"Tuan Jino kenapa anda berselingkuh dengan keponakan nona Kiara sendiri? Apa ini adalah cinta segitiga?"
"Apa karena perusahaan Mauren Corporation telah bangkrut. Jadi, anda meninggalkan nona Kiara?"
"Nona Denia kenapa anda menjadi perusak hubungan, dari saudara anda sendiri, padahal nona Kiara dan tuan Jino akan segera menikah?"
Para media melemparkan pertanyaan bertubi-tubi pada Jino dan Denia yang sudah terbukti bersalah berselingkuh di belakang Kiara.
"Tuan Jino, tolong dijawab,"
"Nona Denia, kenapa anda diam saja?"
Jino tidak bisa menjawab apapun. Begitupula dengan Denia yang telah berpura-pura menjadi wanita lemah bersembunyi di belakang punggung Jino.
Tanpa disadari Jino. Langkah kaki Kiara telah melangkah mendekati Denia dengan amarah yang memuncak.
Tangan Denia langsung ditarik Kiara dengan kasar, hingga pegangan Denia di tangan Jino terlepas.
Kiara langsung menampar Denia berkali-kali, hingga tubuh Denia yang sedari tadi ia tutupi dengan selimut terlepas dan tersungkur di depan kaki Kiara.
Plak
Plak
Plak
"Sini kamu! Dasar keponakan busuk! apa kamu buta?! Dia calon suamiku, Denia!" teriak Kiara sembari mencengkram dagu Denia.
Sedangkan Jino, ia sibuk memunguti bajunya. Lalu, setelah selesai, Jino langsung melindungi Denia di dalam dekapannya.
"Kamu jangan gila, Kiara!" sungut Jino tak terima sembari memeluk Denia.
Jino tahu jika dirinya masih membutuhkan Denia untuk perusahaannya. Sedangkan Kiara, dia sudah bangkrut dan tidak akan bisa membantunya lagi.
Tapi, Kiara sama sekali tidak memperdulikan peringatan dari Jino. Kiara juga tidak peduli jika Denia kini berada di pelukan Jino.
Lagi-lagi Kiara menampar Denia dan Jino.
"Hentikan Kiara. Jangan sakiti Denia lagi!" teriak Jino pada Kiara yang sedang dalam keamarahan besarnya.
"Kak Kiara, maafkan aku ...," ucap lirih Denia berpura-pura teraniaya di depan media.
Kiara yang melihat dan mendengar dua makhluk menjijikan di depan matanya itu hanya tersenyum kecut. Lalu berkacak pinggang.
"Lucu ... kalian sangat lucu! pendosa seperti kalian bahkan tidak pantas untuk hidup," kata Kiara.
"Tapi, untuk kali ini, aku akan meminta Tuhan untuk memberi kalian hidup, agar aku bisa melihat kalian mati secara perlahan," tungkas Kiara dengan berapi-api.
Jino masih saja mendekap Denia. Mata merah Jino masih menatap lekat mata tajam Kiara. Jino memang mencintai Kiara. Tapi, perusahaannya jauh lebih penting dari cintanya terhadap Kiara.
Para media tidak henti-hentinya membidik setiap momen antara silingkuhan yang sedang dilabrak oleh kekasihnya itu.
"Kiara, jangan pikir kamu lebih baik dari Denia! Aku lebih memilih Denia yang lebih apapun dari kamu. Aku harap kamu mengerti," kata Jino. Ia berharap para media lebih menganggapnya pria baik.
"Cih. Pria busuk dengan wanita busuk memang cocok," cibir Kiara.
Lalu Kiara melepaskan cincin yang telah menghiasi jemari manisnya selama beberapa bulan ini. Cincin pertunangannya dengan Jino.
"Ambil cincinmu."
Jino langsung mengambil cincin yang dilempar Kiara di depan wajahnya. Cincin itu langsung Jino remas sembari menatap tajam kearah Kiara.
Kamu pasti akan menyesal, Kiara!
Tidak berapa lama terdengar derap suara langkah sepatu menuju kearah kamar Jino yang kini telah terpenuhi dengan para media.
Dan para media dikejutkan dengan kedatangan Ken sebagai pemimpin dan diikuti David di sampingnya serta beberapa bodyguard berbadan besar mengikuti Ken.
