Doni, Reno dan Wina secara berurutan masuk ke dalam tabung kebangkitan. Para panitia memberikan beberapa instruksi dan kemudian menutup pintu tabung. Setelah pintu tabung ditutup, panitia menekan sebuah tombol yang mengaktifkan tabung kebangkitan tersebut.
Ketika tabung itu diaktifkan sinar yang berasal dari sebuah kristal yang berada di atas tabung tersebut masuk ke dalam tubuh tiga anak yang berada di dalamnya. Sewaktu itu terjadi ketiga anak yang berada di dalam tabung itu menjerit-jerit kesakitan. Ketiga orang tua dari anak-anak itu beserta teman-teman dekatnya merasa khawatir.
Cahaya yang terpancar dari dalam tabung kebangkitan milik Doni berwarna putih perak, dari tabung Reno berwarna abu gelap, dan Wina berwarna merah darah.
Doni adalah anak yang berhasil keluar pertama kali diantara mereka bertiga. Pada saat keluar, dia tampak kebingungan, tubuhnya melayang terbang dengan sangat ringan. Pada kedua kakinya terlihat seperti ada kekuatan lain yang menopang bobot tubuhnya. Tapi karena dia belum mampu mengendalikan kekuatannya dengan baik, dia mulai terbang lebih tinggi secara tidak beraturan.
Salah seorang tim medis yang melihatnya terbang tak terkendali seperti itu segera mengeluarkan sayap burung merpati dari punggungnya. Dia terbang keatas dan berupaya untuk menenangkan Doni. Dia mengajarkan Doni untuk terbang ringan mengikuti arahannya.
Doni terlihat senang ketika dia mulai bisa mengendalikan kekuatan genetiknya. Dia mulai turun kebwah mengikuti instruksi tim medis yang membantunya.
Orang tua Doni terlihat bercucuran air mata, setelah melihat anaknya yang mungil itu sekarang bisa terbang dengan kekuatan genetiknya.
Di bawah sana Reno yang baru saja keluar dari tabungnya terlihat bersinar dengan kemenangan. Dia berteriak nyaring seperti orang gila yang baru saja memenangkan hadiah undian lotre.
Seluruh badannya sekarang dikelilingi oleh material besi, ketika orang-orang di sekitar melihat dirinya, Reno membuat material besi yang ada disekitar tubuhnya menutupi mukanya untuk membentuk sebuah topeng. Topeng itu terus-menerus berubah bentuk, sampai pada akhirnya terlihat sesosok mahluk buas yang ada pada muka Reno. Mahluk itu tampak seperti beruang ganas bertaring runcing.
“Waaarrrgggghhhhh.”
Reno berteriak keras sambil mengepalkan kedua tangannya ke atas dan menghadap ke arah para penonton. Reno sangat memahami bagaimana caranya dia bisa menarik perhatian banyak orang kepada dirinya.
Penampilannya yang gemilang, dan penguasaannya terhadap kekuatan genetik barunya yang sangat cepat, membuat orang-orang yang ada di sekitar ruang aula berdecak kagum.
Reno adalah salah satu anak yang sampai saat ini telah berhasil menguasai kekuatannya dengan sempurna tepat ketika dia baru saja mendapatkan kekuatan genetiknya hari ini.
Di depan sana Reno tampil seperti calon pahlawan generasi baru yang siap menjadi salah satu pemburu monster kelas atas.
Kedua orang tua Reno beserta seluruh adik-adiknya bersorak-sorai melihat kegemilangan yang Reno dapatkan hari ini. Para tamu yang hadir di tempat itu pun memberikan tepuk tangan yang meriah, menyambut Reno dan Doni yang baru saja mendapatkan kekuatannya.
Berbeda dengan Reno dan Doni, Wina baru saja keluar dari dalam tabungnya dengan napas berat terengah-engah. Wina berjalan memaksakan diri tampak kesakitan. Dhika dan Yura melihat dengan jelas apa yang sedang terjadi pada tubuh Wina.
Seluruh tubuh Wina sekarang telah terbakar dengan api yang muncul dari dalam tubuhnya. Rambutnya yang berwarna hitam sekarang telah berubah menjadi warna merah darah, sama seperti warna cahaya yang muncul dari dalam tabungnya.
Tim medik segera datang untuk membantu. Salah satu dari tim medik berupaya menenangkan Wina dengan memegang pundaknya. Baru saja tangan orang itu menyentuh pundaknya, dalam seketika pria itu terbakar.
