“Wow gile Dhik, ternyata bisa yah kita melakukan trik-trik seperti itu. Pantas saja kamu bisa kalahkan bos ini seorang diri. Hahaha, tapi Dhika ini memang jago sih, bisa saja kamu menemukan letak kelemahan bos ini, padahal dia punya gerakan random tak beraturan seperti itu.”
“Aaaaaaaahh senangnya, akhirnya hari ini Wina juga bisa mengalahkan monster besar ini. Tapi kalau untuk bisa mengalahkannya seorang diri, itu tetap saja sangat susah Dhika. Kita harus punya banyak stamina untuk menyerang, menghindar, dan juga berlari dari satu tempat ke tempat yang lain dalam waktu yang sangat singkat.”
“Ya memang sih Win,” jawab Dhika menyetujui analisa Wina. “Untuk bisa mengalahkan monster ini seorang diri itu memang cukup sulit. Dhika bisa melakukannya karena sudah cukup banyak berlatih beberapa hari sebelumnya. Tapi dengan latihan seperti itu setiap hari kita bisa membuat otot-otot dan perkembangan tubuh kita jadi lebih cepat.”
“Pantas saja badan kamu sekarang terasa lebih tinggi dari Wina, memangnya berapa tinggi badan kamu sekarang Dhika?”
“Hmm berapa yah, kemarin sih terakhir diukur 129 cm.”
“Wow 129? Parah, Reno aja sekarang baru 118 cm. Eh, tapi sepertinya Wina juga lebih tinggi dari Reno yah sedikit.”
“Iyah Ren, Wina sekarang 121 cm.”
“Keren, genetik keturunan Rusia itu memang beda yah, ahhh seandainya saja Reno bisa setinggi kalian berdua.”
“Hahaha, gapapa kok Ren, kamu kan sekarang udah punya badan yang lebih besar dari kita berdua,” balas Wina sambil tertawa lucu kepadanya.
“Dasar Wina, tapi bener sih Ren, untuk seorang Tank, badan besar Reno itu sangat cocok untuk meningkatkan pertahanan, jadi tetaplah percaya diri kawan.”
“Muahaha, Reno jadi terharu. Kalian berdua ini memang teman yang terbaik,” jawabnya senang. “Hmm, tapi kalau dipikir-pikir lagi Reno ini memang luar biasa yah. Reno itu kan seperti beruang besar yang sangat kuat muahaha. Baiklah, tenang, tenang, nanti kalau suatu saat Reno bisa menjadi Tank, nyawa kalian berdua pasti Reno lindungi.”
Saat Reno sedang berbangga diri, tiba-tiba saja dari belakang tubuh Reno terlihat ada seseorang yang berperawakan tubuh tinggi besar sedang menepuk punggungnya.
“Halo, maaf mengganggu, apakah kalian bertiga telah menyelesaikan latihan kalian? Bolehkah kalau kami berempat ikut meminjam ruang game virtual ini? Tadi kami melihat dari kejauhan sepertinya hanya ruang game ini yang sudah selesai dipakai.”
Reno tersontak kaget ketika melihat sesosok orang yang mengajaknya berbicara. Pria yang baru saja mengajaknya berbicara itu adalah kak Willy.
Willy adalah kakak kelas mereka yang berada pada tahun akhir ajaran di sekolah ini. Willy dan keempat temannya yang lain terkenal memiliki kekuatan genetik pemburu monster yang sangat kuat.
Guru-guru di sekolah ini selalu memujikan mereka sebagai contoh teladan bagi anak-anak yang berada di bawah angkatan mereka.
Tentu saja Reno yang menyadari akan hal itu. Merasa terhormat dan menjawab pertanyaan dari kak Willy dengan cepat.
“Aaahh, iyah kak Willy silahkan, kami bertiga kebetulan sudah selesai menggunakannya. Maaf kak, tadi kami bertiga masih melakukan sedikit evaluasi dari pertarungan virtual kami sebelumnya.”