"Itu Tuan Ken"
"Astaga, itu benar-benar Tuan Ken?"
"Tuan Ken sangat tampan."
"Bagaimana Tuan Ken bisa menyempatkan ke sini?"
"Harus cepat-cepat mengabadikan momen ini. Tuan Ken tidak pernah memunculkan dirinya di depan media. Dan untuk nona dari keluarga Mauren, tuan Ken datang. Wah... wah."
Para media saling berbisik mengungkap kegagumannya terhadap sosok Ken yang terlihat sangat tampan dan gagah.
"Ada masalah apa di sini?" tanya Ken dingin sembari menatap Jino dan Kiara tanpa arti.
Kiara diam. Kiara tidak mau melihat keberadaan Ken di sampingnya. Ataupun menjawab pertanyaan dari Ken. Bibirnya sudah enggan untuk mengucapkan nama Jino dan Denia lagi.
Ken yang tidak mendapat jawaban dari Kiara pun langsung mengedarkan pandangannya kepada David.
David yang mendapat perintah lewat pandangan Ken. David langsung mengangguk, paham.
"Bawa mereka keluar dari sini," suruh David kepada beberapa bodyguard di belakangnya.
"Baik, Pak." Para bodyguard pun langsung bergerak sesuai perintah dari David. Jino dan Denia langsung ditarik paksa keluar dengan kasar.
Tapi, bukan Jino namanya jika ia akan pasrah diperlakukan seperti itu oleh bodyguard Ken.
"Lepas!" berontak Jino. Jino pun langsung berlari dengan aura yang sangat menyedihkan kearah Ken.
"Tuan Ken... saya mohon, jangan usir kami. Saya minta maaf telah membuat acara Tuan Ken menjadi kacau," ucap Jino seraya bersimpuh di bawah kaki Ken.
Ken tidak bergeming. Ken malah menghempas kaki yang disentuh oleh Jino.
"David, usir mereka!" David yang mendengar perintah bosnya itu langsung berlari kearah Ken, dan langsung menyeret Jino keluar.
"Kamu ikut aku." Ken menarik paksa Kiara dengan langkah kaki cepat. Namun, para media dengan cepat mengabadikan momen langka tersebut.
Kiara mengenyit kesakitan dan mencoba untuk melepaskan cengkraman Ken pada tangannya. Tapi, apa adaya, kekuatan Ken lebih besar dari Kiara.
"Lepas... lepas!" berontak Kiara. Tapi, Ken tidak memperdulikan ocehan Kiara.
Selama di dalam perjalanan, Kiara tidak henti-hentinya memberontak. Hingga membuat Ken mulai kesal. Akhirnya, dengan terpaksa Ken mengangkat tubuh Kiara seperti mengangkat kantong beras.
"Dasar mesum! Turunkan aku, turunkan!" Kiara masih saja terus memukuli punggung Ken dengan sekuat tenaganya.
Amarah Kiara terhadap Jino dan Denia belum sepenuhnya terlampiaskan.
Gara-gara Ken datang, rencana Kiara untuk memberi pelajaran kepada mantan tunangan dan keponakannya itu menjadi gagal.
Semua ini gara-gara pria ini! Aku tidak akan membiarkan mereka hidup dengan nyenyak.
"Diam! Jika kamu tidak bisa diam, aku akan menjatuhkanmu," ancam Ken sembari berjalan dengan cepat.
Setelah ancaman yang dikatakan Ken, Kiara tidak lagi memberontak. Karena Kiara tidak mau jatuh konyol, hanya karena dilempar Ken.
Setelah Kiara sudah tidak lagi mau berdebat. Ken akhirnya sampai di kamar pribadinya.
Dengan kasar Ken menurunkan Kiara di depannya, hingga tubuh Kiara hampir terjatuh kebelakang.
"Bisa pelan-pelan, tidak?" dengus Kiara. Ken hanya diam tidak memperdulikan ocehan Kiara.
"Jadi kapan kamu akan mengembalikan uangku?" tanya Ken dengan nada dinginnya.
Kiara yang mendengar pertanyaan Ken langsung membulatkan matanya.
Setelah pertengkaran hebat yang terjadi tadi. Bisa-bisanya Ken menagih uangnya yang masih tersisa satu hari besok.
Dunia ini memang gila.
