Orang tua dari anak ketiga yang baru saja keluar dari tabung tengah itu terlihat sangat cemas. Mereka berdiri dari tempat duduknya dan segera berlari ke bawah untuk mendekati anaknya. Salah seorang dari Tim medis yang memiliki kekuatan genetik pemulihan, terlihat sibuk menyelamatkan anak tersebut.
Sinar berwarna biru langit menyelimuti tubuh sang anak. Sinar itu memperbaiki seluruh bagian sel dalam tubuhnya yang rusak akibat menerima kekuatan genetik yang terlalu besar secara tiba-tiba.
Setelah beberapa saat, sirkulasi pernafasan anak itu mulai membaik, mimik muka yang sebelumnya terlihat gelisah berubah menjadi tenang. Melihat kondisinya kesehatannya mulai terkendali tim medis yang sedang mengobati anak itu menghentikan kekuatannya.
Orang tua dari anak itu telah datang, mereka meneriakan nama anak itu berulang-ulang kali. Tim medis meminta kedua orang tuanya untuk tenang. Setelah menunggu beberapa menit, akhirnya kedua mata anak itu terbuka.
Melihat kedua orang tuanya ada di hadapannya, anak itu menggengam tangan kedua orang tuanya. Merasakan genggaman tangan dari anaknya mereka memeluknya dengan kasih sayang. Tim medis membawa orang tua dan anak itu untuk segera mengikuti mereka menuju ruang pemulihan.
“Anak-anak kalian semua tetap tenang yah,” ucap Ibu Vina. “Kalian semua tidak perlu menjadi takut. Kejadian seperti tadi itu sudah biasa terjadi. Dari beberapa anak yang masuk ke dalam tabung, akan selalu ada saja beberapa yang mengalami hal seperti itu. Serahkan pada tim medis kita yang sudah sangat terlatih dan berpengalaman untuk bisa mengatasi hal-hal seperti tadi. Sekarang kita tunggu sebentar lagi, sampai panitia acara memperbolehkan kita untuk melanjutkan proses kebangkitan.
Menunggu panitia memberikan ijin, Dhika melihat kedua orang tua yang anaknya memiliki sayap dan kekuatan api, sedang memberikan perhatian yang lembut kepada anak-anaknya. Rasa kasih sayang itu membuat dia sedikit merasa iri. Dia sadar kalau saat ini dia masih punya seorang Ibu yang selalu memperhatikan dirinya. Tidak seharusnya dia jadi merasa iri seperti itu, hanya karena Ayah dan Kakaknya tidak bisa datang pada hari kebangkitan kekuatan genetiknya.
Anak yang telah memiliki sayap dan anak yang bisa mengeluarkan api sekarang pergi keluar dari aula utama mengikuti panitia bersama kedua orang tuanya.
“Nah, anak-anak ayo sekarang berikutnya giliran kalian bertiga,” ucap Ibu Vina kepada tiga anak yang berada pada baris paling depan.
Mereka bertiga sedikit merasa lebih gugup karena mereka telah melihat proses yang menyakitkan dari ketiga anak yang sebelumnya masuk ke dalam tabung itu. Tapi ini adalah giliran mereka untuk masuk ke dalam tabung itu.Dengan sedikit takut dan ragu mereka berupaya untuk mengikuti apa yang diminta oleh panitia acara.
Panitia acara meminta mereka untuk masuk ke dalam tabung. Setelah itu mereka memberikan beberapa petunjuk sebelum mereka menutup pintu tabung itu.
Ketika pintu tabung ditutup, proses yang hampir sama terjadi, namun kali ini sinar cahaya yang muncul dari dalam tabung itu berbeda. Kali ini cahaya yang muncul berwarna biru pada tabung sebelah kiri dan tengah, sedangkan pada tabung sebelah kanan berwarna coklat.
Anak yang berasal dari tabung tengah keluar dengan langkah ringan terkendali. Dia tidak tampak kesakitan sama sekali, dia berjalan keluar dengan tenang dan memperlihatkan kalau dirinya sudah bisa mengendalikan kekuatan itu dengan baik.
