Pernikahan atas dasar perjanjian jual-beli itu menghasilkan cinta yang tak pernah Kiara pahami akan secepat ini.Ken Ardinanata, aku sangat mencintaimu.Kiara mulai mengayunkan langkahnya menuruni anak tangga untuk menghampir
Ken seakan tidak ada habisnya mengulang kegiatan panas mereka. Pria tampan itu mengingkari janji untuk yang satu ini.Sedangkan Kiara masih tergulai lemas di tempat tidur kantor Ken.Kiara sedikit mengerjapkan kelopak matanya mengintip bayangan pria yang masih setiap menatap wajah cantiknya."Istriku sudah bangun ... Aku harus mengucapkan apa sekarang? Selamat pagi atau terima kasih?" goda Ken.Kiara mencebikkan bibirnya. Tangannya langsung terangkat ke atas, menutup wajah tampan Ken."Kamu selalu saja tidak punya malu," balas Kiara kesal. "Lihatlah wajah mesummu itu. Kamu hampir membuatku lumpuh hari ini," sambung Kiara lagi.CupcupcupcupKen mencium bertubi-tubi buku tangan Kiara dengan gemas, hingga pemiliknya menarik kembali tangan itu."Aku mesum hanya dengan istriku. Mana bisa wajah t
"Buka. Aku bilang buka!" teriak Kiara. "Maaf Nona. Anda telah dilelang," jelas pria muda berpakaian jas hitam rapi. "Lelang? Aku dilelang?!" tanya Kiara lagi memperjelas keadaannya saat ini. Pria muda itu mengangguk. Lalu menyerahkan sebuah kartu kunci hotel ternama. Kiara mengambil kartu kunci kamar tersebut. Dan melirik tajam ke arah pria muda tersebut. Meminta penjelasan kembali. Apa maksud dari kartu kunci kamar itu. "Nona telah ditunggu tuan kami. Semua pertanyaan Nona, juga akan terjawab di sana." Pria muda itu pun langsung pergi meninggalkan Kiara yang masih terpenjara dalam kurungan sangkar seukuran hewan besar. "Brengsek! Pasti ini semua ulah paman dan Denia." Kiara langsung memukul keras jeruji yang berada di depannya. "Ah, shit! " Paman dan keponakan Kiara itu memang seperti musuh dalam selimut. Hari ini s
Ken seakan tidak ada habisnya mengulang kegiatan panas mereka. Pria tampan itu mengingkari janji untuk yang satu ini.Sedangkan Kiara masih tergulai lemas di tempat tidur kantor Ken.Kiara sedikit mengerjapkan kelopak matanya mengintip bayangan pria yang masih setiap menatap wajah cantiknya."Istriku sudah bangun ... Aku harus mengucapkan apa sekarang? Selamat pagi atau terima kasih?" goda Ken.Kiara mencebikkan bibirnya. Tangannya langsung terangkat ke atas, menutup wajah tampan Ken."Kamu selalu saja tidak punya malu," balas Kiara kesal. "Lihatlah wajah mesummu itu. Kamu hampir membuatku lumpuh hari ini," sambung Kiara lagi.CupcupcupcupKen mencium bertubi-tubi buku tangan Kiara dengan gemas, hingga pemiliknya menarik kembali tangan itu."Aku mesum hanya dengan istriku. Mana bisa wajah t
Kiara memutar tubuhnya di depan cermin besar.Senyumnya terukir begitu cantik. Ia bahkan memuji dirinya sendiri yang memang sangatlah cantik memakai setelahn formal dengan rambut curly-nya.Cantik banget sih aku, pujinya di depan cermin.Jika cermin itu dapat berbicara, mungkin saja bibirnya tak akan lelah menimpali pujian untuk sang Nyonya.Kiara mengambil salah satu koleksi tas bermerek yang sengaja dibelikan Ken.Kira memang sangat dimanjakan oleh pria tampan itu, yang kini telah menjelma menjadi suami sah Kiara hampir 10 bulan.Waktu yang benar-benar tidak Kiara sangka. Pernikahan atas dasar perjanjian jual-beli itu menghasilkan cinta yang tak pernah Kiara pahami akan secepat ini.Ken Ardinanata, aku sangat mencintaimu.Kiara mulai mengayunkan langkahnya menuruni anak tangga untuk menghampir
Ken, semakin menempel dengan Kiara hari demi hari. Seakan dia adalah permen karet.Ken benar-benar tidak mau melepaskan Kiara walaupun hanya sedetik saja.Pagi ini Ken harusnya menghadiri meeting intern perusahaannya. Tapi, lagi-lagi magnet Kiara begitu menyerap dirinya untuk tidak berkutik dalam pelukan Kiara."Mas, ayo bangun dong! Nggak kerja emang?" tanya Kiara yang semakin terbiasa dengan kemanjaan suaminya itu.Ken masih memejam. Ia semakin kuat memeluk Kiara. "Aku Bossnya. Aku bisa masuk kapan pun aku mau, Sayang."Kiara mengulas lembut rambut Ken dari belakang, seraya membalas perkataan Ken, "Jangan seperti itu, Mas. Kamu harus menjadi contoh dari bawahanmu."Ken hanya berdehem, lalu mendongakkan wajahnya. "Baiklah Nyonya Ardinanata," jawab Ken yang langsung dibalas Kiara dengan cub