Setelah perusahaan Kiara hancur dan calon tunangannya berselingkuh dengan keponakannya. Kini pria di depannya malah menagih uang yang benar-benar tidak bisa Kiara berikan sekarang ataupun besok.
God Help me, please!
Kiara memejamkan matanya sejenak, lalu menghela napas panjangnya untuk menjawab pertanyaan Ken.
"Tuan Ken yang terhormat. Aku bukan tidak ingin mengembalikan uangmu. Tapi, untuk kali ini aku tidak bisa. Beri aku waktu untuk mengembalikan perusahaanku dulu,"
"Aku janji, aku akan melunasi semua hutangku." Kiara mulai berharap jika perkataannya akan didengar Ken.
Dan berharap pria di depannya dapat berubah menjadi malaikat baik untuk Kiara.
Hanya untuk saat ini saja.
Ken mengulas dagu yang Ken cukur tidak bersih, namun terlihat sangat gagah.
"Turuti perintahku. Aku akan memberikanmu waktu."
Kiara berjalan mengikuti gerak langkah pria di sampingnya dengan memegang lengan tangan kekarnya. Senyumnya merekah sempurna. Kiara memperlihatkan senyum yang memang ia buat dengan begitu alami di depan para tamu yang hadir. Pria yang berada di samping Kiara adalah Ken. Ken telah berhasil menjerat Kiara dalam perangkapnya. Ken berjalan dengan begitu gagah sembari mengulas punggung tangan Kiara yang sedang melekat indah di lengan tangan Ken. "Wah... akhirnya pasangan yang kita tunggu-tunggu telah datang. Kita akan mendengar pengumuman penting dari tuan Ken," ucap pembawa acara saat melihat Ken telah datang di atas panggung. "Siapakah wanita cantik di samping Tuan Ken itu?" "Kenapa
Ken sekarang berada di dalam mobil mewahnya bersama dengan Kiara menuju mansion mewah miliknya. Tidak ada percakapan yang berarti dari kedua makhluk itu.Ken duduk di pinggir dengan pandangan lurus kedepan. Sedangkan Kiara sibuk dengan pikirannya seraya memandang kearah luar jendela.Ken ingin menanyakan sesuatu pada Kiara. Tapi, mulutnya terasa kelu setelah ungkapannya tadi kepada sang mama mengenai Ken akan memberi wanita paruh baya itu cucu yang lebih dari satu.Ken sedikit melirik dengan ekor matanya kearah sampingnya. Manik tajam Ken menemukan wajah Kiara yang terlihat sendu. Ken pikir itu karena ulahnya tadi. Hingga membuat Kiara sedih."Tidak perlu kau pikirkan perkataanku tadi. Aku hanya ingin membuat mama tenang," ujar Ken dengan suara datarnya.Suara Ken yang tiba-tiba itu
Kiara saat ini telah berada di kamar utama. Kamar yang selalu menjadi pelampiasan penatnya rutinitas kerja sang pemilik, Ken.Kiara berjalan kekanan lalu kekiri dan ia lakukan itu berulang kali. Kiara masih bingung dengan keadaannya saat ini.Saat tadi Kiara meminta kamar sendiri pada Ken. Pria itu malah marah-marah dan langsung meninggalkan Kiara sendiri di kamar besar Ken. Kiara tidak tahu di mana letak kesalahannya."Aku bingung---sangat bingung. Pria itu, tadi, bisa selembut kapas. Tapi, di detik berikutnya, dia berubah menjadi seseram setan," gerutu Kiara yang masih terngiang bagaimana Ken mengumpat dirinya.Tok tok tok"Masuk," suruh Kiara. Mata kiara langsung menatap seorang gadis yang mungkin masih berumur belasan tahun dengan memakai seragam yang sama seperti beberapa
