Setelah mendapatkan informasi tentang Valia, Dhika semakin yakin kalau mereka berdua punya karakteristik kekuatan yang hampir sama. Memang dia masih harus memastikannya secara langsung dengan membaca buku-buku yang telah ditulis oleh Valia, tapi kenyataan ini sedikit banyak telah membawanya semakin mendekat pada kebenaran.
Kebenaran akan kekuatan genetik seperti apa yang dia miliki. Dhika sebenarnya merasa sedikit takut kalau analisa dia kali ini benar. Itu berarti dia tidak bisa menjadi seorang pemburu monster. Dia hanya bisa menjadi seorang herbalist yang berperan sebagai pendukung pemburu monster yang bekerja dibalik medan pertempuran.
Apakah kekuatan seorang herbalist bisa menjadikan dirinya cukup berharga untuk teman-temannya? Bagaimana dengan kepercayaan dan harapan yang dimiliki oleh teman-teman pada dirinya selama ini?
Dhika teringat kembali dengan apa yang telah dikatakan oleh Reno, Doni, Yura, dan Wina kepadany
“Oh okay bentar Win, Dhika masih ada di kamar, saya ke bawah sekarang juga.”Setelah Dhika sampai ke bawah dan membuka pintu rumah, Wina, Yura, Reno dan Doni berteriak menyambutnya.“Horaaayy akhirnya kita bisa berlatih bersama hari ini,” sapa Reno kepadanya.“Hai alow guys, ayo cepat masuk saja seperti biasa, ibu juga ada di dalam sedang menyiapkan sedikit makanan ringan untuk kalian semua.”“Wah asikk, Reno selalu suka dengan Ibu Dhika yang selalu baik hati, ramah dan penuh perhatian seperti itu hehe.”“Yah Reno mah kalau ada makanan saja kamu selalu bilang kalau orang itu baik,” sindir Wina kepadanya.Semua anak tertawa mendengar Wina yang berkata seperti itu. Sejak sabtu kemarin beberapa kepribadian Wina memang sedikit banyak telah berubah, biasanya dia jarang sekali menyindir orang, atau bahkan
Setelah keluar dari kereta cepat Dhika, Yura dan Doni menaiki kembali kereta lain yang akan membawa mereka ke wilayah yang lebih dekat dengan perpustakaan umum milik pemerintah. Hanya membutuhkan waktu kurang lebih 5 menit berjalan kaki dari sana untuk mencapai lokasi yang mereka tuju.Kereta cepat ini jauh lebih murah dari kereta yang mereka pakai sebelumnya. Kereta antar dalam kota ini hanya membutuhkan biaya perjalanan sebesar dua ribu rupiah.Setelah sampai di stasiun hall 7 mereka berjalan kaki menuju tenpat yang mereka tuju. Dhika, Yura dan Doni baru pertama kali ini pergi mengunjungi perpustakaan umum pemerintah kota Jakarta. Biasanya mereka pergi ke Jakarta hanya ketika mereka hendak berekreasi ke taman hiburan Dufan yang ada di ancol.Kesan pertama yang mereka dapatkan ketika melihat gedung balai perpustakaan umum pemerintah ini sangat menakjubkan. Total lahan dari perpustakaan berkisar 40 hektar, ini 3 kali lip
“Hmm … menarik, berapa umur kamu saat ini nak? Bolehkah bapak juga tahu siapa namamu?”“Saya … nama saya Dhika Satria pak, dan umur saya saat ini baru 7 tahun.”“Dhika Satria yah, senang berkenalan dengan anak muda seperti kamu nak. Kamu cukup tinggi juga yah untuk anak berumur 7 tahun, bapak pikir kamu sudah berumur 10-12 tahun. Oh iyah bapak lupa, perkenalkan juga, nama bapak adalah pak Cokro, kalau masalah umur, hahaha bapak ini sudah sangat tua, saat ini saya sudah berumur 70 tahun.”Dhika merasa tidak percaya dengan apa yang baru saja pak Cokro katakan. Bapak itu tidak terlihat berumur 70 tahun sama sekali, dia masih seperti seorang pria tua berumur 50 tahun. Siapakah pak Cokro ini, dia tidak tampak seperti orang tua pada umumnya, dia berpenampilan sangat rapih dan terlihat seperti orang yang berpendidikan tinggi dari keluarga bangsawan.“D
Melihat buku-buku Valia tidak dibawa pergi oleh bapak itu, Dhika segera melihat ke 3 buku lainnya dan mempelajari isinya. Dhika merasa bahwa dia pasti membutuhkan ke 16 buku herbalist yang telah ditulis oleh Valia, karena itu tanpa berpikir panjang lagi dia segera mengeluarkan telepon genggamnya dan memfoto seluruh isi dari ke 15 buku tersebut.Buku terakhir yang merupakan warisan dari Valia, dia bawa menuju ruang kepala perpustakaan, dan meminta ijin untuk bisa membawa buku itu pulang ke rumahnya.Agar bisa sampai ke tempat itu, Dhika telah meminta petunjuk dari pegawai perpustakaan yang ada di sekitar sana. Dia diantarkan oleh pegawai itu untuk menemui kepala perpustakaan.Pada kepala perpustakaan, Dhika menjelaskan beberapa hal yang ditanyakan dan dia juga memberitahu kata kunci Blue Ocean yang tertulis di dalam buku itu, yang merupakan persyaratan agar dia bisa membawa buku itu pulang.Melihat se
