“Taring serigala sekali lagi telah membuktikan kepada kita semua kalau dia memang layak disebut sebagai pemburu monster terkuat saat ini. Bayangkan hanya dalam waktu satu hari saja dia telah berhasil mengalahkan semua monster yang ada di dalam portal dimensi itu seorang diri,” sahut seorang komentator dari sebuah acara liputan live Moutuber langganan Dhika.
“Percayalah kalian semua tidak salah mendengar kata-kata tadi, saya beritahu sekali lagi hanya dalam satu hari seorang diri, dia tidak perlu siapapun lagi untuk membantunya, dia masuk, dia beraksi, dan dia lenyapkan semua monster yang ada.”
“Coba, coba, coba lihatlah kemari, apakah kalian bisa melihat semuanya ini? Ini hanyalah sebagian kecil dari monster-monster yang telah dia kalahkan seorang diri di dalam portal dimensi ini. Ada begitu banyak monster ras Minatour, mereka semua terlihat sangat kuat dan menakutkan … tapi itu kalau mereka masih hidup tentunya ahahaha.”
“Jadi bagaimana nih, apakah kalian semua sudah cukup puas? Apakah kalian semua bisa tertidur pulas malam ini? Tentu saja, selama ada taring serigala yang bertugas di negara kita, kita pasti bisa tertidur lelap setiap hari.”
“Kita tidak bisa meliput wawancara secara langsung dengan pahlawan kita ini, yang tentu saja kalian semua tahu alasannya. Kalau begitu saya Tommy Kuswanto, saya mengucapkan terima kasih banyak kepada kalian semua yang telah mensubcribe dan menonton acara liputan live saya hari ini. Saya undur diri dan selamat malam semuanya.”
Terlihat sebuah senyum kemenangan terpancar dari mimik muka Dhika. Dia merasa sangat puas setelah mendengarkan berita live yang telah ditayangkan secara langsung oleh Moutuber Tommy Kuswanto langganannya.
“Yeahhh akhirnya, sudah saya duga taring serigala pasti bisa mengalahkan seluruh monster itu hanya dalam waktu beberapa hari saja.”
Dhika kemudian mematikan tombol smart tv di ruang keluarga yang baru saja dia gunakan sebelumnya. Setelah itu Dhika berdiri dan melihat ibunya di belakang sedang asik melukis di ruang hobi yang posisinya berdekatan dengan ruang keluarga.
“Mah kalau papah kemana? Apakah hari ini tidak pulang juga?”
“Dhika kan mamah kemarin sudah bilang, papah kamu itu sedang ada pekerjaan yang sangat penting di luar kota. Mamah juga tidak tahu kapan papah akan pulang, tapi katanya bisa 1 minggu sampai 1 bulan. Kenapa Dhika rindu yah sama papah? Biasanya kalau ada papah di rumah kamu gak pernah cari tuh, sekarang papah gak ada malah nyariin.”
“Hah gak juga, cuma rasanya aneh saja di rumah jadi kayak sepi, gak ada orang. Papah keluar kota, kakak juga kerja di luar kota, kalau sudah malem seperti ini rumah kita seperti gak ada kehidupan aja jadinya.”
“Aduh anak mamah, jadi lagi kesepian yah. Kesini atuh temani mamah melukis.”
“Ahh tidak-tidak, kalau melukis sih gak mau, lebih baik Dhika belajar sendiri saja di dalam kamar.”
“Ya sudah kalau gitu anak mamah belajar aja yah di kamar, Dhika mau makan buah-buahan dulu gak?”
“Gah ah sudah kenyang Mah, makasih. Oh iyah Mamah masih ingat kan, hari sabtu ini Dhika akan mendapatkan kekuatan genetik? Acaranya akan diadakan di sekolah dari pukul 8 pagi sampai 12 siang.”
“Oh iyah mamah ingat kok … hmm jadi karena itu Dhika tanya tentang papah … Dhika jangan marah yah nak, walau papah tidak bisa datang, tapi mamah pasti akan rekam acaranya. Nanti papah kamu bisa langsung lihat hasil rekaman videonya secara langsung.”
“Hmm ya tidak apa-apa, kalau gitu Dhika ke kamar dulu, kalau ada apa-apa panggil saja.”
Dhika berjalan masuk ke dalam ruang kamar tidurnya yang berukuran 5 x 6 meter. Di dalamnya lengkap dengan peralatan kamar tidur berukuran double bed, meja belajar panjang, lemari baju, dan satu set lemari dimana dia biasa menyimpan beberapa mainan action figure taring serigala. Dhika juga memiliki akuarium ikan air tawar yang dia taruh di dekat lemari mainan action figure.
