Kelas Ibu Vina adalah yang pertama kali maju untuk masuk ke ruang aula dari pintu utama. Anak-anak sekarang berjalan melewati karpet merah yang sebelumnya memang telah disediakan untuk menyambut para guru.
Sekarang di depan podium telah disediakan 3 tabung berukuran besar yang akan digunakan untuk membangkitkan kekuatan terpendam dari setiap anak yang masuk ke dalamnya. Di depan sana Ibu Vina terlihat berbicara dengan beberapa orang yang menjadi panitia.
Dhika melirik dan mendongak ke sebelah kanan untuk mencari sosok Ibunya. Dia menemukan Ibunya sedang melambai ke arahnya dan merekam peristiwa penting ini. Dhika senang Ibunya bisa datang hari ini, sedangkan Ayah dan Kakaknya tidak bisa datang menyaksikan kebangkitan potensial dari anak dan adiknya sendiri.
Kadang dia merasa kesal apabila mengingat Ayahnya yang terlalu sibuk dengan urusan pekerjaan, dan kakaknya sendiri yang memiliki usia terlampau jauh dengannya tidak memiliki sedikit pun perhatian pada adiknya. Dhika merasa beruntung karena dia telah memiliki teman-teman seperti Reno, Doni, Yura dan Wina yang dianggapnya sudah seperti bagian dari keluarganya sendiri.
“Ayo anak-anak,” kata Ibu Vina. “Sekarang sudah waktunya kalian semua masuk ke dalam sana dan melihat langsung siapa diri kalian sebenarnya. Jangan gugup, dan percayakan saja kepada para panitia yang akan membantu kalian.”
“Pak silahkan boleh dibantu anak-anaknya,” pinta Ibu Vina kepada 3 orang panitia yang berada di dekatnya saat ini.
Setelah mendengarkan kata-kata dari Ibu Vina, petugas yang berada di depan sana membawa 3 orang anak yang berada pada baris depan untuk berjalan ke depan dan masuk ke dalam sebuah tabung besar.
Tabung besar itu memiliki kaca buram yang sedikit transparan, sehingga orang-orang yang ada di ruang aula bisa melihat secara langsung apa yang akan terjadi di dalam tabung tersebut.
Tiga teman dari kelas Dhika terlihat gugup, tapi mereka berupaya untuk bisa tetap bekerjasama dengan para panitia dan mengikuti instruksi-instruksi yang telah mereka berikan. Ruang tabung segera ditutup setelah mereka bertiga siap.
Setelah pintu tabung ditutup, sebuah aliran energi terlihat dialirkan melalui kabel-kabel yang terpasang diatas tabung tersebut. Energi itu masuk ke dalam 3 tabung dan memberikan efek reaksi kepada sebuah kristal besar yang ada di atas ruang tabung.
Di dalam tabung tersebut terlihat sebuah sinar cahaya terang yang sedang memancar masuk ke dalam tubuh anak-anak yang berada di dalamnya. Ketika sinar itu masuk beberapa anak mulai berteriak kesakitan. Mereka menjerit seolah-olah seperti ada sesuatu yang mencabik-cabik dan menyakiti mereka dari dalam tubuh.
Melihat itu tentu saja anak-anak lain yang sekarang berada di luar tabung mulai merasa ketakutan. Beberapa anak terlihat saling merangkul teman mereka yang berada di sebelahnya, yang lain saling menggenggam keras kedua tangan mereka.
Wina yang biasa tenang pun sepertinya mulai terlihat gelisah, dia tanpa sadar telah memegang pundak Reno yang ada di depannya dengan sangat keras. Reno tentu saja memberontak setelah sadar kalau tangan Wina menyakiti pundaknya.
“Awww, Wina apa sih yang sedang kamu lakukan.”
“Maaf Ren, gak sengaja.”
Dengan cepat Wina meminta maaf kepada Reno, sambil mereka berdua kembali mengamati apa yang sedang terjadi. Mereka tidak ingin ketingalan satu momen pun atas apa yang sedang terjadi di depan mata mereka saat ini.
