“Saya Thor sang Master Blacksmith tentunya akan memastikan kalian semua bisa menjadi anak-anak yang hebat, tidak akan ada satu kekuatan genetik pun yang tidak bisa kami kembangkan. Kami akan pelajari kekuatan kalian, latih, bimbing, dan tingkatkan, sampai kalian semua bisa menemukan jati diri kalian yang sejati.”
“Sekarang mari kita semua membuka acara kebangkitan ini dengan keyakinan, keberanian dan kemeriahan. Untuk para Pahlawan masa depannnn!”
Setelah Thor berteriak dengan sangat lantang, seluruh orang yang hadir di ruangan itu serempak bangkit berdiri, dan meneriakan kata-kata yang sama.
< Untuk para Pahlawan masa depannnn! >
Terompet sangkakala dikumandangkan dan puluhan genderang besar ditabuh dengan sangat kuat. Mendadak suasana yang ada di ruang aula besar itu menjadi seperti sebuah medan perang. Pintu utama kembali terbuka dengan kencang, terdengar suara keras dari ke dua daun pintu menabrak dinding tembok.
< Bruakkk >
Dari sana muncul puluhan anak-anak kelas 6 yang sedang berlarian menuju ruang tengah sambil mempertunjukan kebolehan dari kekuatan genetik yang mereka miliki.
“Dhika lihat! Itu disana ada kak Willy,” tunjuk Reno.
“Mana, mana? ... ah iyah itu kak Willy, kerennn, pedangnya berelemen lahar api, hampir sama seperti yang dimiliki oleh taring serigala.”
Saat ini Willy yang memiliki kelas genetik bertipe warrior terlihat sedang menebas beberapa kali pedang besar dua tangan yang dipegangnya ke hadapan para penonton. Ketika pedang besar itu ditebaskan, terlihat lidah-lidah api sedang menyambar kesana kemari. Penonton yang berada di dekat lintasan tebasan itu merasakan udara panas beberapa kali menyambar mereka.
Beberapa orang tua murid dan para tamu tentu saja sangat senang sekali bisa menyaksikan secara langsung pertunjukan-pertunjukan seperti ini yang telah dipersiapkan oleh pihak sekolah. Mereka berulang kali terlihat memberikan tepuk tangan meriah untuk mendukung anak-anak kelas 6 yang sedang mempertunjukan kebolehannya.
Setelah melakukan beberapa gerakan kombinasi, Willy melompat dengan sangat tinggi. Terlihat aliran angin mengalir ke atas mengikuti langkah lompatan yang dia lakukan. Setelah itu dia memutarkan badannya berulang kali seperti seseorang yang sedang bersalto di angkasa.
Setelah melakukan beberapa kali putaran di udara dia tanpa ragu menghempaskan pedang besar dua tangan yang sedang dia pegang itu 45 derajat ke arah depan dan mengarahkannya pada podium tempat dimana para guru kepala sedang duduk dan Thor berada di mimbar.
Pedang yang dialiri energi panas dari lidah api itu melesat dengan sangat kencang menuju tempat para guru berada.
Melihat tindakan seperti itu, tentunya semua orang yang hadir di tempat itu terguncang kaget. Apa yang sebenarnya sedang direncanakan oleh Willy? Apakah dia berniat untuk membunuh para guru secara terang-terangan seperti ini? Tapi untuk apa? Apakah dia punya sebuah dendam kepada mereka?
Pedang besar yang dilemparkan oleh Willy terlihat bergerak semakin cepat dan semakin mendekat ke arah meja podium.
“Hentikan!!!” Suara seorang guru berteriak.
Tak lama, terlihat dari kejauhan seorang anak kelas 6 sedang berlari dengan kecepatan tinggi menuju podium sambil membawa perisai besar dengan kedua tangannya. Anak itu bergerak dengan sangat cepat menggunakan kekuatan genetik elemen angin yang dia miliki.
Dalam sekejab dia telah berada di depan podium, lebih cepat dari pedang yang dilemparkan oleh Willy sebelumnya. Di depan podium dia membalikan tubuhnya dan dengan terampil dia mengarahkan perisai yang dia bawa ke arah dari mana amukan pedang berlahar api itu datang.