Mentari bersinar terang. Pagi ini semua dimulai dengan senyum yang merekah.Termasuk dengan Ken, yang pagi ini sengaja memboloskan diri, karena pertempurannya harus menyita kekuatan dan waktunya.Tapi, itu tidak masalah. Ken adalah pria perkasa. Ia bahkan mampu melayani istrinya hingga matahari esok.Namun, nyatanya Kiara lah yang tidak akan mampu melayani suaminya jika seperti itu."Pagi, Mah, Pah!" sapa Ken yang sudah duduk di kursi meja makannya."Pagi, Adikku!" sambung Ken kembali dengan senyum yang tidak pernah lepas dari bibirnya.Gea melongo. Apa yang ia dengar, dan apa yang ia lihat sama sekali bukan seperti Kakaknya.Ken sangat berbeda.Begitupula dengan Fredi dan Linda yang ikut menatap putranya tak percaya. Sifat angku
Kiara tidak tahu kenapa hatinya ingin sekali membatalkan apa yang telah ia tanda tangani satu bulan lalu.Apa ini benar cinta, kenapa bisa secepat ini?Jatuh cinta kepada pria sehebat Ken, bahkan Kiara tidak pernah berpikir ke arah itu.Setelah pernikahan terjadi semua berubah. Ken menjadi lebih lembut dan memberikan semua cintanya kepada Kiara.Jika suatu saat nanti Kiara salah. Ia tidak akan pernah menyesali keputusannya. Karena, hidupnya telah dibeli oleh Ken."Apa kita bisa membatalkan perjanjian itu?" tanya Kiara dalam pelukan Ken.Ken begitu terkejut. Tapi, hatinya sangat bahagia, ternyata ketulusannya selama ini bisa dirasakan oleh Kiara."Apa kau ini membatalkan?" tanya Ken sekali lagi, meyakinkam telinganya. Kiara mengangguk mengiyakan.
Kiara sedang mendekati sesuatu yang menarik perhatiannya. Lukisan cantik berbalut pakaian casual dengan wajah tanpa senyum, tapi aura kecantikannya sangat terasa di mata Kiara."Cantik sekali," ucap kagum Kiara. Kepalanya tak henti-hentinya mendongak seakan meniliti setiap sudut dari bentuk lukisan itu.Kiara baru pertama kali menampakkan kakinya di dalam kamar Ken. Kamar itu begitu luas, rapi, dan berbau harum woody.Kiara benar-benar terpanah dengan kamar Ken yang bak kamar putra mahkota kerajaan di masa lalu.Tiba-tiba indera penciuman Kiara dikejutkan dengan semerbak bau sabun dari arah belakang. Begitupula pelukan erat telah mengunci tubuh ramping Kiara."Tapi, lebih cantik istriku." Suara itu sangat terdengar jelas di telinga Kiara."M... Mas
Vino perlahan sudah membuka matanya. Tamparan bertubi-tubi yang ia terima dari Kiara sangat meremang di wajahnya.Vino hampir tidak menyangka dengan kekuatan yang dimiliki Kiara, keponakannya itu.Gadis lemah itu telah bermertamorfosis menjadi Kiara baru, yang dapat mengancam semua apa yang telah direbut Vino dari orang tua Kiara."Pah? Apa Papa bisa mendengarku?" tanya cemas Denia. Di sana juga sudah ada Jino yang masih berdiri menatap tubuh tua dengan luka di hampir ada di setiap lekuk tubuh Vino."Hm." Vino masih susah menggerakkan bibirnya untuk mengatakan kehadiran Kiara tadi.Denia mendirikan tubuhnya. Lalu, menatap penuh tanya pada dokter kepercayaannya mengenai kondisi Vino."Tuan tidak apa-apa, Nona. Hanya
Kiara hampir tidak percaya dengan apa yang ia dengar tadi. Seorang Ken menyatakan perasaan padanya? Ini seakan seperti mimpi bagi Kiara.Tapi, dari semua keterkejutan itu. Ada satu hal yang membuat Kiara tidak terlalu memusingkan mengenai pernyataan Ken padanya. Iya ini semua tentang Ken.Saat Kiara mulai menerima bibir Ken yang perlahan menyesap bibir Kiara penuh cinta, pria berwajah sempurna itu merusak keadaan manis itu.Perut Ken berbunyi di waktu yang tidak tepat.Ken sedang lapar!Betapa terkejutnya Kiara. Matanya memicing ke arah perut berotot Ken yang masih tertutup oleh kemeja. Tiba-tiba tawa Kiara pecah. Ia bahkan melupakan siapa Ken."Apa kau akan menertawaiku terus, Nyonya Ardinanata?" tanya Ken menekaankan kalimatnya seraya menatap lekat wajah Kiara.
Ken dan Kiara telah berada di dalam mobil menju ke rumah besar milik mereka.Tidak ada percakapan yang berarti. Hanya tadi, Ken berusaha membuka suasana hening di antara mereka. Tapi, lagi-lagi, pria itu gagal.Pandangan mereka beralih pada dinding kaca mobil mewah Ken. Kiara sibuk memikirkan Ken. Sedangkan Ken juga tak bisa mengalihkan pikirannya dari wanita di sampingnya."Tuan ... eh, maksud-nya, Sayang, apa aku boleh membeli kue di sebrang sana?" Kiara tiba-tiba bersuara dan menunjuk toko kue kesukaannya dan sang mama.Ken mengangguk. Lalu, menarik tangan Kiara hingga mengikis jarak di antara mereka."Apa upahku untuk mengijinkanmu?" tanya Ken yang sudah menatap lekat manik mata hitam Kiara.Tangan Kiara reflek meremas kemeja Ken untuk mengaburkan jantungnya yang sep