“Dhika gimana, apakah kamu sudah bisa membacanya?”“Ya mah, Dhika bisa membacanya, tapi tidak lama. Kekuatan genetik yang Dhika miliki ini sangat cepat sekali menguras banyak mana.”“Hmm begitu yah. Bagaimana kalau mamah belikan Dhika mana potion, bukankah obat-obatan seperti itu bisa membantu pemulihan mana?”“Mamah benar, itu yang sedang Dhika persiapkan sekarang, untuk bisa membaca buku ini lebih lama Dhika membutuhkan beberapa peralatan herbalist dan juga beberapa bahan untuk meramu obat racikan.”“Obat racikan sendiri? Tapi Dhika, itu kan berbahaya, mamah kurang setuju kalau kamu berani-berani buat racikan obat sendiri. Minimal Dhika harus periksa lebih dahulu efek samping obatnya ke orang yang bisa melakukan identifikasi. Nanti kalau Dhika salah meracik obat kan itu bisa mati. Mamah gak setuju, mamah ijinkan Dhika untuk berlatih menanam tumb
Setelah menyelesaikan sarapan pagi, Dhika pamit untuk kembali ke kamarnya.Di kamar Dhika hendak mencoba serum mana potion yang telah berhasil dia buat. Awalnya dia merasa ketakutan, dia khawatir sesuatu yang buruk bisa terjadi pada dirinya.Ramuan obat ini menggunakan beberapa jenis tanaman yang berasal dari dimensi lain, bisa saja terjadi kontradiksi penolakan dari dalam tubuhnya terhadap unsur senyawa yang berasal dari dimensi lain. Tapi Dhika merasa tidak boleh menyerah, dia harus mencobanya.Akhirnya rasa ingin tahunya mengalahkan rasa takut yang ada di dalam pikirannya. Dhika meminum obat itu sesuai dengan dosis yang telah ditulis oleh Valia.Sewaktu dia meminum serum mana potion itu, dalam waktu singkat, detak jantung yang ada di dalam tubuhnya derdetak lebih cepat. Dia merasa panas dan ada perasaan tidak nyaman. Dia coba untuk menarik nafas dan mengaktifkan kekuatan genetik miliknya.&
Hari demi hari telah berlalu, tidak terasa mereka berlima telah mengarungi masa-masa sekolah di Lavender selama 4 tahun.Banyak hal yang sudah terjadi selama masa itu berlangsung. Sekarang kemampuan herbalist Dhika telah meningkat dengan sangat pesat, pengendalian kemampuan genetiknya semakin terkendali, dan bisnis penjualan tanaman obat yang dia buat bersama keempat temannya sudah mulai membuahkan hasil.Di awal usaha bisnisnya Dhika meminjam identitas milik ibunya sehingga dia bisa membuat id bisnis jual beli online. Nama toko online yang dia buat bersama dengan keempat temannya adalah Bunga Valia. Nama itu dia ambil dari gabungan nama ibunya dan Valia yang selama ini telah mengajarkannya banyak hal tentang dunia herbalist dan alchemist.Selain Dhika, kemajuan teman-temannya yang lain pun sudah meningkat dengan sangat cepat. Sekarang mereka berempat telah menempati posisi pertama di sekolah Lavender pada kelas pemburu
“Hahaha kalau kita dapat uang 1 milyar, itu bisa kita pakai untuk membeli seluruh perlengkapan pemburu monster yang kita butuhkan,” sindir Yura yang juga merasa dipermainkan oleh permintaan dari pelanggan aneh tersebut.“Hei, sebentar tapi kalian tahu kan dia itu Prima Abadi,” kata Doni mengingatkan mereka semua. “Dia adalah salah satu pelanggan setia kita yang selama ini selalu membeli produk dari toko kita dalam jumlah yang cukup banyak.”“Hmm … Doni benar,” jawab Reno. “Bagaimana kalau kita membalas pesan ini, dan tanyakan langsung dengan lebih rinci tentang permintaannya. Siapa tahu kali ini dia memang salah pesan yang seharusnya ditujukan kepada toko obat lain. Minimal kita bisa tetap menjaga hubungan baik dengan pelanggan kita ini. Jangan sampai kita kehilangan pelanggan, penghasilan kita dari toko bunga valia ini telah membiayai kehidupan kita selama ini,” jawab Reno.