Sewaktu berada di luar, dia mencoba kekuatannya untuk membuat sebuah gelembung air yang melidungi dirinya. Gelembung air itu sepertinya tidak hanya melindungi dirinya dari serangan musuh, tapi gelembung itu juga memberikan tenaga pemulihan kepada dia sewaktu berada di dalamnya.
Melihat kemampuan anaknya, orang tua beserta tamu yang berada di aula utama memberikan sambutan. Orang tua anak itu terlihat meneteskan air mata kebahagiaan. Mereka merasa senang dan bangga atas apa yang telah didapatkan oleh anaknya pada hari ini.
Sekarang Anak yang berada pada tabung sebelah kiri keluar. Dia terlihat seperti sedang meraba-raba seluruh bagian tubuhnya. Dia coba berjalan sambil menjaga diri agar tidak terjatuh.
Setelah beberapa saat, dia mulai merasa tubuhnya bisa bergerak dengan seimbang. Tapi sepertinya ada yang salah pada tubuh anak itu. Tubuhnya mudah bergoyang tak beraturan seperti jelly, dan dalam sekejap tubuhnya menghilang dari pandangan mata semua orang yang sedang melihatnya.
Di lantai tempat anak itu menghilang, terlihat ada sebuah genangan air berwarna biru kehijauan. Genangan air itu bergerak-gerak semakin lama semakin cepat menuju ke arah kursi tamu dari kedua orang tuannya.
Setelah berada di dekat orang tuanya, dalam genangan air itu kembali berubah wujud menjadi anak yang sebelumnya keluar dari tabung sebelah kiri. Ibunya yang melihat kejadian itu tentu saja langsung memeluk anaknya erat-erat, dan ayahnya sekarang terlihat sedang memegang pundak anak kesayangannya.
Sambutan meriah kembali diberikan kepada anak tersebut yang tampaknya memiliki kekuatan genetik yang cocok untuk dijadikan sebagai seorang assasin.
Berkali-kali proses munculnya kekuatan genetik pada setiap anak membuat para tamu yang melihatnya sulit untuk bernapas. Kekuatan potensial yang muncul dari setiap anak selalu berbeda-beda. Tidak ada yang tahu bahkan menjamin kekuatan macam apa yang akan muncul dari setiap anak yang masuk ke dalam tabung itu.
Karena itu, tentu saja proses kebangkitan kekuatan genetik sangat membutuhkan bantuan tenaga profesional dari tim medis yang dimiliki oleh sekolah ini. Itu juga yang menjadi alasan kenapa banyak orang tua murid yang memiliki cukup banyak uang, memilih sekolah pelatihan yang memiliki reputasi baik. Bagaimanapun sekolah pelatihan dasar akan menjadi penentu dari masa depan anak-anak mereka.
Sekarang anak yang berasal dari tabung kanan keluar mengikuti jejak teman-temannya yang lain. Anak itu mencoba kekuatan genetiknya. Ketika itu terjadi material pasir dan tanah yang memang tersedia di sekitar aula kebangkitan bergerak memutar mengelilingi dirinya. Anak itu menggerakan kedua tangannya mencoba untuk mengedalikan butiran material pasir dan tanah yang sedang berputar di sekitar tubuhnya. Butiran material pasir dan tanah itu bersatu membentuk sebuah kotak padat yang berukuran genggaman tangannya.
“Dia pengendali pasir,” bisik beberapa anak yang berada disekitar Dhika.
Para orang tua dan para tamu undangan sekali lagi menyambut anak yang telah berhasil mendapatkan kekuatan genetiknya dengan baik.
Proses kebangkitan genetik terus dilakukan kepada anak-anak kelas Ibu Vina secara bergiliran mengikuti baris antrian. Sampai pada akhirnya, sampailah pada giliran Doni, Reno dan Wina. Dhika dan Yura yang masih berada di antrian belakang mereka memberikan semangat.
“Ayo Doni, Reno, Wina, tenanglah, kalian bertiga pasti baik-baik saja,” ucap Dhika.
“Kami berdua akan menunggu kalian di sini,” kata Yura kompak.
Mereka berlima tentu saja merasa gugup sekaligus penasaran akan apa yang sebentar lagi akan mereka dapatkan. Apakah hari ini mereka bisa mendapatkan kekuatan genetik yang selama ini mereka idam-idamkan?