Dhika menyalakan tombol on pada komputer berteknologi tinggi yang ada pada meja belajarnya. Komputer itu diperlengkapi dengan 3 layar monitor yang berada di tengah, sebelah kiri dan kanan. Setelah komputer itu menyala Dhika membuka beberapa program aplikasi yang ada di dalam komputer tersebut. Salah satunya adalah program aplikasi jaringan sosial yang biasa dia gunakan bersama dengan teman-teman masa kecilnya Reno, Yura, Doni dan Wina.
Baru saja dia mengaktifkan aplikasi tersebut, muncul di layar sebuah tampilan chat yang berasal dari Reno.
“Hei Dhika, akhirnya kamu ol juga, kamu tadi sudah lihat berita live taring serigala di Moutuber kan?”
“Ya tentu saja Ren, kata-kata kita kemarin sore sudah terbukti kan, taring serigala pasti berhasil menaklukan portal dimensi itu.”
“Ya kamu benar Dhik, oh ya ini anak-anak yang lain sepertinya sudah online.”
“Okay kalau gitu sekarang kita aktifkan saja mode tele conference Ren.”
Dhika terlihat sedang menekan tombol opsi tele conference pada layar monitornya.
“Hai, hai selamat malam semuanya,” sapa Wina senang.
“Lho Win rambut kamu kok masih basah gitu sih, baru beres mandi yah?” tanya Reno.
“Hahaha iyah ini, tadi Wina baru saja beres mandi, hari ini di rumah lagi ada acara makan-makan, papah mamah Wina kan hari ini ulang tahun pernikahan yang ke 20. Jadi tadi kita di rumah lagi pada ngumpul, dan ini juga baru aja beres. Oh iyah Don makanan yang kamu buat tadi sore enak juga lho, nanti kapan-kapan ajari Wina cara membuatnya yah.”
“Oh makanan tadi sore yah, boleh Win nanti kalau kamu mau ikut belajar buat makanan seperti tadi boleh kok. Wina kapan-kapan bisa langsung bergabung ke kelas masak di sekolah, nanti disana saya akan ajarkan cara membuatnya.”
“Wah mimpi apa saya semalam, kok kamu sekarang mau coba belajar masak sih Win, jangan-jangan kamu belajar masak agar bisa kasih makan siang untuk kak Willy yah? Cieee cieee, temen kita ada yang lagi jatuh cinta nih”
“Eh apa sih Reno, kamu ini suka halu aja.”
“Kak Willy? Tanya Yura kaget. “Tadi sore kalian bertiga bertemu dengan kak Willy?”
“Iyah Yura tadi kita bertiga bertemu dengan kak Willy waktu kita selesai berlatih. Tadi siang kita lupa tidak cerita sama kalian berdua,” jawab Dhika.
“Apa saja yang kalian bicarakan dengan kak Willy?” tanya Yura penasaran.
“Hmm tidak banyak juga sih hanya …”
“Kak Willy bilang kita hebat,” potong Reno. “Kita bertiga hebat karena sudah mampu mengalahkan bos dari portal dimensi akasia level 50 hehehe keren kan.”
“Ya ya ya, tapi itu kan hanya pertarungan virtual saja Ren,” ucap Yura. “Lagi pula kalian bermain game itu hanya menggunakan skill settingan kok, itu kan bukan skill asli milik kalian. Bagaimana nanti kalau pada hari sabtu nanti ternyata kalian tidak memiliki kemampuan genetik yang cocok sebagai pemburu monster, bukankah semuanya itu akan jadi sia-sia.”
“Lho kamu kok gitu sih Yur, kenapa kamu bilang seperti itu,” protes Reno. “Itu kan jadi seperti kamu sedang mendoakan kita semua agar tidak mendapatkan kekuatan genetik sebagai pemburu monster.”
“Bukan, bukan seperti itu maksudnya Reno,” jawab Yura. “Tapi ini yang menjadi alasan kenapa saya tidak pernah mau ikut pelatihan virtual sewaktu kita belum jelas kekuatan genetik seperti apa yang nantinya bisa kita miliki. Bayangkan seandainya Reno yang berlatih menjadi Tank, tapi pada saat hari sabtu nanti kemampuan genetik yang Reno miliki sebenarnya adalah tipe Assasin misalnya, bukankah itu akan menjadi sulit, untuk kita bisa membiasakan diri lagi.”
Pada acara kebangkitan setiap anak yang mendapatkan gilirannya, akan masuk ke sebuah tabung dan mendapatkan radiasi cahaya yang muncul dari sebuah batu kristal berwarna pelangi ketika mereka berada di dalamnya. Cahaya dari batu kristal ini hanya akan bereaksi kepada anak-anak yang belum mendapatkan kekuatan genetik. Sinar yang muncul dari dalam batu ini akan masuk ke dalam tubuh anak tersebut dan membangkitkan seluruh potensi genetik yang selama ini tersembunyi di dalam tubuhnya.