Perisai yang dia gunakan terlihat sangat besar, bahkan lebih besar dari tubuh anak yang sedang membawanya. Beberapa saat ketika pedang itu hendak mengenai permukaan perisai, secercah sinar berwarna kuning keemasan menyala di sekitar perisai tersebut.
Aktifnya tenaga pelindung yang berada di sekitar perisai itu menahan laju pedang tersebut dan melontarkannya kembali ke arah dimana Willy sudah bersiap diri untuk segera mengambil pedangnya kembali. Setelah pedang itu ditangkap, Willy kembali memperlihatkan atraksinya dengan menggunakan pedang itu bersama dengan teman-temannya yang lain.
Para penonton yang melihat kejadian barusan tentu saja sangat terkejut. Pada awalnya mereka berpikir ada seorang murid yang memiliki niat untuk membunuh gurunya, tapi ternyata itu semua hanyalah salah satu bagian dari pertunjukan.
“Hahaha, apa yang kak Willy lakukan? Itu hanyalah sebuah pertunjukan? Tapi apakah perlu sampai melakukan hal berbahaya seperti itu demi sebuah pertunjukan? Bagaimana kalau seandainya mereka melakukan kesalahan,” kritik Yura.
“Ya memang pertunjukan tadi sepertinya terlalu berlebihan. Seharusnya kak Willy tidak melakukan hal seperti itu,” Dhika menyetujui kata-katanya.
“Win gimana sih kakak kamu itu,” goda Reno kepadanya.
“Apa sih Reno, kamu jangan suka berbicara yang aneh-aneh yah.”
“Hahaha, maaf maaf, jangan marah begitu atuh, kan saya hanya bercanda. Tapi hei apa tadi kalian melihat kakak kelas kita yang membawa perisai besar? Kakak itu bernama kak Brandon. Dia itu berumur 12 tahun lho, tubuhnya memang terlihat kecil, tapi kak Brandon itu terkenal sangat kuat. Dia itu pemilik kekuatan genetik elemen angin tipe Tank yang bisa bergerak dengan kecepatan tinggi. Itu benar-benar sangat special, jarang sekali ada Tank yang memiliki pertahanan kuat, tapi bisa bergerak dengan kecepatan seperti itu. Rasanya hanya kak Brandon yang bisa melakukan hal seperti tadi.”
“Reno memangnya kamu kenal dengan kakak tadi?” tanya Dhika kepadanya.
“Tentu saja, kak Brandon itu Tank, jadi Reno pasti kenal, walau tidak pernah bisa menyapanya secara langsung sih.”
“Eh sepertinya sudah selesai tuh pertunjukannya,” ucap Wina kepada teman-temannya. “Ayo kita sudah harus bersiap-siap sekarang. Wali kelas kita bilang setelah acara pembukaan selesai kita semua anak-anak kelas 2 sudah harus pindah dari tempat duduk ini keluar aula. Kita harus membuat barisan antrian di luar sana.”
“Oh iyah, itu Ibu Vina disana sudah kasih petunjuk kepada kita agar kelas kita segera bersiap-siap,” tunjuk Doni menambahkan.
“Ayo Doni, urutannya kan kamu dulu, setelah itu Reno, Wina, Dhika baru saya,” ucap Yura mengingatkan.
“Iyah, baiklah kalau begitu ayo kita semua ke sana sekarang.”
Bersama teman-teman satu kelasnya, Dhika, Reno, Doni, Yura dan Wina keluar dari barisan tempat duduk mereka yang ada di ruang samping aula. Mereka keluar secara bergantian menuju pintu samping yang telah ditunjuk oleh beberapa panitia dan Ibu Vina sendiri. Total ada 257 anak seangkatan dengan Dhika yang akan mendapatkan kebangkitan potensial genetik pada hari ini. Setiap wali kelas biasanya akan membimbing 25 sampai 35 anak didik.