Sinar di dalam tubuh anak-anak yang berada di dalam tabung memancar keluar dan menerangi seluruh isi tabung, namun warna yang terpancar berbeda-beda. Tabung sebelah kiri berwarna Hijau, sebelah kanan berwarna Merah, sedangkan yang ada di tengah berwarna Kuning.
Setelah ketiga sinar yang muncul dari dalam tubuh mereka secara perlahan menghilang, suara ringis kesakitan dari anak-anak itu pun mulai memudar. Para panitia menekan tombol yang ada pada tabung itu.
Pintu tabung terbuka, kepulan uap asap yang keluar dari dalam tabung cukup menyulitkan bagi orang-orang yang berada di sekitar untuk melihat apa yang sebenarnya sedang terjadi di dalam sana.
Anak dari tabung sebelah kiri keluar untuk pertama kalinya. Ketika dia keluar terlihat dua buah sayap besar berwarna hijau daun muncul dari belakang punggungnya. Sayap besar itu terlihat sangat indah seperti sebuah karya seni.
Anak itu mempelajari perubahan yang ada pada tubuhnya saat ini. Dia mencoba untuk mengepak-kepakan sayapnya. Ketika itu dilakukan terasa angin segar menghembus dari bagian depan ruang aula itu. Anak itu coba untuk melompat dan dia berhasil melayang terbang dengan bebas di sekitar ruang aula.
Para pengunjung yang melihat anak itu berhasil terbang dengan kedua sayapnya menyambut calon pahlawan generasi baru ini dan memberikannya sebuah sambutan yang meriah. Terlihat sebuah senyum kemenangan, rasa senang dan bahagia di balik tawa sang anak menyambut segala dukungan yang telah diberikan oleh para orang tua dan tamu yang ada di dalam ruang aula tersebut.
Tak lama, Anak dari tabung sebelah kanan keluar dari dalam tabungnya. Berbeda dengan anak yang sebelumnya, anak ini terlihat tampak kesakitan berjalan penuh lelah berupaya agar bisa keluar dari dalam tabung.
Pada saat dia sudah berada di luar tabung, dia melihat ke arah tangan kanannya. Dia bertindak seperti seolah-olah dia mengetahui ada sesuatu yang aneh pada tangan kanannya. Dia coba mengeluarkan sesuatu dari tangan kanannya.
Percobaan pertama tampaknya dia tidak berhasil. Dia coba melakukannya lagi beberapa kali, di kali ketiga dia berhasil membuat sebuah bola api raksasa yang berukuran hampir sama dengan tubuhnya saat ini.
Orang tua dari anak itu berteriak memberi semangat dari kejauhan. Anak itu merasa sangat bangga dengan api raksasa yang saat ini berada diatas tangannya. Mendukung anaknya, kedua orang tua anak itu juga memperlihatkan kekuatan yang sama, mereka berdua mengeluarkan sebuah bola api pada tangan kanan mereka, tapi dengan ukuran yang lebih kecil.
Sepertinya kekuatan genetik dari keluarga anak itu hampir seluruhnya sama-sama memiliki kekuatan elemental api. Melihat kenyataan itu Dhika jadi kembali mengingat perkataan yang Yura pernah katakan kepadanya. Mungkinkah dirinya bisa menjadi seorang pemburu monster?
Dhika mengingat kalau di dalam genetik anggota keluarganya tidak ada satupun yang memiliki kekuatan genetik yang cocok untuk digunakan sebagai kekuatan pemburu monster. Tapi Dhika tidak mau menyerah, tidak pernah ada yang tahu apa yang akan terjadi sampai dia mencobanya sendiri secara langsung. Dhika berharap ada sebuah keajaiban tersendiri pada kekuatan genetik yang saat ini tersembunyi di dalam tubuhnya.
Sekarang anak ketiga yang berada di tabung tengah keluar. Dia terlihat masih sangat kesakitan setelah dirinya keluar dari tabung itu. Dia merintih kesakitan kemudian jatuh lemas tak berdaya. Panitia yang melihat kejadian itu meminta tim medik untuk segera datang membantu.
“Hei apa yang sedang terjadi?” sahut Reno cemas.