Sebentar lagi mereka semua bisa melihatnya secara langsung. Kekuatan genetik yang bisa mengubah dunia dan masa depan mereka sendiri.
Doni, Reno dan Wina secara berurutan masuk ke dalam tabung kebangkitan. Para panitia memberikan beberapa instruksi dan kemudian menutup pintu tabung. Setelah pintu tabung ditutup, panitia menekan sebuah tombol yang mengaktifkan tabung kebangkitan tersebut. Ketika tabung itu diaktifkan sinar yang berasal dari sebuah kristal yang berada di
Dhika berteriak sekeras mungkin untuk melampiaskan rasa sakitnya. Sekarang dia merasakan kalau kedua bola matanya sedang terbakar, perih dan pedih seperti disilet berulang-ulang kali.“Aaaaaarrrggghhhhhhh”
Harusnya ada di sekitar sini sih biasanya, tapi … hmm tidak ada, atau mungkin ada di sebelah sana.Dhika mencoba mencari tombol lampu di dekat ruang wastafel kamar mandi perempuan. Biasanya tempat ini sering digunakan oleh anak-anak perempuan
“Hei Win, kemana anak yang lain?” Tanya Yura kepadanya.“Hmm entahlah, biasa anak-anak cowok, selalu datang terlambat, mereka tidak pernah bisa datang tepat waktu.”
Setelah mereka berempat kembali ke tempat duduk yang berada di pelataran luar cafe, mereka membicarakan mengenai apa yang telah mereka alami pada hari sabtu kemarin. Reno segera menceritakan tentang kekuatan barunya, bahwa dia sudah bisa mengendalikan kekuatannya selama 30 menit penuh. Mana, dia membutuhkan lebih banyak mana agar bisa men
Dhika berdiam diri sejenak, dia berpikir dengan lebih baik, dan setelah itu dia berupaya untuk menjelaskan apa yang dia rasakan sekarang.“Saya tidak tahu apakah perubahan pada penglihatan saya adalah kekuatan genetik saya, tapi kalau itu memang benar seperti itu, saya takut kekuatan genetik seperti ini bukanlah kekuatan yang cocok d
Dhika berupaya keras untuk mencari jawabannya. Setelah beberapa kali melihat keanehan pada matanya dia yakin ini adalah kekuatannya.Selama ini dia memang tidak pernah mendengar ada seseorang yang memiliki kekuatan seperti itu. Tapi hanya ini yang selalu terjadi sejak dia mendapatkan kebangkitan kekuatan genetik.
Setelah mendapatkan informasi tentang Valia, Dhika semakin yakin kalau mereka berdua punya karakteristik kekuatan yang hampir sama. Memang dia masih harus memastikannya secara langsung dengan membaca buku-buku yang telah ditulis oleh Valia, tapi kenyataan ini sedikit banyak telah membawanya semakin mendekat pada kebenaran.Kebenaran akan kekuatan genetik seperti apa yang dia miliki. Dhika sebenarnya merasa sedikit takut kalau analisa dia kali ini benar. Itu berarti dia tidak bisa menjadi seorang pemburu monster. Dia hanya bisa menjadi seorang herbalist yang berperan sebagai pendukung pemburu monster yang bekerja dibalik medan pertempuran.Apakah kekuatan seorang herbalist bisa menjadikan dirinya cukup berharga untuk teman-temannya? Bagaimana dengan kepercayaan dan harapan yang dimiliki oleh teman-teman pada dirinya selama ini?Dhika teringat kembali dengan apa yang telah dikatakan oleh Reno, Doni, Yura, dan Wina kepadany
