"Bu Linda, selamat ya!"
"Hebat sekali tuan Ken. Masih muda tapi, sudah sukses."
"Pasti anak perusahaan yang dihasilkan tuan Ken akan sama majunya dengan perusahaan-perusahaan yang dipimpin tuan Ken."
"Selamat, Tuan Fredi."
Para tamu saling memberikan selamat kepada Linda dan Fredi atas keberhasilan putranya yang telah mendirikan anak perusahaan baru lagi.
Fredi dan Linda hanya membalas dengan senyum dan anggukan saja. Mereka sedari tadi mencari putranya. Menagih janji yang telah Ken katakan pada mereka.
Memberikan menantu.
"Pa, kita pulang saja. Mama yakin, Ken pasti bohong lagi," bisik Linda pada suaminya di tengah keramaian para tamu.
Fredi hanya mengangguk. Karena Ken memang seperti itu. Putra pertamanya itu memang sangat susah dipegang janjinya jika menyangkut soal pernikahan.
Linda dan Fredi akhirnya memutuskan untuk melangkahkan kakinya untuk pergi dari pesta putranya itu. Baru beberapa langkah kaki mereka melangkah. Tiba-tiba tangan Linda dicekal oleh seseorang.
"Ma, jangan pergi dulu," pinta seseorang itu. Linda langsung memutar badannya. Lalu, melihat siapa yang melarangnya pergi.
"Gea? Ada apa, Sayang?" tanya Linda dengan lembut pada putri terakhirnya itu.
Gea adalah putri ketiga dari keluarga Ardaninata. Gea masih kuliah dan seluruh bakat bisnis juga turun pada gadis cantik tersebut.
"Kak Ken, Ma. Dia benar-benar ingin mengenalkan kekasihnya pada semua orang," tutur Gea.
Gea berharap penjelasannya kepada mamanya bisa membuat kedua orang tuanya tidak meninggalkan pesta kakaknya.
Linda melirik kearah Fredi setelah mendengarkan perkataan putrinya. Fredi mengangkat kedua bahunya dan berkata.
"Coba kita tunggu dulu. Kita lihat apa anak itu benar ingin menepati perkataannya atau tidak."
Linda akhirnya mengangguk, mengiyakan pendapat suaminya.
Gea menghela napas panjangnya. Gea bersyukur kedua orang tuanya akhirnya memutuskan untuk tetap berada di dalam pesta Ken.
"Bagaimana dengan pestanya, Tuan Jino?" Ken melangkahkan kakinya mendekati Jino dan Denia yang sedang menikmati minuman mereka.
Jino dengan sangat berantusias menegakkan tubuhnya lebih tegak lagi. Jino akan mencari simpati dari Ken untuk mendapatkan tender yang lebih besar untuk perusahaannya.
Sedangkan Denia seakan terpanah dengan sosok dari Ken. Pria sukses yang tidak pernah ingin disorot media. Bahkan sosoknya selalu saja misterius dengan para kekasihnya.
"Selamat malam. Nona?" Ken memberikan ucapan selamat malam kepada Denia dengan mengernyit pada Denia. Ken berpura-pura tidak mengenal Denia.
"Selamat malam, Tuan Ken. Denia."
"Oh, Nona Denia. Nama yang sangat cantik," puji bohong Ken.
Denia yang mendengar dirinya telah dipuji Ken. Denia langsung tersipu malu. Bahkan tidak memperdulikan keberadaan Jino di sampingnya.
"Tuan Jino suami Nona Denia?" tanya Ken. Jino membalas Ken dengan tersenyum. Lalu menarik pinggang Denia mendekat pada Jino. "Kami akan segera menikah, Tuan Ken."
Ken berpua-pura mengangguk paham.
"Nikmatilah pestaku. Aku juga telah menyiapkan setiap kamar VVIP untuk seluruh tamu di sini,"
"Jika kalian tidak buru-buru. Tuan Jino bisa mencobanya," tambah Ken. Jino yang mendengar itu pun langsung mengangguk cepat. Bahkan tidak ada basa-basi dari Jino.