“Sepertinya tubuh anak itu tidak kuat untuk menerima kekuatan genetik yang muncul dari dalam tubuhnya,” balas Wina kepada Reno.
“Maksud kamu apakah anak itu tidak memiliki kekuatan yang cukup untuk menerima kemampuan potensialnya?”
“Hmm, tidak seperti itu juga Ren, tapi untuk saat ini anak itu belum mampu mengatasi kekuatan terlalu besar yang berasal dari dalam tubuhnya. Dia perlu mendapatkan perawatan ekstra, sampai dia bisa mengendalikannya dengan baik.”
Orang tua dari anak ketiga yang baru saja keluar dari tabung tengah itu terlihat sangat cemas. Mereka berdiri dari tempat duduknya dan segera berlari ke bawah untuk mendekati anaknya. Salah seorang dari Tim medis yang memiliki kekuatan genetik pemulihan, terlihat sibuk menyelamatkan anak tersebut. Sinar berwarna biru langit menyelimuti tu
Doni, Reno dan Wina secara berurutan masuk ke dalam tabung kebangkitan. Para panitia memberikan beberapa instruksi dan kemudian menutup pintu tabung. Setelah pintu tabung ditutup, panitia menekan sebuah tombol yang mengaktifkan tabung kebangkitan tersebut. Ketika tabung itu diaktifkan sinar yang berasal dari sebuah kristal yang berada di
Dhika berteriak sekeras mungkin untuk melampiaskan rasa sakitnya. Sekarang dia merasakan kalau kedua bola matanya sedang terbakar, perih dan pedih seperti disilet berulang-ulang kali.“Aaaaaarrrggghhhhhhh”
Harusnya ada di sekitar sini sih biasanya, tapi … hmm tidak ada, atau mungkin ada di sebelah sana.Dhika mencoba mencari tombol lampu di dekat ruang wastafel kamar mandi perempuan. Biasanya tempat ini sering digunakan oleh anak-anak perempuan
“Hei Win, kemana anak yang lain?” Tanya Yura kepadanya.“Hmm entahlah, biasa anak-anak cowok, selalu datang terlambat, mereka tidak pernah bisa datang tepat waktu.”
Setelah mereka berempat kembali ke tempat duduk yang berada di pelataran luar cafe, mereka membicarakan mengenai apa yang telah mereka alami pada hari sabtu kemarin. Reno segera menceritakan tentang kekuatan barunya, bahwa dia sudah bisa mengendalikan kekuatannya selama 30 menit penuh. Mana, dia membutuhkan lebih banyak mana agar bisa men
Dhika berdiam diri sejenak, dia berpikir dengan lebih baik, dan setelah itu dia berupaya untuk menjelaskan apa yang dia rasakan sekarang.“Saya tidak tahu apakah perubahan pada penglihatan saya adalah kekuatan genetik saya, tapi kalau itu memang benar seperti itu, saya takut kekuatan genetik seperti ini bukanlah kekuatan yang cocok d
Dhika berupaya keras untuk mencari jawabannya. Setelah beberapa kali melihat keanehan pada matanya dia yakin ini adalah kekuatannya.Selama ini dia memang tidak pernah mendengar ada seseorang yang memiliki kekuatan seperti itu. Tapi hanya ini yang selalu terjadi sejak dia mendapatkan kebangkitan kekuatan genetik.