“Tidak, ini tidak benar, mereka sudah berbohong Pak,” Tommy tidak terima kebohongan itu. Dia jadi semakin tidak terkendali.“Pak, pasti … pasti ada rekaman cctv yang bisa kita lihat secara langsung. Bapak bisa melihatnya dari video rekaman cctv. Kami berenam benar-benar tidak bersalah.”“Kami pihak guru bagian disiplin tentu saja sudah melakukannya Tommy, tapi menurut pernyataan dari petugas cctv, video rekaman untuk kamera D1045 mengalami kerusakan. Karena itu kami tidak bisa melihat hasil rekamannya dan untuk mengatasi masalah itu kami sudah meminta kedua saksi ini untuk memberikan keterangan.”“Tapi Pak pernyataan mereka berdua itu bohong, bukan seperti itu kejadiannya.”“Sudah hentikan, kalian ini sudah membuat keributan, sekarang kalian juga berniat untuk memfitnah saksi?”Tommy merasa sangat kesal, tapi dia
“Pertarungaaann!!”Anak-anak berhamburan memperingatkan yang lain telah terjadi keributan di sekitar area ruang makan guild Demeter.Tommy menyerang pria yang baru saja menampar pipi kanan Evi.Billy bereaksi cepat menahan pria lain yang memiliki niat untuk menyerang Tommy dari belakang.Erlang bersama temannya yang lain datang mendekat untuk membantu, tapi Johan yang berbadan paling kekar menutup jalan mereka.Merasa terganggu dengan kehadiran Johan, Erlang langsung mengeluarkan serangan tinju kilat tanpa ragu ke arah perut bagian bawah Johan.Serangan itu begitu keras hingga mengeluarkan kilatan petir.Erlang menggunakan kekuatan genetiknya pada tinju yang dia lontarkan.Johan terlempar sejauh 2 meter bersamaan dengan meja dan kursi yang berada di sekitar lajurnya.Keadaan di sekitar
“Hentikan, dasar pria kotor, apa yang kamu sentuh sekarang.”Dhika tidak sadar kalau sebagian dari pergelangan tangannya sudah menyenggol salah satu bagian paling besar dan sensitif milik gadis itu.Bulatannya terasa begitu padat tapi cukup empuk dan lembut saat pergelangan tangan Dhika langsung bersinggungan dengan bagian itu.Dhika tidak mengelak kalau dia sepertinya menyukai memeluk gadis itu, baru kali ini dia merasakan sesuatu yang membuatnya begitu nyaman.“Hei apa yang sedang kamu lakukan, cepat lepaskan saya!!”Gadis itu berteriak lantang berulang kali tapi Dhika tetap saja tidak mau mendengarkan perkataannya, dia tetap merangkul gadis itu dan membawanya menuju tepian kolam yang lebih aman.Tepat saat berada di tepian kolam gadis itu langsung memperagakan sebuah gerakan judo, dia mengarahkan tangannya ke belakang, meraih kepala
“Dasar anak monster,” teriak Dimas saat jari tangannya digigit oleh Dhika yang terlihat masih berumur 1 tahun.“Dimas apa yang terjadi?” tanya Bunga dengan napas yang tersendat-sendat saat berlari menuju kamar Dhika.Dhika membuka kedua matanya, dia melihat jari tangan ayahnya terluka hingga meneteskan cairan darah yang cukup banyak.Dhika melihat di pojok ruangan kakaknya Darma yang berusia 11 tahun menangis ketakutan.‘Apa ini? Dimana saya? Papah? Mamah?’“Astaga Dimas tangan kamu sampai berdarah seperti ini, tunggu sebentar biarkan saya mengobati tangan kamu. Darma tolong bantu mamah ambilkan perban di sana.”Darma tidak bergeming, dia masih sangat ketakutan.“Argghh dasar monster, dia seharusnya tidak kita lahirkan, dia benar-benar sangat berbahaya untuk keluarga kita.”