"Tuan Ken sungguh sangat baik hati. Kami tentu akan sangat senang jika bisa menikmati fasilitas hotel semewah ini." Ken hanya tersenyum kecut lalu pergi meninggalkan Jino dan Denia yang masih tersenyum bahagia.
Jino dan Denia pikir itu memang adalah fasilitas yang disediakan Ken khusus bagi tamu penting malam ini.
Berarti itu tandanya Jino telah diperhitungkan sebagai salah satu tamu penting dari Ken, kan? Jino bertanya dalam hatinya.
Perusahaan Jino belum ada apa-apanya dibandingkan dengan anak terkecil dari perusahaan Ken. Jadi, menuurut Jino ini adalah kesempatan yang besar untuknya datang di acara malam ini.
Tuan Ken, aku pasti akan bisa mendapatkanmu. Tentunya setelah harta Jino terkuras habis.
Linda dan Fredi diarahkan Gea di kamar yang telah Ken persiapkan untuk keluarganya. Mereka menunggu kedatangan putra pertamanya. Menunggu kebenaran yang akan terjadi pada malam ini.
"Anak itu pasti berbohong lagi," lirih Fredi. Fredi sudah mondar-mandir di depan pintu kamar. Fredi sudah menyiapkan hukuman untuk putranya itu jika benar-benar membohonginya.
Tidak lama dari umpatan kesal Fredi pada Ken. Akhirnya bel kamar berbunyi nyaring. Hingga membuat Fredi dan seluruh orang di dalam kamar tercekat.
"Paling cleaning service." Fredi langsung membuka dengan malas. Tanpa ingin menatap tamu di depan matanya.
"Tidak perlu dibersihkan dulu, Mas."
Ken mengernyit dengan panggilan papanya pada dirinya. Sejak kapan Ken dipanggil 'Mas.'
"Pa, itu Kak Ken," kata Gea sembari menunjuk pada tubuh kekar di depan papanya.
Fredi yang mendengar itupun langsung meluruskan pandangannya. Senyumnya tercetak dengan alaminya saat melihat putranya menatap dirinya tanpa arti.
"Dasar anak durhaka. Dari mana saja kamu? Jangan mentang-mentang kamu berhasil mendirikan perusahaan baru, kamu lupa dengan janjimu, Ken."
Ken menghela napas panjangnya. Tanpa membalas perkataan papanya. Ken langsung masuk dan menemui mamanya yang menatapnya sendu.
"Ken ...." panggil Linda pelan. "Iya, Ma?" jawab Ken sembari mengulas lembut punggung tangan Linda.
"Mana mantu Mama? Jangan seperti ini lagi. Mama dan papa tidak akan bisa selamanya menemanimu. Kamu butuh seorang istri yang dengan tulus menyayangimu," tutur Linda.
Ken hanya menatap lekat Linda lalu mengangguk pelan. Setelah adegan panasnya bersama Kiara tadi di kamar. Ken tahu Kiara adalah wanita baik-baik. Tidak seperti para wanitanya.
"Tunggu Ken, Ma. Ken akan bawa mantu yang baik untuk mama." Ken langsung mendirikan tubuhnya. Tidak lupa Ken mengusap kepala adik kecilnya dengan gemas.
"Uh, Kakak!" dengus kesal Gea.
"Jaga Mama dulu." Gea yang merasa kesal dengan ulah kakaknya yang telah menhancurkan rambutnya hanya membalas dengan anggukan.
Ken berjalan kearah Papanya. Fredi hanya membalas dengan tatapan kesal pada putranya itu yang semakin dekat dengannya.
"Pa, Ken keluar dulu. Masih ada urusan yang harus Ken selesaikan." Fredi hanya membalas dengan satu tangannya mengangkat keudara.