“Tidak, ini tidak benar, mereka sudah berbohong Pak,” Tommy tidak terima kebohongan itu. Dia jadi semakin tidak terkendali.“Pak, pasti … pasti ada rekaman cctv yang bisa kita lihat secara langsung. Bapak bisa melihatnya dari video rekaman cctv. Kami berenam benar-benar tidak bersalah.”“Kami pihak guru bagian disiplin tentu saja sudah melakukannya Tommy, tapi menurut pernyataan dari petugas cctv, video rekaman untuk kamera D1045 mengalami kerusakan. Karena itu kami tidak bisa melihat hasil rekamannya dan untuk mengatasi masalah itu kami sudah meminta kedua saksi ini untuk memberikan keterangan.”“Tapi Pak pernyataan mereka berdua itu bohong, bukan seperti itu kejadiannya.”“Sudah hentikan, kalian ini sudah membuat keributan, sekarang kalian juga berniat untuk memfitnah saksi?”Tommy merasa sangat kesal, tapi dia
“Pertarungaaann!!”Anak-anak berhamburan memperingatkan yang lain telah terjadi keributan di sekitar area ruang makan guild Demeter.Tommy menyerang pria yang baru saja menampar pipi kanan Evi.Billy bereaksi cepat menahan pria lain yang memiliki niat untuk menyerang Tommy dari belakang.Erlang bersama temannya yang lain datang mendekat untuk membantu, tapi Johan yang berbadan paling kekar menutup jalan mereka.Merasa terganggu dengan kehadiran Johan, Erlang langsung mengeluarkan serangan tinju kilat tanpa ragu ke arah perut bagian bawah Johan.Serangan itu begitu keras hingga mengeluarkan kilatan petir.Erlang menggunakan kekuatan genetiknya pada tinju yang dia lontarkan.Johan terlempar sejauh 2 meter bersamaan dengan meja dan kursi yang berada di sekitar lajurnya.Keadaan di sekitar
“Hentikan, dasar pria kotor, apa yang kamu sentuh sekarang.”Dhika tidak sadar kalau sebagian dari pergelangan tangannya sudah menyenggol salah satu bagian paling besar dan sensitif milik gadis itu.Bulatannya terasa begitu padat tapi cukup empuk dan lembut saat pergelangan tangan Dhika langsung bersinggungan dengan bagian itu.Dhika tidak mengelak kalau dia sepertinya menyukai memeluk gadis itu, baru kali ini dia merasakan sesuatu yang membuatnya begitu nyaman.“Hei apa yang sedang kamu lakukan, cepat lepaskan saya!!”Gadis itu berteriak lantang berulang kali tapi Dhika tetap saja tidak mau mendengarkan perkataannya, dia tetap merangkul gadis itu dan membawanya menuju tepian kolam yang lebih aman.Tepat saat berada di tepian kolam gadis itu langsung memperagakan sebuah gerakan judo, dia mengarahkan tangannya ke belakang, meraih kepala
“Dasar anak monster,” teriak Dimas saat jari tangannya digigit oleh Dhika yang terlihat masih berumur 1 tahun.“Dimas apa yang terjadi?” tanya Bunga dengan napas yang tersendat-sendat saat berlari menuju kamar Dhika.Dhika membuka kedua matanya, dia melihat jari tangan ayahnya terluka hingga meneteskan cairan darah yang cukup banyak.Dhika melihat di pojok ruangan kakaknya Darma yang berusia 11 tahun menangis ketakutan.‘Apa ini? Dimana saya? Papah? Mamah?’“Astaga Dimas tangan kamu sampai berdarah seperti ini, tunggu sebentar biarkan saya mengobati tangan kamu. Darma tolong bantu mamah ambilkan perban di sana.”Darma tidak bergeming, dia masih sangat ketakutan.“Argghh dasar monster, dia seharusnya tidak kita lahirkan, dia benar-benar sangat berbahaya untuk keluarga kita.”