“Saya Thor sang Master Blacksmith tentunya akan memastikan kalian semua bisa menjadi anak-anak yang hebat, tidak akan ada satu kekuatan genetik pun yang tidak bisa kami kembangkan. Kami akan pelajari kekuatan kalian, latih, bimbing, dan tingkatkan, sampai kalian semua bisa menemukan jati diri kalian yang sejati.”“Sekaran
Kelas Ibu Vina adalah yang pertama kali maju untuk masuk ke ruang aula dari pintu utama. Anak-anak sekarang berjalan melewati karpet merah yang sebelumnya memang telah disediakan untuk menyambut para guru. Sekarang di depan podium telah disediakan 3 tabung berukuran besar yang akan digunakan untuk membangkitkan kekuatan terpendam dari set
Orang tua dari anak ketiga yang baru saja keluar dari tabung tengah itu terlihat sangat cemas. Mereka berdiri dari tempat duduknya dan segera berlari ke bawah untuk mendekati anaknya. Salah seorang dari Tim medis yang memiliki kekuatan genetik pemulihan, terlihat sibuk menyelamatkan anak tersebut. Sinar berwarna biru langit menyelimuti tu
Doni, Reno dan Wina secara berurutan masuk ke dalam tabung kebangkitan. Para panitia memberikan beberapa instruksi dan kemudian menutup pintu tabung. Setelah pintu tabung ditutup, panitia menekan sebuah tombol yang mengaktifkan tabung kebangkitan tersebut. Ketika tabung itu diaktifkan sinar yang berasal dari sebuah kristal yang berada di
Dhika berteriak sekeras mungkin untuk melampiaskan rasa sakitnya. Sekarang dia merasakan kalau kedua bola matanya sedang terbakar, perih dan pedih seperti disilet berulang-ulang kali.“Aaaaaarrrggghhhhhhh”
Harusnya ada di sekitar sini sih biasanya, tapi … hmm tidak ada, atau mungkin ada di sebelah sana.Dhika mencoba mencari tombol lampu di dekat ruang wastafel kamar mandi perempuan. Biasanya tempat ini sering digunakan oleh anak-anak perempuan
“Tidak, ini tidak benar, mereka sudah berbohong Pak,” Tommy tidak terima kebohongan itu. Dia jadi semakin tidak terkendali.“Pak, pasti … pasti ada rekaman cctv yang bisa kita lihat secara langsung. Bapak bisa melihatnya dari video rekaman cctv. Kami berenam benar-benar tidak bersalah.”“Kami pihak guru bagian disiplin tentu saja sudah melakukannya Tommy, tapi menurut pernyataan dari petugas cctv, video rekaman untuk kamera D1045 mengalami kerusakan. Karena itu kami tidak bisa melihat hasil rekamannya dan untuk mengatasi masalah itu kami sudah meminta kedua saksi ini untuk memberikan keterangan.”“Tapi Pak pernyataan mereka berdua itu bohong, bukan seperti itu kejadiannya.”“Sudah hentikan, kalian ini sudah membuat keributan, sekarang kalian juga berniat untuk memfitnah saksi?”Tommy merasa sangat kesal, tapi dia
“Pertarungaaann!!”Anak-anak berhamburan memperingatkan yang lain telah terjadi keributan di sekitar area ruang makan guild Demeter.Tommy menyerang pria yang baru saja menampar pipi kanan Evi.Billy bereaksi cepat menahan pria lain yang memiliki niat untuk menyerang Tommy dari belakang.Erlang bersama temannya yang lain datang mendekat untuk membantu, tapi Johan yang berbadan paling kekar menutup jalan mereka.Merasa terganggu dengan kehadiran Johan, Erlang langsung mengeluarkan serangan tinju kilat tanpa ragu ke arah perut bagian bawah Johan.Serangan itu begitu keras hingga mengeluarkan kilatan petir.Erlang menggunakan kekuatan genetiknya pada tinju yang dia lontarkan.Johan terlempar sejauh 2 meter bersamaan dengan meja dan kursi yang berada di sekitar lajurnya.Keadaan di sekitar