Teman dari tim medik yang memiliki kekuatan genetik berelemental air segera datang membantu. Dia mengarahkan tangan kanannya pada tubuh Wina dan tangan kirinya pada tubuh temannya yang sedang terbakar api. Setelah itu dia menghentakan kedua tangannya ke arah mereka berdua untuk mengeluarkan semburan air dingin yang muncul dari bawah ke atas.
Semburan air itu berhasil memadamkan lidah api yang membakar tubuh salah seorang tim medis, maupun tubuh dari Wina sendiri. Beruntung tim medis yang memegang pundak Wina berpakaian pelindung lengkap, sehingga dia terselamatkan dari luka bakar permanen.
Wina sendiri sekarang sedang tersungkur lemas di lantai. Tubuhnya yang baru saja terguyur air dingin sekarang terlihat dikelilingi oleh uap asap yang mengepul dari tubuhnya. Kedua orang tua Wina segera datang mendekat. Tim medis sekarang mencoba untuk lebih berhati-hati untuk tidak sembarang menyentuh tubuh Wina. Mereka coba memegangnya untuk yang kedua kali. Kali ini tubuh Wina tidak membuat tim medis yang hendak merawatnya terbakar seperti sebelumnya.
Tim medis segera mengerahkan diri untuk mengangkat Wina menaiki tandu yang telah dipersiapkan dan membawanya menuju ruang khusus untuk pemulihan.
“Wina, apa yang sebenarnya telah terjadi pada dirinya?” tanya Dhika khawatir.
“Seharusnya sekarang sudah baik-baik saja Dhik,” jawab Yura. “Sepertinya Wina juga belum bisa mengendalikan kekuatan elemen api yang dia dapatkan secara penuh. Tidak bisa mengendalikan kekuatan genetik dengan baik itu bisa terjadi karena dia merasa panik, ketakutan, atau memang tubuhnya belum mampu menerima kekuatan yang terlalu besar bagi dirinya.”
“Jadi maksud kamu, itu bisa saja berarti Wina telah mendapatkan kekuatan genetik yang terlalu kuat untuk tubuhnya saat ini, apakah seperti itu maksudnya?”
“Ya bisa saja seperti itu Dhik, atau seperti yang tadi saya sudah bilang itu terjadi karena Wina terlalu panik dan merasa ketakutan.”
Mendengar penjelasan dari Yura, Dhika memahami kalau Wina bisa saja terlalu panik karena merasa seluruh tubuhnya terbakar oleh api. Siapa saja anak yang mendapatkan kekuatan seperti itu pasti merasakan hal yang sama.
Setelah beberapa waktu, tim telah membenahi area aula utama sehingga bisa kembali digunakan untuk kebangkitan genetik anak-anak berikutnya. Sekarang setelah Doni dan Reno pergi meninggalkan ruang aula utama beserta keluarganya, berikutnya adalah giliran Dhika dan Yura untuk masuk ke dalam tabung kebangkitan.
Ibu Vina meminta Dhika dan Yura, beserta satu anak lainnya untuk segera masuk ke dalam tabung sesuai instruksi panitia. Dhika berjalan masuk ke dalam tabung tersebut, dan mendengarkan instruksi yang diberikan oleh panitia.
“Dek, nanti kalau kamu merasa kesakitan gigit karet ini, karet ini akan membantu kamu untuk menahan rasa sakit, dan mencegah kamu untuk melukai lidah kamu sendiri. Tetap tenang dan berteriak saja apabila merasa tidak kuat untuk menahan rasa sakitnya.”
Dhika menerima potongan batang karet dari panitia, menaruh potongan besar pada mulutnya untuk dia gigit, dan melingkarkan sisa karet tersebut ke belakang kepalanya.
Setelah pintu tabung ditutup, Dhika melihat diatas kepalanya ada sebuah sinar cahaya yang berasal dari kristal berwarna pelangi masuk ke dalam tubuhnya. Ketika sinar cahaya itu merasuki tubuhnya, Dhika merasakan sangat kesakitan.
Jantungnya berdetak lebih cepat, sel-sel di dalam tubuhnya memberontak dengan sangat keras. Ribuan rasa sakit menghampirinya. Dhika melihat sebuah cahaya berwarna hitam pekat keluar dari beberapa bagian pori-pori kulitnya. Dia merasa cahaya itu secara perlahan-lahan naik dari bagian bawah ke bagian leher, mulut dan kepalanya.