"Astaga, apa ini?" teriak Kiara saat matanya menemukan berbagai kotak dan koper besar di ruang tengah.Kiara mengamati benar-benar. Sepertinya salah satu dari koper itu familiar di matanya. Tubuhnya mengelilingi dan meraba kotak besar yang begitu menarik perhatian Kiara."Selamat pagi, Nyonya!" sapa salah satu asisten rumah tangga Ken. Kiara mengangguk namun matanya masih saja mengamati berbagai benda yang menarik perhatiannya itu."Kamu tau, ini apa ...," Kiara menunjuk beberapa kotak besar berwarna coklat muda di depannya."Saya tidak tahu, Nyonya. Pak David dan para body guard tuan Ken yang membawanya tadi pagi," jelasnya sopan."Oh, seperti itu. Mungkin ini milik tuanmu," balas Kiara sekenanya.Tangan dan perhatian Kiara masih tertuju pada koper merah besar yang memang mir
Kiara telah berada di dalam salah satu mobil mewah milik Ken. Tampilan Kiara sudah sangat berubah.Meskipun pakaian mewah tak berseri itu melekat pada tubuh Kiara, tapi ia memang sengaja memilih tak memperlihatkan asetnya. Namun Kiara tetap terlihat sangat cantik.Ken memang sengaja tidak ikut. Ia akan memantau Kiara dari kejauhan.Tapi, Ken sudah mengerahkan beberapa body guard-nya di keliling Kiara maupun tanpa sepengetahuan Kiara. Hanya untuk menjaga wanitanya tetap dalam kondisi baik-baik saja."David, apa Kiara bisa menghadapi mereka sendirian?" tanya Ken cemas. Ia selalu menanyakan hal ini kepada David setiap menit. Hingga bibir David lelah menjawab."Percaya saja pada nyonya, Boss." David masih setia mengawasi pergerakkan Kiara sesuai perintah Ken, dengan cara me
"Hei, aku bicara padamu! Kau siapa!"Tapi, dengan cepat langkah pasti Vino dihentikan dengan suara barinton."Berhenti. Jangan berani melangkah lagi! Tuan kami memerintahkan kami, agar Nyonya tidak tersentuh oleh pria lain. Termasuk anda.""Cuih... persetan dengan tuanmu itu! Ini rumahku. Aku bebas melakukan apapun ... termasuk memberi pelajaran kepada Nyonya kalian ini," kata Vino dengan nada acuh. Bahkan salah satu jemarinya dengan berani menunjuk ke arah wajah Kiara.Vino mulai melangkah kakinya kembali ke arah Kiara. Namun dengan santainya, Kiara masih menyilangkan kakinya seraya membuang tatapanya jengah."Sudah saya bilang, tidak ada yang boleh menyentuh Nyonya, walau hanya seujung rambut!" tandas salah satu body guard Kiara yang langsung memberi bog
Setelah berhasil membuat paman Vino bungkam seribu bahasa. Kali ini Kiara akan merayakannya. Merayakan dengan makan-makan tentunya.Bibir Kiara tidak henti-hentinya mengulas senyum kemenangannya kali ini. Tapi, ini bukanlah kemenangan akhirnya. Melainkan kemenangan awal dan akan diikuti kemenangan-kemenangan selanjutnya.Kemenangan Kiara juga tidak lepas dari campur tangan Ken. Kiara akan membalas budi pada tuannya itu."Dari sini belok kanan," perintah Kiara."Baik, Nyonya," sahut sopir Kiara.15 menit perjalanan mereka. Akhirnya mobil mewah Kiara sampai pada restoran kecil.Mata para body guard Kiara membulat sempurna saat mengetahui jalan yang tidak pernah mereka temui, ternyata di sana ada sebuah restoran kecil.