Ibu Vina adalah wali kelas yang cukup galak, tapi dibalik sifatnya yang seperti itu, Ibu Vina juga sangat perhatian pada apa yang sedang dihadapi oleh murid-muridnya. Ibu Vina memiliki kekuatan genetik tipe Beast Master, dia punya beberapa monster yang telah dia latih sendiri. Salah satunya adalah monster besar yang menyerupai triceratop.
Kelas Ibu Vina adalah yang pertama kali maju untuk masuk ke ruang aula dari pintu utama. Anak-anak sekarang berjalan melewati karpet merah yang sebelumnya memang telah disediakan untuk menyambut para guru. Sekarang di depan podium telah disediakan 3 tabung berukuran besar yang akan digunakan untuk membangkitkan kekuatan terpendam dari set
Orang tua dari anak ketiga yang baru saja keluar dari tabung tengah itu terlihat sangat cemas. Mereka berdiri dari tempat duduknya dan segera berlari ke bawah untuk mendekati anaknya. Salah seorang dari Tim medis yang memiliki kekuatan genetik pemulihan, terlihat sibuk menyelamatkan anak tersebut. Sinar berwarna biru langit menyelimuti tu
Doni, Reno dan Wina secara berurutan masuk ke dalam tabung kebangkitan. Para panitia memberikan beberapa instruksi dan kemudian menutup pintu tabung. Setelah pintu tabung ditutup, panitia menekan sebuah tombol yang mengaktifkan tabung kebangkitan tersebut. Ketika tabung itu diaktifkan sinar yang berasal dari sebuah kristal yang berada di
Dhika berteriak sekeras mungkin untuk melampiaskan rasa sakitnya. Sekarang dia merasakan kalau kedua bola matanya sedang terbakar, perih dan pedih seperti disilet berulang-ulang kali.“Aaaaaarrrggghhhhhhh”
Harusnya ada di sekitar sini sih biasanya, tapi … hmm tidak ada, atau mungkin ada di sebelah sana.Dhika mencoba mencari tombol lampu di dekat ruang wastafel kamar mandi perempuan. Biasanya tempat ini sering digunakan oleh anak-anak perempuan
“Hei Win, kemana anak yang lain?” Tanya Yura kepadanya.“Hmm entahlah, biasa anak-anak cowok, selalu datang terlambat, mereka tidak pernah bisa datang tepat waktu.”
Setelah mereka berempat kembali ke tempat duduk yang berada di pelataran luar cafe, mereka membicarakan mengenai apa yang telah mereka alami pada hari sabtu kemarin. Reno segera menceritakan tentang kekuatan barunya, bahwa dia sudah bisa mengendalikan kekuatannya selama 30 menit penuh. Mana, dia membutuhkan lebih banyak mana agar bisa men
Dhika berdiam diri sejenak, dia berpikir dengan lebih baik, dan setelah itu dia berupaya untuk menjelaskan apa yang dia rasakan sekarang.“Saya tidak tahu apakah perubahan pada penglihatan saya adalah kekuatan genetik saya, tapi kalau itu memang benar seperti itu, saya takut kekuatan genetik seperti ini bukanlah kekuatan yang cocok d