“Aaaaaaarrggghhhhhhhhh”
Dhika berteriak sekeras mungkin untuk melampiaskan rasa sakitnya. Sekarang dia merasakan kalau kedua bola matanya sedang terbakar, perih dan pedih seperti disilet berulang-ulang kali.“Aaaaaarrrggghhhhhhh”
Harusnya ada di sekitar sini sih biasanya, tapi … hmm tidak ada, atau mungkin ada di sebelah sana.Dhika mencoba mencari tombol lampu di dekat ruang wastafel kamar mandi perempuan. Biasanya tempat ini sering digunakan oleh anak-anak perempuan
“Hei Win, kemana anak yang lain?” Tanya Yura kepadanya.“Hmm entahlah, biasa anak-anak cowok, selalu datang terlambat, mereka tidak pernah bisa datang tepat waktu.”
Setelah mereka berempat kembali ke tempat duduk yang berada di pelataran luar cafe, mereka membicarakan mengenai apa yang telah mereka alami pada hari sabtu kemarin. Reno segera menceritakan tentang kekuatan barunya, bahwa dia sudah bisa mengendalikan kekuatannya selama 30 menit penuh. Mana, dia membutuhkan lebih banyak mana agar bisa men
Dhika berdiam diri sejenak, dia berpikir dengan lebih baik, dan setelah itu dia berupaya untuk menjelaskan apa yang dia rasakan sekarang.“Saya tidak tahu apakah perubahan pada penglihatan saya adalah kekuatan genetik saya, tapi kalau itu memang benar seperti itu, saya takut kekuatan genetik seperti ini bukanlah kekuatan yang cocok d
Dhika berupaya keras untuk mencari jawabannya. Setelah beberapa kali melihat keanehan pada matanya dia yakin ini adalah kekuatannya.Selama ini dia memang tidak pernah mendengar ada seseorang yang memiliki kekuatan seperti itu. Tapi hanya ini yang selalu terjadi sejak dia mendapatkan kebangkitan kekuatan genetik.
Setelah mendapatkan informasi tentang Valia, Dhika semakin yakin kalau mereka berdua punya karakteristik kekuatan yang hampir sama. Memang dia masih harus memastikannya secara langsung dengan membaca buku-buku yang telah ditulis oleh Valia, tapi kenyataan ini sedikit banyak telah membawanya semakin mendekat pada kebenaran.Kebenaran akan kekuatan genetik seperti apa yang dia miliki. Dhika sebenarnya merasa sedikit takut kalau analisa dia kali ini benar. Itu berarti dia tidak bisa menjadi seorang pemburu monster. Dia hanya bisa menjadi seorang herbalist yang berperan sebagai pendukung pemburu monster yang bekerja dibalik medan pertempuran.Apakah kekuatan seorang herbalist bisa menjadikan dirinya cukup berharga untuk teman-temannya? Bagaimana dengan kepercayaan dan harapan yang dimiliki oleh teman-teman pada dirinya selama ini?Dhika teringat kembali dengan apa yang telah dikatakan oleh Reno, Doni, Yura, dan Wina kepadany
“Oh okay bentar Win, Dhika masih ada di kamar, saya ke bawah sekarang juga.”Setelah Dhika sampai ke bawah dan membuka pintu rumah, Wina, Yura, Reno dan Doni berteriak menyambutnya.“Horaaayy akhirnya kita bisa berlatih bersama hari ini,” sapa Reno kepadanya.“Hai alow guys, ayo cepat masuk saja seperti biasa, ibu juga ada di dalam sedang menyiapkan sedikit makanan ringan untuk kalian semua.”“Wah asikk, Reno selalu suka dengan Ibu Dhika yang selalu baik hati, ramah dan penuh perhatian seperti itu hehe.”“Yah Reno mah kalau ada makanan saja kamu selalu bilang kalau orang itu baik,” sindir Wina kepadanya.Semua anak tertawa mendengar Wina yang berkata seperti itu. Sejak sabtu kemarin beberapa kepribadian Wina memang sedikit banyak telah berubah, biasanya dia jarang sekali menyindir orang, atau bahkan