“Hahaha, ya, kalau boleh jujur, sebenarnya dari tadi kami sudah memperhatikan aksi kalian bertiga sewaktu menggunakan alat ini,” jawab Willy sambil tersenyum. Setelah itu kak Willy melakukan pengecekan pada data historis yang terpampang pada alat pertarungan virtual itu.
“Hmm … ternyata benar kalian bertiga telah berhasil mengalahkan bos dari monster virtual portal dimensi Akasia level 50. Luar biasa bagaimana kalian bisa melakukannya, dengan settingan tingkat hardcore seperti ini, saya rasa tidak ada anak seangkatan kalian di sekolah ini yang mampu menembus level setinggi ini.”
“Hehe, sebenarnya itu karena kami punya Dhika kak. Anak ini telah berhasil mengalahkan level 50 bos akasia ini seorang diri di rumahnya. Jadi sebenarnya kita berdua itu sedang belajar dari Dhika bagaimana cara mengalahkan monster itu.”
“Dhika yah, wah, wah kamu hebat juga yah bisa mengalahkan monster itu seorang diri.”
“Aah tidak, tidak. Tidak seperti itu juga kak, maaf sebenarnya saya juga hanya beruntung saja bisa menemukan beberapa trik rahasia yang bisa dipakai untuk mengalahkan monster itu.”
“Menarik. Bisa mengalahkan bos monster level 50 portal dimensi Akasia, seorang diri, dan masih tetap rendah hati seperti ini. Saya rasa kamu pasti punya naluri sebagai pemburu monster yang bagus untuk bisa menemukan trik rahasia seperti itu. Perkenalkan nama saya Willy senang bisa berkenalan dengan kalian bertiga hari ini. Dhika, Reno dan juga siapa nama gadis yang cantik ini?”
Muka Wina mendadak merah padam, ketika dia mendengar dirinya disebut cantik oleh kak Willy. Wina tidak berani membalas tatapan mata kak Willy yang baru saja menyapanya.
“Aaah …. mmm.”
“Haha mungkin dia gugup Kak. Namanya Wina. Dia teman bermain kami sejak masih kecil.”
“Oh ya Wina, bukankah itu nama yang sangat bagus sekali, apakah kamu juga seorang Warrior di game virtual ini.”
“Y.. y .. yaaa kak,” jawab Wina canggung.
“Bagus, kalau begitu kita berdua punya job yang sama. Lain waktu apakah kita bisa berlatih bersama?”
“Tentu saja Kak,” potong Reno menjawab pertanyaan kak Willy untuk Wina. “Kita bertiga tentu saja ingin belajar dan berlatih bersama dengan tim kak Willy.”
“Haha, kamu ini sungguh lucu yah. Baiklah kalau begitu apakah sekarang kami berempat sudah bisa menggunakan alat ini untuk berlatih.”
“Ya tentu saja Kak pakai saja, kami akan segera berbenah.”
Reno, Dhika, dan Wina segera berbenah dan meninggalkan ruangan game virtual.
“Dhika apakah kamu lihat tadi, Willy kakak kelas kita yang terkenal itu baru saja menyapa kita. Keren banget kan, apalagi dia bilang kalau kita bertiga itu hebat.”
“Iyah Ren, tadi kita kan baru saja ngobrol bersama.”
“Iyah, tapi keren banget kan Dhik. Eh tunggu sebentar, Reno jadi ingat sesuatu.” Reno melihat ke arah Wina. “Hei Win kenapa kamu tadi kok diam saja sih, kamu malu yahh? Atau kamu ini sedang jatuh cinta sama kak Willy aahahaha.”
Mendengar kata-kata Reno, Dhika yang penasaran coba melihat gerak-gerik pandangan mata Wina yang sekarang memang terlihat sedikit berbeda dari biasanya.
Wina biasanya tidak memiliki respon apapun ketika sedang bertemu dengan anak laki-laki, tapi kali ini sepertinya Wina memang bersikap agak aneh.