“Tidak, ini tidak benar, mereka sudah berbohong Pak,” Tommy tidak terima kebohongan itu. Dia jadi semakin tidak terkendali.“Pak, pasti … pasti ada rekaman cctv yang bisa kita lihat secara langsung. Bapak bisa melihatnya dari video rekaman cctv. Kami berenam benar-benar tidak bersalah.”“Kami pihak guru bagian disiplin tentu saja sudah melakukannya Tommy, tapi menurut pernyataan dari petugas cctv, video rekaman untuk kamera D1045 mengalami kerusakan. Karena itu kami tidak bisa melihat hasil rekamannya dan untuk mengatasi masalah itu kami sudah meminta kedua saksi ini untuk memberikan keterangan.”“Tapi Pak pernyataan mereka berdua itu bohong, bukan seperti itu kejadiannya.”“Sudah hentikan, kalian ini sudah membuat keributan, sekarang kalian juga berniat untuk memfitnah saksi?”Tommy merasa sangat kesal, tapi dia
“Pertarungaaann!!”Anak-anak berhamburan memperingatkan yang lain telah terjadi keributan di sekitar area ruang makan guild Demeter.Tommy menyerang pria yang baru saja menampar pipi kanan Evi.Billy bereaksi cepat menahan pria lain yang memiliki niat untuk menyerang Tommy dari belakang.Erlang bersama temannya yang lain datang mendekat untuk membantu, tapi Johan yang berbadan paling kekar menutup jalan mereka.Merasa terganggu dengan kehadiran Johan, Erlang langsung mengeluarkan serangan tinju kilat tanpa ragu ke arah perut bagian bawah Johan.Serangan itu begitu keras hingga mengeluarkan kilatan petir.Erlang menggunakan kekuatan genetiknya pada tinju yang dia lontarkan.Johan terlempar sejauh 2 meter bersamaan dengan meja dan kursi yang berada di sekitar lajurnya.Keadaan di sekitar
“Hentikan, dasar pria kotor, apa yang kamu sentuh sekarang.”Dhika tidak sadar kalau sebagian dari pergelangan tangannya sudah menyenggol salah satu bagian paling besar dan sensitif milik gadis itu.Bulatannya terasa begitu padat tapi cukup empuk dan lembut saat pergelangan tangan Dhika langsung bersinggungan dengan bagian itu.Dhika tidak mengelak kalau dia sepertinya menyukai memeluk gadis itu, baru kali ini dia merasakan sesuatu yang membuatnya begitu nyaman.“Hei apa yang sedang kamu lakukan, cepat lepaskan saya!!”Gadis itu berteriak lantang berulang kali tapi Dhika tetap saja tidak mau mendengarkan perkataannya, dia tetap merangkul gadis itu dan membawanya menuju tepian kolam yang lebih aman.Tepat saat berada di tepian kolam gadis itu langsung memperagakan sebuah gerakan judo, dia mengarahkan tangannya ke belakang, meraih kepala
“Dasar anak monster,” teriak Dimas saat jari tangannya digigit oleh Dhika yang terlihat masih berumur 1 tahun.“Dimas apa yang terjadi?” tanya Bunga dengan napas yang tersendat-sendat saat berlari menuju kamar Dhika.Dhika membuka kedua matanya, dia melihat jari tangan ayahnya terluka hingga meneteskan cairan darah yang cukup banyak.Dhika melihat di pojok ruangan kakaknya Darma yang berusia 11 tahun menangis ketakutan.‘Apa ini? Dimana saya? Papah? Mamah?’“Astaga Dimas tangan kamu sampai berdarah seperti ini, tunggu sebentar biarkan saya mengobati tangan kamu. Darma tolong bantu mamah ambilkan perban di sana.”Darma tidak bergeming, dia masih sangat ketakutan.“Argghh dasar monster, dia seharusnya tidak kita lahirkan, dia benar-benar sangat berbahaya untuk keluarga kita.”