“Tidak, ini tidak benar, mereka sudah berbohong Pak,” Tommy tidak terima kebohongan itu. Dia jadi semakin tidak terkendali.“Pak, pasti … pasti ada rekaman cctv yang bisa kita lihat secara langsung. Bapak bisa melihatnya dari video rekaman cctv. Kami berenam benar-benar tidak bersalah.”“Kami pihak guru bagian disiplin tentu saja sudah melakukannya Tommy, tapi menurut pernyataan dari petugas cctv, video rekaman untuk kamera D1045 mengalami kerusakan. Karena itu kami tidak bisa melihat hasil rekamannya dan untuk mengatasi masalah itu kami sudah meminta kedua saksi ini untuk memberikan keterangan.”“Tapi Pak pernyataan mereka berdua itu bohong, bukan seperti itu kejadiannya.”“Sudah hentikan, kalian ini sudah membuat keributan, sekarang kalian juga berniat untuk memfitnah saksi?”Tommy merasa sangat kesal, tapi dia
“Pertarungaaann!!”Anak-anak berhamburan memperingatkan yang lain telah terjadi keributan di sekitar area ruang makan guild Demeter.Tommy menyerang pria yang baru saja menampar pipi kanan Evi.Billy bereaksi cepat menahan pria lain yang memiliki niat untuk menyerang Tommy dari belakang.Erlang bersama temannya yang lain datang mendekat untuk membantu, tapi Johan yang berbadan paling kekar menutup jalan mereka.Merasa terganggu dengan kehadiran Johan, Erlang langsung mengeluarkan serangan tinju kilat tanpa ragu ke arah perut bagian bawah Johan.Serangan itu begitu keras hingga mengeluarkan kilatan petir.Erlang menggunakan kekuatan genetiknya pada tinju yang dia lontarkan.Johan terlempar sejauh 2 meter bersamaan dengan meja dan kursi yang berada di sekitar lajurnya.Keadaan di sekitar
“Hentikan, dasar pria kotor, apa yang kamu sentuh sekarang.”Dhika tidak sadar kalau sebagian dari pergelangan tangannya sudah menyenggol salah satu bagian paling besar dan sensitif milik gadis itu.Bulatannya terasa begitu padat tapi cukup empuk dan lembut saat pergelangan tangan Dhika langsung bersinggungan dengan bagian itu.Dhika tidak mengelak kalau dia sepertinya menyukai memeluk gadis itu, baru kali ini dia merasakan sesuatu yang membuatnya begitu nyaman.“Hei apa yang sedang kamu lakukan, cepat lepaskan saya!!”Gadis itu berteriak lantang berulang kali tapi Dhika tetap saja tidak mau mendengarkan perkataannya, dia tetap merangkul gadis itu dan membawanya menuju tepian kolam yang lebih aman.Tepat saat berada di tepian kolam gadis itu langsung memperagakan sebuah gerakan judo, dia mengarahkan tangannya ke belakang, meraih kepala
“Dasar anak monster,” teriak Dimas saat jari tangannya digigit oleh Dhika yang terlihat masih berumur 1 tahun.“Dimas apa yang terjadi?” tanya Bunga dengan napas yang tersendat-sendat saat berlari menuju kamar Dhika.Dhika membuka kedua matanya, dia melihat jari tangan ayahnya terluka hingga meneteskan cairan darah yang cukup banyak.Dhika melihat di pojok ruangan kakaknya Darma yang berusia 11 tahun menangis ketakutan.‘Apa ini? Dimana saya? Papah? Mamah?’“Astaga Dimas tangan kamu sampai berdarah seperti ini, tunggu sebentar biarkan saya mengobati tangan kamu. Darma tolong bantu mamah ambilkan perban di sana.”Darma tidak bergeming, dia masih sangat ketakutan.“Argghh dasar monster, dia seharusnya tidak kita lahirkan, dia benar-benar sangat berbahaya untuk keluarga kita.”