Dhika memasuki ruangan yang terlindungi dengan berbagai sistem keamanan.Prof Einheart menaruh kornea matanya pada sebuah alat pendeteksi, setelah itu dia menempelkan kedua telapak tangan dan menyebutkan suara sandi untuk membuka pintu ruang penelitian.“Dhika kemarilah ikuti saya, saya akan menunjukan kepada kamu projek penelitian seperti apa yang sudah dikerjakan oleh kedua orang tua kamu.”Mengikuti langkah prof Einheart, Dhika melihat ada banyak tabung-tabung berisi ranting pohon berwarna hitam yang sedang diteliti oleh para dokter berbaju putih.Beberapa dokter yang melihat kedatangan prof Einheart memberikan hormat kepadanya.Prof Einheart membalas mereka dengan sebuah senyuman singkat sambil mengajak Dhika melihat lebih dekat ke arah tabung-tabung penelitian tersebut.Alexander dan Arnold berjalan mengikuti mereka dari belakang.&nbs
“Hei Dimas apakah kamu memperhatikan gadis baru itu?”“Ya saya tahu dia sangat cantik, memangnya kenapa kamu naksir sama gadis itu?” balas peneliti muda berusia 30 tahun bernama Dimas kepadanya.“Haha tentu saja saya sudah memperhatikan sejak dia masuk pusat penelitian ini 2 minggu yang lalu. Nama gadis itu Bunga, saya dengar dari prof Einheart dia adalah anak jenius yang sudah menyelesaikan gelar doktornya di usia 24 tahun.”“Saya dengar dia memang sangat pandai,” jawab Dimas datar tampak tidak terlalu berminat dengan topik pembicaraan ini.“Dimas, Dimas, hei sampai kapan kamu mau menjomblo seperti ini? Kamu itu sudah berumur 30 tahun, sudah saatnya kamu mencari pasangan hidup. Kalau saya masih belum berkeluarga, saya pasti sudah dekati gadis seperti dia, selain cantik dia sangat pintar. Bayangkan anak seperti apa yang akan lahir dari gadis secan
“Tuan Alexander maaf, tapi sepertinya Tuan pasti sudah salah mengenal orang. Anak itu, dia pencuri barang-barang milik pemburu monster yang sudah mati. Tidak mungkin Tuan mencari anak seperti dia, pasti ada sebuah kekeliruan, saya pasti akan membantu Tuan mencari anak yang Tuan cari.”Erlang tidak percaya kalau Alexander datang ke asrama guild Demeter hanya karena ingin bertemu dengan Dhika.Dia juga sebenarnya tidak rela melihat Dhika yang bukan anak seorang bangsawan didekati oleh Alexander.Dhika hanyalah seorang Herbalist miskin yang tidak punya apa-apa, dia hanya seorang anak yatim piatu dari keluarga yang tidak terpandang.“Tuan tunggu! Dengarkan saya.”Erlang mulai merasa kesal karena kata-katanya tidak didengar sama sekali oleh Alexander.Saat Erlang hendak mendekati Alexander agar bisa berbicara lebih dekat dengannya, Arnold t
“Hei lihat pria tampan berambut putih itu bukankah dia Alexander Fraudilant?” tanya seorang murid wanita dari guild Demeter.“Tidak mungkin untuk apa orang sepenting dia sampai datang ke asrama guild kita,” balas teman murid wanita itu kepadanya.“Tapi dia sangat tampan, seandainya saja dia adalah pacar saya, saya pasti akan memamerkannya kepada seluruh teman-teman saya.”Kedua murid itu saling tertawa memikirkan hal-hal menyenangkan apabila pria tampan tadi adalah pacar mereka.Selain mereka berdua, murid-murid lain yang sedang bersantai di sekitar aula depan pintu asrama pun tampak keheranan melihat sosok Alexander wakil ketua dari guild Chronos sedang berdiri di sana.Saat murid-murid yang lain sibuk berbisik, Erlang yang baru saja datang bersama teman-teman dari golongan bangsawan dari guild lain mendekat ke arah Alexander dengan percaya di
“Awasssss,” teriak Reno kepada Gita dan Vivi.Tabung kaca tempat perawatan Dhika meledak menyambar siapa pun yang berada di sekitarnya.Kotak-kotak lampu juga peralatan-peralatan elektronik di sekitar membuat suara-suara ledakan yang menakutkan.Gita berteriak ketakutan.Reno bereaksi cepat, dia berubah wujud menjadi seekor beruang besar yang melindungi tubuh Gita dan Vivi dari ledakan ataupun percikan listrik di sekitar mereka.Reno benar-benar tidak menyangka Dhika memiliki kekuatan medan energi listrik yang sangat besar hingga mampu menghancurkan peralatan-peralatan medis di rumah sakit ini.Reno tahu Dhika merahasiakan beberapa kekuatan genetiknya, tapi dia belum pernah melihat kekuatan genetik yang seperti ini.Sekarang tubuh Dhika keluar dari dalam tabung, dia terlihat melayang sambil tetap mengeluarkan percikan-percikan