Dhika memasuki ruangan yang terlindungi dengan berbagai sistem keamanan.Prof Einheart menaruh kornea matanya pada sebuah alat pendeteksi, setelah itu dia menempelkan kedua telapak tangan dan menyebutkan suara sandi untuk membuka pintu ruang penelitian.“Dhika kemarilah ikuti saya, saya akan menunjukan kepada kamu projek penelitian seperti apa yang sudah dikerjakan oleh kedua orang tua kamu.”Mengikuti langkah prof Einheart, Dhika melihat ada banyak tabung-tabung berisi ranting pohon berwarna hitam yang sedang diteliti oleh para dokter berbaju putih.Beberapa dokter yang melihat kedatangan prof Einheart memberikan hormat kepadanya.Prof Einheart membalas mereka dengan sebuah senyuman singkat sambil mengajak Dhika melihat lebih dekat ke arah tabung-tabung penelitian tersebut.Alexander dan Arnold berjalan mengikuti mereka dari belakang.&nbs
“Hei Dimas apakah kamu memperhatikan gadis baru itu?”“Ya saya tahu dia sangat cantik, memangnya kenapa kamu naksir sama gadis itu?” balas peneliti muda berusia 30 tahun bernama Dimas kepadanya.“Haha tentu saja saya sudah memperhatikan sejak dia masuk pusat penelitian ini 2 minggu yang lalu. Nama gadis itu Bunga, saya dengar dari prof Einheart dia adalah anak jenius yang sudah menyelesaikan gelar doktornya di usia 24 tahun.”“Saya dengar dia memang sangat pandai,” jawab Dimas datar tampak tidak terlalu berminat dengan topik pembicaraan ini.“Dimas, Dimas, hei sampai kapan kamu mau menjomblo seperti ini? Kamu itu sudah berumur 30 tahun, sudah saatnya kamu mencari pasangan hidup. Kalau saya masih belum berkeluarga, saya pasti sudah dekati gadis seperti dia, selain cantik dia sangat pintar. Bayangkan anak seperti apa yang akan lahir dari gadis secan
“Tuan Alexander maaf, tapi sepertinya Tuan pasti sudah salah mengenal orang. Anak itu, dia pencuri barang-barang milik pemburu monster yang sudah mati. Tidak mungkin Tuan mencari anak seperti dia, pasti ada sebuah kekeliruan, saya pasti akan membantu Tuan mencari anak yang Tuan cari.”Erlang tidak percaya kalau Alexander datang ke asrama guild Demeter hanya karena ingin bertemu dengan Dhika.Dia juga sebenarnya tidak rela melihat Dhika yang bukan anak seorang bangsawan didekati oleh Alexander.Dhika hanyalah seorang Herbalist miskin yang tidak punya apa-apa, dia hanya seorang anak yatim piatu dari keluarga yang tidak terpandang.“Tuan tunggu! Dengarkan saya.”Erlang mulai merasa kesal karena kata-katanya tidak didengar sama sekali oleh Alexander.Saat Erlang hendak mendekati Alexander agar bisa berbicara lebih dekat dengannya, Arnold t
“Hei lihat pria tampan berambut putih itu bukankah dia Alexander Fraudilant?” tanya seorang murid wanita dari guild Demeter.“Tidak mungkin untuk apa orang sepenting dia sampai datang ke asrama guild kita,” balas teman murid wanita itu kepadanya.“Tapi dia sangat tampan, seandainya saja dia adalah pacar saya, saya pasti akan memamerkannya kepada seluruh teman-teman saya.”Kedua murid itu saling tertawa memikirkan hal-hal menyenangkan apabila pria tampan tadi adalah pacar mereka.Selain mereka berdua, murid-murid lain yang sedang bersantai di sekitar aula depan pintu asrama pun tampak keheranan melihat sosok Alexander wakil ketua dari guild Chronos sedang berdiri di sana.Saat murid-murid yang lain sibuk berbisik, Erlang yang baru saja datang bersama teman-teman dari golongan bangsawan dari guild lain mendekat ke arah Alexander dengan percaya di
“Awasssss,” teriak Reno kepada Gita dan Vivi.Tabung kaca tempat perawatan Dhika meledak menyambar siapa pun yang berada di sekitarnya.Kotak-kotak lampu juga peralatan-peralatan elektronik di sekitar membuat suara-suara ledakan yang menakutkan.Gita berteriak ketakutan.Reno bereaksi cepat, dia berubah wujud menjadi seekor beruang besar yang melindungi tubuh Gita dan Vivi dari ledakan ataupun percikan listrik di sekitar mereka.Reno benar-benar tidak menyangka Dhika memiliki kekuatan medan energi listrik yang sangat besar hingga mampu menghancurkan peralatan-peralatan medis di rumah sakit ini.Reno tahu Dhika merahasiakan beberapa kekuatan genetiknya, tapi dia belum pernah melihat kekuatan genetik yang seperti ini.Sekarang tubuh Dhika keluar dari dalam tabung, dia terlihat melayang sambil tetap mengeluarkan percikan-percikan