Dhika memasuki ruangan yang terlindungi dengan berbagai sistem keamanan.Prof Einheart menaruh kornea matanya pada sebuah alat pendeteksi, setelah itu dia menempelkan kedua telapak tangan dan menyebutkan suara sandi untuk membuka pintu ruang penelitian.“Dhika kemarilah ikuti saya, saya akan menunjukan kepada kamu projek penelitian seperti apa yang sudah dikerjakan oleh kedua orang tua kamu.”Mengikuti langkah prof Einheart, Dhika melihat ada banyak tabung-tabung berisi ranting pohon berwarna hitam yang sedang diteliti oleh para dokter berbaju putih.Beberapa dokter yang melihat kedatangan prof Einheart memberikan hormat kepadanya.Prof Einheart membalas mereka dengan sebuah senyuman singkat sambil mengajak Dhika melihat lebih dekat ke arah tabung-tabung penelitian tersebut.Alexander dan Arnold berjalan mengikuti mereka dari belakang.&nbs
“Hei Dimas apakah kamu memperhatikan gadis baru itu?”“Ya saya tahu dia sangat cantik, memangnya kenapa kamu naksir sama gadis itu?” balas peneliti muda berusia 30 tahun bernama Dimas kepadanya.“Haha tentu saja saya sudah memperhatikan sejak dia masuk pusat penelitian ini 2 minggu yang lalu. Nama gadis itu Bunga, saya dengar dari prof Einheart dia adalah anak jenius yang sudah menyelesaikan gelar doktornya di usia 24 tahun.”“Saya dengar dia memang sangat pandai,” jawab Dimas datar tampak tidak terlalu berminat dengan topik pembicaraan ini.“Dimas, Dimas, hei sampai kapan kamu mau menjomblo seperti ini? Kamu itu sudah berumur 30 tahun, sudah saatnya kamu mencari pasangan hidup. Kalau saya masih belum berkeluarga, saya pasti sudah dekati gadis seperti dia, selain cantik dia sangat pintar. Bayangkan anak seperti apa yang akan lahir dari gadis secan
“Tuan Alexander maaf, tapi sepertinya Tuan pasti sudah salah mengenal orang. Anak itu, dia pencuri barang-barang milik pemburu monster yang sudah mati. Tidak mungkin Tuan mencari anak seperti dia, pasti ada sebuah kekeliruan, saya pasti akan membantu Tuan mencari anak yang Tuan cari.”Erlang tidak percaya kalau Alexander datang ke asrama guild Demeter hanya karena ingin bertemu dengan Dhika.Dia juga sebenarnya tidak rela melihat Dhika yang bukan anak seorang bangsawan didekati oleh Alexander.Dhika hanyalah seorang Herbalist miskin yang tidak punya apa-apa, dia hanya seorang anak yatim piatu dari keluarga yang tidak terpandang.“Tuan tunggu! Dengarkan saya.”Erlang mulai merasa kesal karena kata-katanya tidak didengar sama sekali oleh Alexander.Saat Erlang hendak mendekati Alexander agar bisa berbicara lebih dekat dengannya, Arnold t
“Hei lihat pria tampan berambut putih itu bukankah dia Alexander Fraudilant?” tanya seorang murid wanita dari guild Demeter.“Tidak mungkin untuk apa orang sepenting dia sampai datang ke asrama guild kita,” balas teman murid wanita itu kepadanya.“Tapi dia sangat tampan, seandainya saja dia adalah pacar saya, saya pasti akan memamerkannya kepada seluruh teman-teman saya.”Kedua murid itu saling tertawa memikirkan hal-hal menyenangkan apabila pria tampan tadi adalah pacar mereka.Selain mereka berdua, murid-murid lain yang sedang bersantai di sekitar aula depan pintu asrama pun tampak keheranan melihat sosok Alexander wakil ketua dari guild Chronos sedang berdiri di sana.Saat murid-murid yang lain sibuk berbisik, Erlang yang baru saja datang bersama teman-teman dari golongan bangsawan dari guild lain mendekat ke arah Alexander dengan percaya di
“Awasssss,” teriak Reno kepada Gita dan Vivi.Tabung kaca tempat perawatan Dhika meledak menyambar siapa pun yang berada di sekitarnya.Kotak-kotak lampu juga peralatan-peralatan elektronik di sekitar membuat suara-suara ledakan yang menakutkan.Gita berteriak ketakutan.Reno bereaksi cepat, dia berubah wujud menjadi seekor beruang besar yang melindungi tubuh Gita dan Vivi dari ledakan ataupun percikan listrik di sekitar mereka.Reno benar-benar tidak menyangka Dhika memiliki kekuatan medan energi listrik yang sangat besar hingga mampu menghancurkan peralatan-peralatan medis di rumah sakit ini.Reno tahu Dhika merahasiakan beberapa kekuatan genetiknya, tapi dia belum pernah melihat kekuatan genetik yang seperti ini.Sekarang tubuh Dhika keluar dari dalam tabung, dia terlihat melayang sambil tetap mengeluarkan percikan-percikan