“Ihh apa sih Reno, jangan suka berbicara yang tidak-tidak yah. Wina hanya respek kepada mereka berempat. Bagaimanapun kak Willy itu pemburu monster tipe Warrior yang Wina suka, dia kuat, dan dia bisa memimpin timnya dengan baik.”
Melihat Wina yang terlihat canggung dan tidak berlaku seperti biasanya, Dhika jadi tersenyum dan merasa tingkahnya saat ini sangat lucu dan menggemaskan.
Sebenarnya Dhika merasa tertarik untuk ikut menggodanya, tapi setelah dipikirkan lagi, dia tidak ingin membuat Wina terus menjadi canggung seperti itu. Jadi Dhika berupaya untuk membantunya.
“Ehemm, bentar Ren, tapi itu hal yang biasa kok. Kita berdua juga tadi merasa canggung, itu karena kak Willy dan timnya memang benar-benar hebat. Apalagi mereka sampai menyapa kita dengan baik. Wina juga pasti punya pemikiran yang sama dengan kita.”
“Nah, denger tuh Ren, Dhika benar. Jadi jangan suka goda Wina dengan pemikiran kamu yang aneh-aneh seperti itu,” jawab Wina lega.
“Iyah sih bener juga, jangankan Wina, Reno saja tadi sangat kaget ketika tahu kak Willy menepuk punggung Reno dan mengajak kita bertiga berbicara. Mereka berempat memang keren, Reno suka dengan Kak Willy dan timnya, mereka itu kuat dan terkenal, tapi mereka tidak sombong seperti kakak-kakak kelas yang lainnya.”
“Ya, saya juga setuju Ren, mereka berempat memang hebat,” ucap Dhika. “Mereka kuat dan tidak sombong. Tapi tadi kita juga sudah dipuji kan oleh kak Willy.”
“Iyah tadi kak Willy bilang kita luar biasa hohoho,” balas Reno bangga.
“Yup, jadi ayo kita harus berlatih lebih keras lagi daripada hari ini. Suatu waktu kita bertiga pasti bisa menjadi kuat dan hebat seperti mereka.”
“Okay siappp, selama ada Dhika, Reno yakin kita bertiga pasti bisa terus maju.”
Mereka bertiga kemudian melanjutkan perjalanan menuju ke tempat janji bertemu dengan Yura dan Doni.
Setelah sampai di tempat perjanjian Reno, Dhika dan Wina tidak bisa menemukan Yura dan Doni.
“Lho kemana mereka berdua, Yura dan Doni kok belum ada ditempat ini sih, bukankah kita sudah berjanjian untuk ketemuan di sini jam 5 sore?” tanya Wina kebingungan.
“Bentar Win coba kita lihat dulu memangnya sekarang sudah jam 5?” jawab Dhika kepada Wina.
Reno coba melihat jam yang ada pada alat elektronik miliknya.
“Belum tuh, ternyata masih tersisa waktu 5 menitan lagi, sebentar Reno akan coba kontak mereka berdua.”
Reno terlihat sedang menekan beberapa tombol digital peralatan elektronik yang dipegangnya saat ini. Setelah beberapa saat Reno kembali berbicara.
“Yura katanya sudah dalam perjalanan kesini, dan Doni sedang membawa beberapa makanan yang telah berhasil dia buat hari ini.”
“Bagus, kalau begitu kita tunggu saja disini sebentar lagi.”
“Taring serigala sekali lagi telah membuktikan kepada kita semua kalau dia memang layak disebut sebagai pemburu monster terkuat saat ini. Bayangkan hanya dalam waktu satu hari saja dia telah berhasil mengalahkan semua monster yang ada di dalam portal dimensi itu seorang diri,” sahut seorang komentator dari sebuah acara liputan live Moutuber langganan Dhika.