Ken pun pergi meninggalkan kamar keluarganya. Lalu bergegas mengatur segala rencananya. Ken menggambil ponselnya. Lalu mencari kontak asisten pribadinya, David.
"Para media bagaimana?" tanya Ken di ujung telponnya dengan David.
"Sudah saya kumpulkan, Boss. Nona Kiara juga sudah menyadari kedatangan tuan Jino,"
"Dan sekarang nona Kiara sedang diam-diam mengikuti tuan Jino dan kekasihnya menuju ke kamar ," lapor David.
"Bagus. Jangan buat Kiara curiga. Aku akan datang nanti."
"Baik, Bos Ken." Panggilan itupun tertutup dengan ulasan senyum samar dalam garis bibir tampan Ken.
"Kiara, seberapa lama kamu akan menolakku?" gumam Ken dengan tersenyum miring.
Kiara masih diam-diam mengikuti arah langkah Jino dan Denia yang terlihat sangat mabuk. Hati Kiara sangat sakit. Bisa-bisanya calon suaminya bermesra-mesraan dengan keponakannya sendiri.
Jino telah menghianati cinta Kiara di saat Kiara sedang sangat terpuruk seperti ini.
Kiara pikir Jino adalah pria terakhir dalam hidupnya. Namun ternyata mata Kiara melihat sendiri kebusukan calon suaminya di depan matanya.
Dasar pasangan brengsek!
Jino dan Denia telah memasuki kamar yang memang sengaja disediakan Ken untuk menjebak Jino dan membuat Kiara benar-benar terikat pada Ken.
Setelah beberapa menit. Kiara memberanikan dirinya untuk lebih mendekat pada pintu kamar tersebut. Betapa terkejutnya Kiara saat mendengar suara desahan dari dalam kamar itu.
Air mata Kiara menetes begitu deras saat suara-suara dari dalam kamar sangat jelas Kiara dengar.
Kedua tangan Kiara mengepal erat. Kiara sudah tidak bisa menahan amarah dan rasa jijiknya kepada Jino dan Denia.
BRAK
Kiara langsung menendang pintu kamar Jino. Hingga membuat Jino dan Denia terkejut saat mereka sedang panas-panas beradegan.
"Kalian memang pasangan busuk!" pekik Kiara.
"Kiara?!" panggil Jino terkejut. Sedangkan Denia hanya tersenyum licik. Denia seakan tidak menyesali apa yang sekarang Kiara lihat.
"Aku bisa jelaskan, Kiara." Jino langsung melempar Denia kesamping dan mencoba menghampiri Kiara yang sudah menangisi calon suami yang selalu Kiara banggakan di hadapan kedua orang tuanya, dulu.
"Stop! Jangan mendekat. Aku jijik denganmu. Bahkan untuk memanggil namamu, aku sungguh ingin muntah." Kiara langsung menjauhkan tubuhnya dengan Jino yang sedang tidak memakai sehelai benang apapun.
"Kiara, aku mohon dengarkan penjelasanku."
Tiba-tiba deru beberapa suara derap sepatu semakin terdengar jelas terdengar mendekat kearah kamar Jino.
CREK
CREK
CREK
Kiara, Jino, dan Denia sangat terkejut dengan kedatangan para media yang sedang berebut memotret keadaan di dalam kamar Jino.
"Apa-apaan ini!" teriak Jino pada para media di sana.