Kiara masih menikmati apa yang ia pesan tadi. Iga bakar pedas. Ini adalah makanan kesukaan Kiara semenjak ia SMA.Pertemuannya dengan Bu Ina sungguh sangat miris.Kiara yang waktu itu sedang berjalan dengan gembira tanpa adanya embel-embel mobil mewah, karena ia sengaja membuat mobilnya itu memasuki bengkel. Senekat itu Kiara.Supir pribadi Kiara sangat khawatir, saat majikannya itu memilih untuk memilih memakai kendaraan umum.Tapi, dengan berbagai alasan dan pengertiannya. Kiara berhasil terbebas dari supirnya.Meskipun tidak bisa terbebas dari para pengawal orang tuanya yang ditugaskan di belakang Kiara."Kiara tidak apa, Pak. Mama sudah tau kok, kalau Kiara mau jalan sendiri," ucap Kiara dengan senyum sumringahnya khas anak SMA.&nb
Ken seakan tidak ada habisnya mengulang kegiatan panas mereka. Pria tampan itu mengingkari janji untuk yang satu ini.Sedangkan Kiara masih tergulai lemas di tempat tidur kantor Ken.Kiara sedikit mengerjapkan kelopak matanya mengintip bayangan pria yang masih setiap menatap wajah cantiknya."Istriku sudah bangun ... Aku harus mengucapkan apa sekarang? Selamat pagi atau terima kasih?" goda Ken.Kiara mencebikkan bibirnya. Tangannya langsung terangkat ke atas, menutup wajah tampan Ken."Kamu selalu saja tidak punya malu," balas Kiara kesal. "Lihatlah wajah mesummu itu. Kamu hampir membuatku lumpuh hari ini," sambung Kiara lagi.CupcupcupcupKen mencium bertubi-tubi buku tangan Kiara dengan gemas, hingga pemiliknya menarik kembali tangan itu."Aku mesum hanya dengan istriku. Mana bisa wajah t
Kiara memutar tubuhnya di depan cermin besar.Senyumnya terukir begitu cantik. Ia bahkan memuji dirinya sendiri yang memang sangatlah cantik memakai setelahn formal dengan rambut curly-nya.Cantik banget sih aku, pujinya di depan cermin.Jika cermin itu dapat berbicara, mungkin saja bibirnya tak akan lelah menimpali pujian untuk sang Nyonya.Kiara mengambil salah satu koleksi tas bermerek yang sengaja dibelikan Ken.Kira memang sangat dimanjakan oleh pria tampan itu, yang kini telah menjelma menjadi suami sah Kiara hampir 10 bulan.Waktu yang benar-benar tidak Kiara sangka. Pernikahan atas dasar perjanjian jual-beli itu menghasilkan cinta yang tak pernah Kiara pahami akan secepat ini.Ken Ardinanata, aku sangat mencintaimu.Kiara mulai mengayunkan langkahnya menuruni anak tangga untuk menghampir
Ken, semakin menempel dengan Kiara hari demi hari. Seakan dia adalah permen karet.Ken benar-benar tidak mau melepaskan Kiara walaupun hanya sedetik saja.Pagi ini Ken harusnya menghadiri meeting intern perusahaannya. Tapi, lagi-lagi magnet Kiara begitu menyerap dirinya untuk tidak berkutik dalam pelukan Kiara."Mas, ayo bangun dong! Nggak kerja emang?" tanya Kiara yang semakin terbiasa dengan kemanjaan suaminya itu.Ken masih memejam. Ia semakin kuat memeluk Kiara. "Aku Bossnya. Aku bisa masuk kapan pun aku mau, Sayang."Kiara mengulas lembut rambut Ken dari belakang, seraya membalas perkataan Ken, "Jangan seperti itu, Mas. Kamu harus menjadi contoh dari bawahanmu."Ken hanya berdehem, lalu mendongakkan wajahnya. "Baiklah Nyonya Ardinanata," jawab Ken yang langsung dibalas Kiara dengan cub
Mentari bersinar terang. Pagi ini semua dimulai dengan senyum yang merekah.Termasuk dengan Ken, yang pagi ini sengaja memboloskan diri, karena pertempurannya harus menyita kekuatan dan waktunya.Tapi, itu tidak masalah. Ken adalah pria perkasa. Ia bahkan mampu melayani istrinya hingga matahari esok.Namun, nyatanya Kiara lah yang tidak akan mampu melayani suaminya jika seperti itu."Pagi, Mah, Pah!" sapa Ken yang sudah duduk di kursi meja makannya."Pagi, Adikku!" sambung Ken kembali dengan senyum yang tidak pernah lepas dari bibirnya.Gea melongo. Apa yang ia dengar, dan apa yang ia lihat sama sekali bukan seperti Kakaknya.Ken sangat berbeda.Begitupula dengan Fredi dan Linda yang ikut menatap putranya tak percaya. Sifat angku
Kiara tidak tahu kenapa hatinya ingin sekali membatalkan apa yang telah ia tanda tangani satu bulan lalu.Apa ini benar cinta, kenapa bisa secepat ini?Jatuh cinta kepada pria sehebat Ken, bahkan Kiara tidak pernah berpikir ke arah itu.Setelah pernikahan terjadi semua berubah. Ken menjadi lebih lembut dan memberikan semua cintanya kepada Kiara.Jika suatu saat nanti Kiara salah. Ia tidak akan pernah menyesali keputusannya. Karena, hidupnya telah dibeli oleh Ken."Apa kita bisa membatalkan perjanjian itu?" tanya Kiara dalam pelukan Ken.Ken begitu terkejut. Tapi, hatinya sangat bahagia, ternyata ketulusannya selama ini bisa dirasakan oleh Kiara."Apa kau ini membatalkan?" tanya Ken sekali lagi, meyakinkam telinganya. Kiara mengangguk mengiyakan.