“Bukan, bukan seperti itu maksudnya Reno,” jawab Yura. “Tapi ini yang menjadi alasan kenapa saya tidak pernah mau ikut pelatihan virtual sewaktu kita belum jelas kekuatan genetik seperti apa yang nantinya bisa kita miliki. Bayangkan seandainya Reno yang berlatih menjadi Tank, tapi pada saat hari sabtu nanti kemampuan genetik yang Reno miliki sebenarnya adalah tipe Assasin misalnya, bukankah itu akan menjadi sulit, untuk kita bisa membiasakan diri lagi.”
Pada acara kebangkitan setiap anak yang mendapatkan gilirannya, akan masuk ke sebuah tabung dan mendapatkan radiasi cahaya yang muncul dari sebuah batu kristal berwarna pelangi ketika mereka berada di dalamnya. Cahaya dari batu kristal ini hanya akan bereaksi kepada anak-anak yang belum mendapatkan kekuatan genetik. Sinar yang muncul dari dalam batu ini akan masuk ke dalam tubuh anak tersebut dan membangkitkan seluruh potensi genetik yang selama ini tersembunyi di dalam tubuhnya.
“Saya Thor sang Master Blacksmith tentunya akan memastikan kalian semua bisa menjadi anak-anak yang hebat, tidak akan ada satu kekuatan genetik pun yang tidak bisa kami kembangkan. Kami akan pelajari kekuatan kalian, latih, bimbing, dan tingkatkan, sampai kalian semua bisa menemukan jati diri kalian yang sejati.”“Sekaran
Kelas Ibu Vina adalah yang pertama kali maju untuk masuk ke ruang aula dari pintu utama. Anak-anak sekarang berjalan melewati karpet merah yang sebelumnya memang telah disediakan untuk menyambut para guru. Sekarang di depan podium telah disediakan 3 tabung berukuran besar yang akan digunakan untuk membangkitkan kekuatan terpendam dari set
Orang tua dari anak ketiga yang baru saja keluar dari tabung tengah itu terlihat sangat cemas. Mereka berdiri dari tempat duduknya dan segera berlari ke bawah untuk mendekati anaknya. Salah seorang dari Tim medis yang memiliki kekuatan genetik pemulihan, terlihat sibuk menyelamatkan anak tersebut. Sinar berwarna biru langit menyelimuti tu
Doni, Reno dan Wina secara berurutan masuk ke dalam tabung kebangkitan. Para panitia memberikan beberapa instruksi dan kemudian menutup pintu tabung. Setelah pintu tabung ditutup, panitia menekan sebuah tombol yang mengaktifkan tabung kebangkitan tersebut. Ketika tabung itu diaktifkan sinar yang berasal dari sebuah kristal yang berada di
Dhika berteriak sekeras mungkin untuk melampiaskan rasa sakitnya. Sekarang dia merasakan kalau kedua bola matanya sedang terbakar, perih dan pedih seperti disilet berulang-ulang kali.“Aaaaaarrrggghhhhhhh”