"Tuan Jino kenapa anda berselingkuh dengan keponakan nona Kiara sendiri? Apa ini adalah cinta segitiga?""Apa karena perusahaan Mauren Corporation telah bangkrut. Jadi, anda meninggalkan nona Kiara?""Nona Denia kenapa anda menjadi perusak hubungan, dari saudara anda sendiri, padahal nona Kiara dan tuan Jino akan segera menikah?"Para media melemparkan pertanyaan bertubi-tubi pada Jino dan Denia yang sudah terbukti bersalah berselingkuh di belakang Kiara."Tuan Jino, tolong dijawab,""Nona Denia, kenapa anda diam saja?"Jino tidak bisa menjawab apapun. Begitupula dengan Denia yang telah berpura-pura menjadi wanita lemah bersembunyi di belakang punggung Jino.Tanpa disadari Jino. Langkah kaki Kiara telah
Kiara berjalan mengikuti gerak langkah pria di sampingnya dengan memegang lengan tangan kekarnya. Senyumnya merekah sempurna. Kiara memperlihatkan senyum yang memang ia buat dengan begitu alami di depan para tamu yang hadir. Pria yang berada di samping Kiara adalah Ken. Ken telah berhasil menjerat Kiara dalam perangkapnya. Ken berjalan dengan begitu gagah sembari mengulas punggung tangan Kiara yang sedang melekat indah di lengan tangan Ken. "Wah... akhirnya pasangan yang kita tunggu-tunggu telah datang. Kita akan mendengar pengumuman penting dari tuan Ken," ucap pembawa acara saat melihat Ken telah datang di atas panggung. "Siapakah wanita cantik di samping Tuan Ken itu?" "Kenapa
Ken sekarang berada di dalam mobil mewahnya bersama dengan Kiara menuju mansion mewah miliknya. Tidak ada percakapan yang berarti dari kedua makhluk itu.Ken duduk di pinggir dengan pandangan lurus kedepan. Sedangkan Kiara sibuk dengan pikirannya seraya memandang kearah luar jendela.Ken ingin menanyakan sesuatu pada Kiara. Tapi, mulutnya terasa kelu setelah ungkapannya tadi kepada sang mama mengenai Ken akan memberi wanita paruh baya itu cucu yang lebih dari satu.Ken sedikit melirik dengan ekor matanya kearah sampingnya. Manik tajam Ken menemukan wajah Kiara yang terlihat sendu. Ken pikir itu karena ulahnya tadi. Hingga membuat Kiara sedih."Tidak perlu kau pikirkan perkataanku tadi. Aku hanya ingin membuat mama tenang," ujar Ken dengan suara datarnya.Suara Ken yang tiba-tiba itu
Kiara saat ini telah berada di kamar utama. Kamar yang selalu menjadi pelampiasan penatnya rutinitas kerja sang pemilik, Ken.Kiara berjalan kekanan lalu kekiri dan ia lakukan itu berulang kali. Kiara masih bingung dengan keadaannya saat ini.Saat tadi Kiara meminta kamar sendiri pada Ken. Pria itu malah marah-marah dan langsung meninggalkan Kiara sendiri di kamar besar Ken. Kiara tidak tahu di mana letak kesalahannya."Aku bingung---sangat bingung. Pria itu, tadi, bisa selembut kapas. Tapi, di detik berikutnya, dia berubah menjadi seseram setan," gerutu Kiara yang masih terngiang bagaimana Ken mengumpat dirinya.Tok tok tok"Masuk," suruh Kiara. Mata kiara langsung menatap seorang gadis yang mungkin masih berumur belasan tahun dengan memakai seragam yang sama seperti beberapa