“Tidak, ini tidak benar, mereka sudah berbohong Pak,” Tommy tidak terima kebohongan itu. Dia jadi semakin tidak terkendali.“Pak, pasti … pasti ada rekaman cctv yang bisa kita lihat secara langsung. Bapak bisa melihatnya dari video rekaman cctv. Kami berenam benar-benar tidak bersalah.”“Kami pihak guru bagian disiplin tentu saja sudah melakukannya Tommy, tapi menurut pernyataan dari petugas cctv, video rekaman untuk kamera D1045 mengalami kerusakan. Karena itu kami tidak bisa melihat hasil rekamannya dan untuk mengatasi masalah itu kami sudah meminta kedua saksi ini untuk memberikan keterangan.”“Tapi Pak pernyataan mereka berdua itu bohong, bukan seperti itu kejadiannya.”“Sudah hentikan, kalian ini sudah membuat keributan, sekarang kalian juga berniat untuk memfitnah saksi?”Tommy merasa sangat kesal, tapi dia
“Pertarungaaann!!”Anak-anak berhamburan memperingatkan yang lain telah terjadi keributan di sekitar area ruang makan guild Demeter.Tommy menyerang pria yang baru saja menampar pipi kanan Evi.Billy bereaksi cepat menahan pria lain yang memiliki niat untuk menyerang Tommy dari belakang.Erlang bersama temannya yang lain datang mendekat untuk membantu, tapi Johan yang berbadan paling kekar menutup jalan mereka.Merasa terganggu dengan kehadiran Johan, Erlang langsung mengeluarkan serangan tinju kilat tanpa ragu ke arah perut bagian bawah Johan.Serangan itu begitu keras hingga mengeluarkan kilatan petir.Erlang menggunakan kekuatan genetiknya pada tinju yang dia lontarkan.Johan terlempar sejauh 2 meter bersamaan dengan meja dan kursi yang berada di sekitar lajurnya.Keadaan di sekitar
“Hentikan, dasar pria kotor, apa yang kamu sentuh sekarang.”Dhika tidak sadar kalau sebagian dari pergelangan tangannya sudah menyenggol salah satu bagian paling besar dan sensitif milik gadis itu.Bulatannya terasa begitu padat tapi cukup empuk dan lembut saat pergelangan tangan Dhika langsung bersinggungan dengan bagian itu.Dhika tidak mengelak kalau dia sepertinya menyukai memeluk gadis itu, baru kali ini dia merasakan sesuatu yang membuatnya begitu nyaman.“Hei apa yang sedang kamu lakukan, cepat lepaskan saya!!”Gadis itu berteriak lantang berulang kali tapi Dhika tetap saja tidak mau mendengarkan perkataannya, dia tetap merangkul gadis itu dan membawanya menuju tepian kolam yang lebih aman.Tepat saat berada di tepian kolam gadis itu langsung memperagakan sebuah gerakan judo, dia mengarahkan tangannya ke belakang, meraih kepala
“Dasar anak monster,” teriak Dimas saat jari tangannya digigit oleh Dhika yang terlihat masih berumur 1 tahun.“Dimas apa yang terjadi?” tanya Bunga dengan napas yang tersendat-sendat saat berlari menuju kamar Dhika.Dhika membuka kedua matanya, dia melihat jari tangan ayahnya terluka hingga meneteskan cairan darah yang cukup banyak.Dhika melihat di pojok ruangan kakaknya Darma yang berusia 11 tahun menangis ketakutan.‘Apa ini? Dimana saya? Papah? Mamah?’“Astaga Dimas tangan kamu sampai berdarah seperti ini, tunggu sebentar biarkan saya mengobati tangan kamu. Darma tolong bantu mamah ambilkan perban di sana.”Darma tidak bergeming, dia masih sangat ketakutan.“Argghh dasar monster, dia seharusnya tidak kita lahirkan, dia benar-benar sangat berbahaya untuk keluarga kita.”