“Tidak, ini tidak benar, mereka sudah berbohong Pak,” Tommy tidak terima kebohongan itu. Dia jadi semakin tidak terkendali.“Pak, pasti … pasti ada rekaman cctv yang bisa kita lihat secara langsung. Bapak bisa melihatnya dari video rekaman cctv. Kami berenam benar-benar tidak bersalah.”“Kami pihak guru bagian disiplin tentu saja sudah melakukannya Tommy, tapi menurut pernyataan dari petugas cctv, video rekaman untuk kamera D1045 mengalami kerusakan. Karena itu kami tidak bisa melihat hasil rekamannya dan untuk mengatasi masalah itu kami sudah meminta kedua saksi ini untuk memberikan keterangan.”“Tapi Pak pernyataan mereka berdua itu bohong, bukan seperti itu kejadiannya.”“Sudah hentikan, kalian ini sudah membuat keributan, sekarang kalian juga berniat untuk memfitnah saksi?”Tommy merasa sangat kesal, tapi dia
“Pertarungaaann!!”Anak-anak berhamburan memperingatkan yang lain telah terjadi keributan di sekitar area ruang makan guild Demeter.Tommy menyerang pria yang baru saja menampar pipi kanan Evi.Billy bereaksi cepat menahan pria lain yang memiliki niat untuk menyerang Tommy dari belakang.Erlang bersama temannya yang lain datang mendekat untuk membantu, tapi Johan yang berbadan paling kekar menutup jalan mereka.Merasa terganggu dengan kehadiran Johan, Erlang langsung mengeluarkan serangan tinju kilat tanpa ragu ke arah perut bagian bawah Johan.Serangan itu begitu keras hingga mengeluarkan kilatan petir.Erlang menggunakan kekuatan genetiknya pada tinju yang dia lontarkan.Johan terlempar sejauh 2 meter bersamaan dengan meja dan kursi yang berada di sekitar lajurnya.Keadaan di sekitar
“Hentikan, dasar pria kotor, apa yang kamu sentuh sekarang.”Dhika tidak sadar kalau sebagian dari pergelangan tangannya sudah menyenggol salah satu bagian paling besar dan sensitif milik gadis itu.Bulatannya terasa begitu padat tapi cukup empuk dan lembut saat pergelangan tangan Dhika langsung bersinggungan dengan bagian itu.Dhika tidak mengelak kalau dia sepertinya menyukai memeluk gadis itu, baru kali ini dia merasakan sesuatu yang membuatnya begitu nyaman.“Hei apa yang sedang kamu lakukan, cepat lepaskan saya!!”Gadis itu berteriak lantang berulang kali tapi Dhika tetap saja tidak mau mendengarkan perkataannya, dia tetap merangkul gadis itu dan membawanya menuju tepian kolam yang lebih aman.Tepat saat berada di tepian kolam gadis itu langsung memperagakan sebuah gerakan judo, dia mengarahkan tangannya ke belakang, meraih kepala
“Dasar anak monster,” teriak Dimas saat jari tangannya digigit oleh Dhika yang terlihat masih berumur 1 tahun.“Dimas apa yang terjadi?” tanya Bunga dengan napas yang tersendat-sendat saat berlari menuju kamar Dhika.Dhika membuka kedua matanya, dia melihat jari tangan ayahnya terluka hingga meneteskan cairan darah yang cukup banyak.Dhika melihat di pojok ruangan kakaknya Darma yang berusia 11 tahun menangis ketakutan.‘Apa ini? Dimana saya? Papah? Mamah?’“Astaga Dimas tangan kamu sampai berdarah seperti ini, tunggu sebentar biarkan saya mengobati tangan kamu. Darma tolong bantu mamah ambilkan perban di sana.”Darma tidak bergeming, dia masih sangat ketakutan.“Argghh dasar monster, dia seharusnya tidak kita lahirkan, dia benar-benar sangat berbahaya untuk keluarga kita.”