"Astaga, apa ini?" teriak Kiara saat matanya menemukan berbagai kotak dan koper besar di ruang tengah.Kiara mengamati benar-benar. Sepertinya salah satu dari koper itu familiar di matanya. Tubuhnya mengelilingi dan meraba kotak besar yang begitu menarik perhatian Kiara."Selamat pagi, Nyonya!" sapa salah satu asisten rumah tangga Ken. Kiara mengangguk namun matanya masih saja mengamati berbagai benda yang menarik perhatiannya itu."Kamu tau, ini apa ...," Kiara menunjuk beberapa kotak besar berwarna coklat muda di depannya."Saya tidak tahu, Nyonya. Pak David dan para body guard tuan Ken yang membawanya tadi pagi," jelasnya sopan."Oh, seperti itu. Mungkin ini milik tuanmu," balas Kiara sekenanya.Tangan dan perhatian Kiara masih tertuju pada koper merah besar yang memang mir
Kiara telah berada di dalam salah satu mobil mewah milik Ken. Tampilan Kiara sudah sangat berubah.Meskipun pakaian mewah tak berseri itu melekat pada tubuh Kiara, tapi ia memang sengaja memilih tak memperlihatkan asetnya. Namun Kiara tetap terlihat sangat cantik.Ken memang sengaja tidak ikut. Ia akan memantau Kiara dari kejauhan.Tapi, Ken sudah mengerahkan beberapa body guard-nya di keliling Kiara maupun tanpa sepengetahuan Kiara. Hanya untuk menjaga wanitanya tetap dalam kondisi baik-baik saja."David, apa Kiara bisa menghadapi mereka sendirian?" tanya Ken cemas. Ia selalu menanyakan hal ini kepada David setiap menit. Hingga bibir David lelah menjawab."Percaya saja pada nyonya, Boss." David masih setia mengawasi pergerakkan Kiara sesuai perintah Ken, dengan cara me
"Hei, aku bicara padamu! Kau siapa!"Tapi, dengan cepat langkah pasti Vino dihentikan dengan suara barinton."Berhenti. Jangan berani melangkah lagi! Tuan kami memerintahkan kami, agar Nyonya tidak tersentuh oleh pria lain. Termasuk anda.""Cuih... persetan dengan tuanmu itu! Ini rumahku. Aku bebas melakukan apapun ... termasuk memberi pelajaran kepada Nyonya kalian ini," kata Vino dengan nada acuh. Bahkan salah satu jemarinya dengan berani menunjuk ke arah wajah Kiara.Vino mulai melangkah kakinya kembali ke arah Kiara. Namun dengan santainya, Kiara masih menyilangkan kakinya seraya membuang tatapanya jengah."Sudah saya bilang, tidak ada yang boleh menyentuh Nyonya, walau hanya seujung rambut!" tandas salah satu body guard Kiara yang langsung memberi bog
Setelah berhasil membuat paman Vino bungkam seribu bahasa. Kali ini Kiara akan merayakannya. Merayakan dengan makan-makan tentunya.Bibir Kiara tidak henti-hentinya mengulas senyum kemenangannya kali ini. Tapi, ini bukanlah kemenangan akhirnya. Melainkan kemenangan awal dan akan diikuti kemenangan-kemenangan selanjutnya.Kemenangan Kiara juga tidak lepas dari campur tangan Ken. Kiara akan membalas budi pada tuannya itu."Dari sini belok kanan," perintah Kiara."Baik, Nyonya," sahut sopir Kiara.15 menit perjalanan mereka. Akhirnya mobil mewah Kiara sampai pada restoran kecil.Mata para body guard Kiara membulat sempurna saat mengetahui jalan yang tidak pernah mereka temui, ternyata di sana ada sebuah restoran kecil.