Kiara sedang mendekati sesuatu yang menarik perhatiannya. Lukisan cantik berbalut pakaian casual dengan wajah tanpa senyum, tapi aura kecantikannya sangat terasa di mata Kiara."Cantik sekali," ucap kagum Kiara. Kepalanya tak henti-hentinya mendongak seakan meniliti setiap sudut dari bentuk lukisan itu.Kiara baru pertama kali menampakkan kakinya di dalam kamar Ken. Kamar itu begitu luas, rapi, dan berbau harum woody.Kiara benar-benar terpanah dengan kamar Ken yang bak kamar putra mahkota kerajaan di masa lalu.Tiba-tiba indera penciuman Kiara dikejutkan dengan semerbak bau sabun dari arah belakang. Begitupula pelukan erat telah mengunci tubuh ramping Kiara."Tapi, lebih cantik istriku." Suara itu sangat terdengar jelas di telinga Kiara."M... Mas
Vino perlahan sudah membuka matanya. Tamparan bertubi-tubi yang ia terima dari Kiara sangat meremang di wajahnya.Vino hampir tidak menyangka dengan kekuatan yang dimiliki Kiara, keponakannya itu.Gadis lemah itu telah bermertamorfosis menjadi Kiara baru, yang dapat mengancam semua apa yang telah direbut Vino dari orang tua Kiara."Pah? Apa Papa bisa mendengarku?" tanya cemas Denia. Di sana juga sudah ada Jino yang masih berdiri menatap tubuh tua dengan luka di hampir ada di setiap lekuk tubuh Vino."Hm." Vino masih susah menggerakkan bibirnya untuk mengatakan kehadiran Kiara tadi.Denia mendirikan tubuhnya. Lalu, menatap penuh tanya pada dokter kepercayaannya mengenai kondisi Vino."Tuan tidak apa-apa, Nona. Hanya
Kiara hampir tidak percaya dengan apa yang ia dengar tadi. Seorang Ken menyatakan perasaan padanya? Ini seakan seperti mimpi bagi Kiara.Tapi, dari semua keterkejutan itu. Ada satu hal yang membuat Kiara tidak terlalu memusingkan mengenai pernyataan Ken padanya. Iya ini semua tentang Ken.Saat Kiara mulai menerima bibir Ken yang perlahan menyesap bibir Kiara penuh cinta, pria berwajah sempurna itu merusak keadaan manis itu.Perut Ken berbunyi di waktu yang tidak tepat.Ken sedang lapar!Betapa terkejutnya Kiara. Matanya memicing ke arah perut berotot Ken yang masih tertutup oleh kemeja. Tiba-tiba tawa Kiara pecah. Ia bahkan melupakan siapa Ken."Apa kau akan menertawaiku terus, Nyonya Ardinanata?" tanya Ken menekaankan kalimatnya seraya menatap lekat wajah Kiara.
Ken dan Kiara telah berada di dalam mobil menju ke rumah besar milik mereka.Tidak ada percakapan yang berarti. Hanya tadi, Ken berusaha membuka suasana hening di antara mereka. Tapi, lagi-lagi, pria itu gagal.Pandangan mereka beralih pada dinding kaca mobil mewah Ken. Kiara sibuk memikirkan Ken. Sedangkan Ken juga tak bisa mengalihkan pikirannya dari wanita di sampingnya."Tuan ... eh, maksud-nya, Sayang, apa aku boleh membeli kue di sebrang sana?" Kiara tiba-tiba bersuara dan menunjuk toko kue kesukaannya dan sang mama.Ken mengangguk. Lalu, menarik tangan Kiara hingga mengikis jarak di antara mereka."Apa upahku untuk mengijinkanmu?" tanya Ken yang sudah menatap lekat manik mata hitam Kiara.Tangan Kiara reflek meremas kemeja Ken untuk mengaburkan jantungnya yang sep