Dhika memasuki ruangan yang terlindungi dengan berbagai sistem keamanan.Prof Einheart menaruh kornea matanya pada sebuah alat pendeteksi, setelah itu dia menempelkan kedua telapak tangan dan menyebutkan suara sandi untuk membuka pintu ruang penelitian.“Dhika kemarilah ikuti saya, saya akan menunjukan kepada kamu projek penelitian seperti apa yang sudah dikerjakan oleh kedua orang tua kamu.”Mengikuti langkah prof Einheart, Dhika melihat ada banyak tabung-tabung berisi ranting pohon berwarna hitam yang sedang diteliti oleh para dokter berbaju putih.Beberapa dokter yang melihat kedatangan prof Einheart memberikan hormat kepadanya.Prof Einheart membalas mereka dengan sebuah senyuman singkat sambil mengajak Dhika melihat lebih dekat ke arah tabung-tabung penelitian tersebut.Alexander dan Arnold berjalan mengikuti mereka dari belakang.&nbs
“Hei Dimas apakah kamu memperhatikan gadis baru itu?”“Ya saya tahu dia sangat cantik, memangnya kenapa kamu naksir sama gadis itu?” balas peneliti muda berusia 30 tahun bernama Dimas kepadanya.“Haha tentu saja saya sudah memperhatikan sejak dia masuk pusat penelitian ini 2 minggu yang lalu. Nama gadis itu Bunga, saya dengar dari prof Einheart dia adalah anak jenius yang sudah menyelesaikan gelar doktornya di usia 24 tahun.”“Saya dengar dia memang sangat pandai,” jawab Dimas datar tampak tidak terlalu berminat dengan topik pembicaraan ini.“Dimas, Dimas, hei sampai kapan kamu mau menjomblo seperti ini? Kamu itu sudah berumur 30 tahun, sudah saatnya kamu mencari pasangan hidup. Kalau saya masih belum berkeluarga, saya pasti sudah dekati gadis seperti dia, selain cantik dia sangat pintar. Bayangkan anak seperti apa yang akan lahir dari gadis secan
“Tuan Alexander maaf, tapi sepertinya Tuan pasti sudah salah mengenal orang. Anak itu, dia pencuri barang-barang milik pemburu monster yang sudah mati. Tidak mungkin Tuan mencari anak seperti dia, pasti ada sebuah kekeliruan, saya pasti akan membantu Tuan mencari anak yang Tuan cari.”Erlang tidak percaya kalau Alexander datang ke asrama guild Demeter hanya karena ingin bertemu dengan Dhika.Dia juga sebenarnya tidak rela melihat Dhika yang bukan anak seorang bangsawan didekati oleh Alexander.Dhika hanyalah seorang Herbalist miskin yang tidak punya apa-apa, dia hanya seorang anak yatim piatu dari keluarga yang tidak terpandang.“Tuan tunggu! Dengarkan saya.”Erlang mulai merasa kesal karena kata-katanya tidak didengar sama sekali oleh Alexander.Saat Erlang hendak mendekati Alexander agar bisa berbicara lebih dekat dengannya, Arnold t
“Hei lihat pria tampan berambut putih itu bukankah dia Alexander Fraudilant?” tanya seorang murid wanita dari guild Demeter.“Tidak mungkin untuk apa orang sepenting dia sampai datang ke asrama guild kita,” balas teman murid wanita itu kepadanya.“Tapi dia sangat tampan, seandainya saja dia adalah pacar saya, saya pasti akan memamerkannya kepada seluruh teman-teman saya.”Kedua murid itu saling tertawa memikirkan hal-hal menyenangkan apabila pria tampan tadi adalah pacar mereka.Selain mereka berdua, murid-murid lain yang sedang bersantai di sekitar aula depan pintu asrama pun tampak keheranan melihat sosok Alexander wakil ketua dari guild Chronos sedang berdiri di sana.Saat murid-murid yang lain sibuk berbisik, Erlang yang baru saja datang bersama teman-teman dari golongan bangsawan dari guild lain mendekat ke arah Alexander dengan percaya di
“Awasssss,” teriak Reno kepada Gita dan Vivi.Tabung kaca tempat perawatan Dhika meledak menyambar siapa pun yang berada di sekitarnya.Kotak-kotak lampu juga peralatan-peralatan elektronik di sekitar membuat suara-suara ledakan yang menakutkan.Gita berteriak ketakutan.Reno bereaksi cepat, dia berubah wujud menjadi seekor beruang besar yang melindungi tubuh Gita dan Vivi dari ledakan ataupun percikan listrik di sekitar mereka.Reno benar-benar tidak menyangka Dhika memiliki kekuatan medan energi listrik yang sangat besar hingga mampu menghancurkan peralatan-peralatan medis di rumah sakit ini.Reno tahu Dhika merahasiakan beberapa kekuatan genetiknya, tapi dia belum pernah melihat kekuatan genetik yang seperti ini.Sekarang tubuh Dhika keluar dari dalam tabung, dia terlihat melayang sambil tetap mengeluarkan percikan-percikan