Ken seakan tidak ada habisnya mengulang kegiatan panas mereka. Pria tampan itu mengingkari janji untuk yang satu ini.Sedangkan Kiara masih tergulai lemas di tempat tidur kantor Ken.Kiara sedikit mengerjapkan kelopak matanya mengintip bayangan pria yang masih setiap menatap wajah cantiknya."Istriku sudah bangun ... Aku harus mengucapkan apa sekarang? Selamat pagi atau terima kasih?" goda Ken.Kiara mencebikkan bibirnya. Tangannya langsung terangkat ke atas, menutup wajah tampan Ken."Kamu selalu saja tidak punya malu," balas Kiara kesal. "Lihatlah wajah mesummu itu. Kamu hampir membuatku lumpuh hari ini," sambung Kiara lagi.CupcupcupcupKen mencium bertubi-tubi buku tangan Kiara dengan gemas, hingga pemiliknya menarik kembali tangan itu."Aku mesum hanya dengan istriku. Mana bisa wajah t
Kiara memutar tubuhnya di depan cermin besar.Senyumnya terukir begitu cantik. Ia bahkan memuji dirinya sendiri yang memang sangatlah cantik memakai setelahn formal dengan rambut curly-nya.Cantik banget sih aku, pujinya di depan cermin.Jika cermin itu dapat berbicara, mungkin saja bibirnya tak akan lelah menimpali pujian untuk sang Nyonya.Kiara mengambil salah satu koleksi tas bermerek yang sengaja dibelikan Ken.Kira memang sangat dimanjakan oleh pria tampan itu, yang kini telah menjelma menjadi suami sah Kiara hampir 10 bulan.Waktu yang benar-benar tidak Kiara sangka. Pernikahan atas dasar perjanjian jual-beli itu menghasilkan cinta yang tak pernah Kiara pahami akan secepat ini.Ken Ardinanata, aku sangat mencintaimu.Kiara mulai mengayunkan langkahnya menuruni anak tangga untuk menghampir
Ken, semakin menempel dengan Kiara hari demi hari. Seakan dia adalah permen karet.Ken benar-benar tidak mau melepaskan Kiara walaupun hanya sedetik saja.Pagi ini Ken harusnya menghadiri meeting intern perusahaannya. Tapi, lagi-lagi magnet Kiara begitu menyerap dirinya untuk tidak berkutik dalam pelukan Kiara."Mas, ayo bangun dong! Nggak kerja emang?" tanya Kiara yang semakin terbiasa dengan kemanjaan suaminya itu.Ken masih memejam. Ia semakin kuat memeluk Kiara. "Aku Bossnya. Aku bisa masuk kapan pun aku mau, Sayang."Kiara mengulas lembut rambut Ken dari belakang, seraya membalas perkataan Ken, "Jangan seperti itu, Mas. Kamu harus menjadi contoh dari bawahanmu."Ken hanya berdehem, lalu mendongakkan wajahnya. "Baiklah Nyonya Ardinanata," jawab Ken yang langsung dibalas Kiara dengan cub
Mentari bersinar terang. Pagi ini semua dimulai dengan senyum yang merekah.Termasuk dengan Ken, yang pagi ini sengaja memboloskan diri, karena pertempurannya harus menyita kekuatan dan waktunya.Tapi, itu tidak masalah. Ken adalah pria perkasa. Ia bahkan mampu melayani istrinya hingga matahari esok.Namun, nyatanya Kiara lah yang tidak akan mampu melayani suaminya jika seperti itu."Pagi, Mah, Pah!" sapa Ken yang sudah duduk di kursi meja makannya."Pagi, Adikku!" sambung Ken kembali dengan senyum yang tidak pernah lepas dari bibirnya.Gea melongo. Apa yang ia dengar, dan apa yang ia lihat sama sekali bukan seperti Kakaknya.Ken sangat berbeda.Begitupula dengan Fredi dan Linda yang ikut menatap putranya tak percaya. Sifat angku
Kiara tidak tahu kenapa hatinya ingin sekali membatalkan apa yang telah ia tanda tangani satu bulan lalu.Apa ini benar cinta, kenapa bisa secepat ini?Jatuh cinta kepada pria sehebat Ken, bahkan Kiara tidak pernah berpikir ke arah itu.Setelah pernikahan terjadi semua berubah. Ken menjadi lebih lembut dan memberikan semua cintanya kepada Kiara.Jika suatu saat nanti Kiara salah. Ia tidak akan pernah menyesali keputusannya. Karena, hidupnya telah dibeli oleh Ken."Apa kita bisa membatalkan perjanjian itu?" tanya Kiara dalam pelukan Ken.Ken begitu terkejut. Tapi, hatinya sangat bahagia, ternyata ketulusannya selama ini bisa dirasakan oleh Kiara."Apa kau ini membatalkan?" tanya Ken sekali lagi, meyakinkam telinganya. Kiara mengangguk mengiyakan.