Dhika memasuki ruangan yang terlindungi dengan berbagai sistem keamanan.Prof Einheart menaruh kornea matanya pada sebuah alat pendeteksi, setelah itu dia menempelkan kedua telapak tangan dan menyebutkan suara sandi untuk membuka pintu ruang penelitian.“Dhika kemarilah ikuti saya, saya akan menunjukan kepada kamu projek penelitian seperti apa yang sudah dikerjakan oleh kedua orang tua kamu.”Mengikuti langkah prof Einheart, Dhika melihat ada banyak tabung-tabung berisi ranting pohon berwarna hitam yang sedang diteliti oleh para dokter berbaju putih.Beberapa dokter yang melihat kedatangan prof Einheart memberikan hormat kepadanya.Prof Einheart membalas mereka dengan sebuah senyuman singkat sambil mengajak Dhika melihat lebih dekat ke arah tabung-tabung penelitian tersebut.Alexander dan Arnold berjalan mengikuti mereka dari belakang.&nbs
“Hei Dimas apakah kamu memperhatikan gadis baru itu?”“Ya saya tahu dia sangat cantik, memangnya kenapa kamu naksir sama gadis itu?” balas peneliti muda berusia 30 tahun bernama Dimas kepadanya.“Haha tentu saja saya sudah memperhatikan sejak dia masuk pusat penelitian ini 2 minggu yang lalu. Nama gadis itu Bunga, saya dengar dari prof Einheart dia adalah anak jenius yang sudah menyelesaikan gelar doktornya di usia 24 tahun.”“Saya dengar dia memang sangat pandai,” jawab Dimas datar tampak tidak terlalu berminat dengan topik pembicaraan ini.“Dimas, Dimas, hei sampai kapan kamu mau menjomblo seperti ini? Kamu itu sudah berumur 30 tahun, sudah saatnya kamu mencari pasangan hidup. Kalau saya masih belum berkeluarga, saya pasti sudah dekati gadis seperti dia, selain cantik dia sangat pintar. Bayangkan anak seperti apa yang akan lahir dari gadis secan
“Tuan Alexander maaf, tapi sepertinya Tuan pasti sudah salah mengenal orang. Anak itu, dia pencuri barang-barang milik pemburu monster yang sudah mati. Tidak mungkin Tuan mencari anak seperti dia, pasti ada sebuah kekeliruan, saya pasti akan membantu Tuan mencari anak yang Tuan cari.”Erlang tidak percaya kalau Alexander datang ke asrama guild Demeter hanya karena ingin bertemu dengan Dhika.Dia juga sebenarnya tidak rela melihat Dhika yang bukan anak seorang bangsawan didekati oleh Alexander.Dhika hanyalah seorang Herbalist miskin yang tidak punya apa-apa, dia hanya seorang anak yatim piatu dari keluarga yang tidak terpandang.“Tuan tunggu! Dengarkan saya.”Erlang mulai merasa kesal karena kata-katanya tidak didengar sama sekali oleh Alexander.Saat Erlang hendak mendekati Alexander agar bisa berbicara lebih dekat dengannya, Arnold t
“Hei lihat pria tampan berambut putih itu bukankah dia Alexander Fraudilant?” tanya seorang murid wanita dari guild Demeter.“Tidak mungkin untuk apa orang sepenting dia sampai datang ke asrama guild kita,” balas teman murid wanita itu kepadanya.“Tapi dia sangat tampan, seandainya saja dia adalah pacar saya, saya pasti akan memamerkannya kepada seluruh teman-teman saya.”Kedua murid itu saling tertawa memikirkan hal-hal menyenangkan apabila pria tampan tadi adalah pacar mereka.Selain mereka berdua, murid-murid lain yang sedang bersantai di sekitar aula depan pintu asrama pun tampak keheranan melihat sosok Alexander wakil ketua dari guild Chronos sedang berdiri di sana.Saat murid-murid yang lain sibuk berbisik, Erlang yang baru saja datang bersama teman-teman dari golongan bangsawan dari guild lain mendekat ke arah Alexander dengan percaya di
“Awasssss,” teriak Reno kepada Gita dan Vivi.Tabung kaca tempat perawatan Dhika meledak menyambar siapa pun yang berada di sekitarnya.Kotak-kotak lampu juga peralatan-peralatan elektronik di sekitar membuat suara-suara ledakan yang menakutkan.Gita berteriak ketakutan.Reno bereaksi cepat, dia berubah wujud menjadi seekor beruang besar yang melindungi tubuh Gita dan Vivi dari ledakan ataupun percikan listrik di sekitar mereka.Reno benar-benar tidak menyangka Dhika memiliki kekuatan medan energi listrik yang sangat besar hingga mampu menghancurkan peralatan-peralatan medis di rumah sakit ini.Reno tahu Dhika merahasiakan beberapa kekuatan genetiknya, tapi dia belum pernah melihat kekuatan genetik yang seperti ini.Sekarang tubuh Dhika keluar dari dalam tabung, dia terlihat melayang sambil tetap mengeluarkan percikan-percikan