Dhika memasuki ruangan yang terlindungi dengan berbagai sistem keamanan.Prof Einheart menaruh kornea matanya pada sebuah alat pendeteksi, setelah itu dia menempelkan kedua telapak tangan dan menyebutkan suara sandi untuk membuka pintu ruang penelitian.“Dhika kemarilah ikuti saya, saya akan menunjukan kepada kamu projek penelitian seperti apa yang sudah dikerjakan oleh kedua orang tua kamu.”Mengikuti langkah prof Einheart, Dhika melihat ada banyak tabung-tabung berisi ranting pohon berwarna hitam yang sedang diteliti oleh para dokter berbaju putih.Beberapa dokter yang melihat kedatangan prof Einheart memberikan hormat kepadanya.Prof Einheart membalas mereka dengan sebuah senyuman singkat sambil mengajak Dhika melihat lebih dekat ke arah tabung-tabung penelitian tersebut.Alexander dan Arnold berjalan mengikuti mereka dari belakang.&nbs
“Hei Dimas apakah kamu memperhatikan gadis baru itu?”“Ya saya tahu dia sangat cantik, memangnya kenapa kamu naksir sama gadis itu?” balas peneliti muda berusia 30 tahun bernama Dimas kepadanya.“Haha tentu saja saya sudah memperhatikan sejak dia masuk pusat penelitian ini 2 minggu yang lalu. Nama gadis itu Bunga, saya dengar dari prof Einheart dia adalah anak jenius yang sudah menyelesaikan gelar doktornya di usia 24 tahun.”“Saya dengar dia memang sangat pandai,” jawab Dimas datar tampak tidak terlalu berminat dengan topik pembicaraan ini.“Dimas, Dimas, hei sampai kapan kamu mau menjomblo seperti ini? Kamu itu sudah berumur 30 tahun, sudah saatnya kamu mencari pasangan hidup. Kalau saya masih belum berkeluarga, saya pasti sudah dekati gadis seperti dia, selain cantik dia sangat pintar. Bayangkan anak seperti apa yang akan lahir dari gadis secan
“Tuan Alexander maaf, tapi sepertinya Tuan pasti sudah salah mengenal orang. Anak itu, dia pencuri barang-barang milik pemburu monster yang sudah mati. Tidak mungkin Tuan mencari anak seperti dia, pasti ada sebuah kekeliruan, saya pasti akan membantu Tuan mencari anak yang Tuan cari.”Erlang tidak percaya kalau Alexander datang ke asrama guild Demeter hanya karena ingin bertemu dengan Dhika.Dia juga sebenarnya tidak rela melihat Dhika yang bukan anak seorang bangsawan didekati oleh Alexander.Dhika hanyalah seorang Herbalist miskin yang tidak punya apa-apa, dia hanya seorang anak yatim piatu dari keluarga yang tidak terpandang.“Tuan tunggu! Dengarkan saya.”Erlang mulai merasa kesal karena kata-katanya tidak didengar sama sekali oleh Alexander.Saat Erlang hendak mendekati Alexander agar bisa berbicara lebih dekat dengannya, Arnold t
“Hei lihat pria tampan berambut putih itu bukankah dia Alexander Fraudilant?” tanya seorang murid wanita dari guild Demeter.“Tidak mungkin untuk apa orang sepenting dia sampai datang ke asrama guild kita,” balas teman murid wanita itu kepadanya.“Tapi dia sangat tampan, seandainya saja dia adalah pacar saya, saya pasti akan memamerkannya kepada seluruh teman-teman saya.”Kedua murid itu saling tertawa memikirkan hal-hal menyenangkan apabila pria tampan tadi adalah pacar mereka.Selain mereka berdua, murid-murid lain yang sedang bersantai di sekitar aula depan pintu asrama pun tampak keheranan melihat sosok Alexander wakil ketua dari guild Chronos sedang berdiri di sana.Saat murid-murid yang lain sibuk berbisik, Erlang yang baru saja datang bersama teman-teman dari golongan bangsawan dari guild lain mendekat ke arah Alexander dengan percaya di
“Awasssss,” teriak Reno kepada Gita dan Vivi.Tabung kaca tempat perawatan Dhika meledak menyambar siapa pun yang berada di sekitarnya.Kotak-kotak lampu juga peralatan-peralatan elektronik di sekitar membuat suara-suara ledakan yang menakutkan.Gita berteriak ketakutan.Reno bereaksi cepat, dia berubah wujud menjadi seekor beruang besar yang melindungi tubuh Gita dan Vivi dari ledakan ataupun percikan listrik di sekitar mereka.Reno benar-benar tidak menyangka Dhika memiliki kekuatan medan energi listrik yang sangat besar hingga mampu menghancurkan peralatan-peralatan medis di rumah sakit ini.Reno tahu Dhika merahasiakan beberapa kekuatan genetiknya, tapi dia belum pernah melihat kekuatan genetik yang seperti ini.Sekarang tubuh Dhika keluar dari dalam tabung, dia terlihat melayang sambil tetap mengeluarkan percikan-percikan