Kiara sedang mendekati sesuatu yang menarik perhatiannya. Lukisan cantik berbalut pakaian casual dengan wajah tanpa senyum, tapi aura kecantikannya sangat terasa di mata Kiara."Cantik sekali," ucap kagum Kiara. Kepalanya tak henti-hentinya mendongak seakan meniliti setiap sudut dari bentuk lukisan itu.Kiara baru pertama kali menampakkan kakinya di dalam kamar Ken. Kamar itu begitu luas, rapi, dan berbau harum woody.Kiara benar-benar terpanah dengan kamar Ken yang bak kamar putra mahkota kerajaan di masa lalu.Tiba-tiba indera penciuman Kiara dikejutkan dengan semerbak bau sabun dari arah belakang. Begitupula pelukan erat telah mengunci tubuh ramping Kiara."Tapi, lebih cantik istriku." Suara itu sangat terdengar jelas di telinga Kiara."M... Mas
Vino perlahan sudah membuka matanya. Tamparan bertubi-tubi yang ia terima dari Kiara sangat meremang di wajahnya.Vino hampir tidak menyangka dengan kekuatan yang dimiliki Kiara, keponakannya itu.Gadis lemah itu telah bermertamorfosis menjadi Kiara baru, yang dapat mengancam semua apa yang telah direbut Vino dari orang tua Kiara."Pah? Apa Papa bisa mendengarku?" tanya cemas Denia. Di sana juga sudah ada Jino yang masih berdiri menatap tubuh tua dengan luka di hampir ada di setiap lekuk tubuh Vino."Hm." Vino masih susah menggerakkan bibirnya untuk mengatakan kehadiran Kiara tadi.Denia mendirikan tubuhnya. Lalu, menatap penuh tanya pada dokter kepercayaannya mengenai kondisi Vino."Tuan tidak apa-apa, Nona. Hanya
Kiara hampir tidak percaya dengan apa yang ia dengar tadi. Seorang Ken menyatakan perasaan padanya? Ini seakan seperti mimpi bagi Kiara.Tapi, dari semua keterkejutan itu. Ada satu hal yang membuat Kiara tidak terlalu memusingkan mengenai pernyataan Ken padanya. Iya ini semua tentang Ken.Saat Kiara mulai menerima bibir Ken yang perlahan menyesap bibir Kiara penuh cinta, pria berwajah sempurna itu merusak keadaan manis itu.Perut Ken berbunyi di waktu yang tidak tepat.Ken sedang lapar!Betapa terkejutnya Kiara. Matanya memicing ke arah perut berotot Ken yang masih tertutup oleh kemeja. Tiba-tiba tawa Kiara pecah. Ia bahkan melupakan siapa Ken."Apa kau akan menertawaiku terus, Nyonya Ardinanata?" tanya Ken menekaankan kalimatnya seraya menatap lekat wajah Kiara.
Ken dan Kiara telah berada di dalam mobil menju ke rumah besar milik mereka.Tidak ada percakapan yang berarti. Hanya tadi, Ken berusaha membuka suasana hening di antara mereka. Tapi, lagi-lagi, pria itu gagal.Pandangan mereka beralih pada dinding kaca mobil mewah Ken. Kiara sibuk memikirkan Ken. Sedangkan Ken juga tak bisa mengalihkan pikirannya dari wanita di sampingnya."Tuan ... eh, maksud-nya, Sayang, apa aku boleh membeli kue di sebrang sana?" Kiara tiba-tiba bersuara dan menunjuk toko kue kesukaannya dan sang mama.Ken mengangguk. Lalu, menarik tangan Kiara hingga mengikis jarak di antara mereka."Apa upahku untuk mengijinkanmu?" tanya Ken yang sudah menatap lekat manik mata hitam Kiara.Tangan Kiara reflek meremas kemeja Ken untuk mengaburkan jantungnya yang sep