“Hentikan, dasar pria kotor, apa yang kamu sentuh sekarang.”Dhika tidak sadar kalau sebagian dari pergelangan tangannya sudah menyenggol salah satu bagian paling besar dan sensitif milik gadis itu.Bulatannya terasa begitu padat tapi cukup empuk dan lembut saat pergelangan tangan Dhika langsung bersinggungan dengan bagian itu.Dhika tidak mengelak kalau dia sepertinya menyukai memeluk gadis itu, baru kali ini dia merasakan sesuatu yang membuatnya begitu nyaman.“Hei apa yang sedang kamu lakukan, cepat lepaskan saya!!”Gadis itu berteriak lantang berulang kali tapi Dhika tetap saja tidak mau mendengarkan perkataannya, dia tetap merangkul gadis itu dan membawanya menuju tepian kolam yang lebih aman.Tepat saat berada di tepian kolam gadis itu langsung memperagakan sebuah gerakan judo, dia mengarahkan tangannya ke belakang, meraih kepala
“Dasar anak monster,” teriak Dimas saat jari tangannya digigit oleh Dhika yang terlihat masih berumur 1 tahun.“Dimas apa yang terjadi?” tanya Bunga dengan napas yang tersendat-sendat saat berlari menuju kamar Dhika.Dhika membuka kedua matanya, dia melihat jari tangan ayahnya terluka hingga meneteskan cairan darah yang cukup banyak.Dhika melihat di pojok ruangan kakaknya Darma yang berusia 11 tahun menangis ketakutan.‘Apa ini? Dimana saya? Papah? Mamah?’“Astaga Dimas tangan kamu sampai berdarah seperti ini, tunggu sebentar biarkan saya mengobati tangan kamu. Darma tolong bantu mamah ambilkan perban di sana.”Darma tidak bergeming, dia masih sangat ketakutan.“Argghh dasar monster, dia seharusnya tidak kita lahirkan, dia benar-benar sangat berbahaya untuk keluarga kita.”
Dhika memasuki ruangan yang terlindungi dengan berbagai sistem keamanan.Prof Einheart menaruh kornea matanya pada sebuah alat pendeteksi, setelah itu dia menempelkan kedua telapak tangan dan menyebutkan suara sandi untuk membuka pintu ruang penelitian.“Dhika kemarilah ikuti saya, saya akan menunjukan kepada kamu projek penelitian seperti apa yang sudah dikerjakan oleh kedua orang tua kamu.”Mengikuti langkah prof Einheart, Dhika melihat ada banyak tabung-tabung berisi ranting pohon berwarna hitam yang sedang diteliti oleh para dokter berbaju putih.Beberapa dokter yang melihat kedatangan prof Einheart memberikan hormat kepadanya.Prof Einheart membalas mereka dengan sebuah senyuman singkat sambil mengajak Dhika melihat lebih dekat ke arah tabung-tabung penelitian tersebut.Alexander dan Arnold berjalan mengikuti mereka dari belakang.&nbs
“Hei Dimas apakah kamu memperhatikan gadis baru itu?”“Ya saya tahu dia sangat cantik, memangnya kenapa kamu naksir sama gadis itu?” balas peneliti muda berusia 30 tahun bernama Dimas kepadanya.“Haha tentu saja saya sudah memperhatikan sejak dia masuk pusat penelitian ini 2 minggu yang lalu. Nama gadis itu Bunga, saya dengar dari prof Einheart dia adalah anak jenius yang sudah menyelesaikan gelar doktornya di usia 24 tahun.”“Saya dengar dia memang sangat pandai,” jawab Dimas datar tampak tidak terlalu berminat dengan topik pembicaraan ini.“Dimas, Dimas, hei sampai kapan kamu mau menjomblo seperti ini? Kamu itu sudah berumur 30 tahun, sudah saatnya kamu mencari pasangan hidup. Kalau saya masih belum berkeluarga, saya pasti sudah dekati gadis seperti dia, selain cantik dia sangat pintar. Bayangkan anak seperti apa yang akan lahir dari gadis secan
“Tuan Alexander maaf, tapi sepertinya Tuan pasti sudah salah mengenal orang. Anak itu, dia pencuri barang-barang milik pemburu monster yang sudah mati. Tidak mungkin Tuan mencari anak seperti dia, pasti ada sebuah kekeliruan, saya pasti akan membantu Tuan mencari anak yang Tuan cari.”Erlang tidak percaya kalau Alexander datang ke asrama guild Demeter hanya karena ingin bertemu dengan Dhika.Dia juga sebenarnya tidak rela melihat Dhika yang bukan anak seorang bangsawan didekati oleh Alexander.Dhika hanyalah seorang Herbalist miskin yang tidak punya apa-apa, dia hanya seorang anak yatim piatu dari keluarga yang tidak terpandang.“Tuan tunggu! Dengarkan saya.”Erlang mulai merasa kesal karena kata-katanya tidak didengar sama sekali oleh Alexander.Saat Erlang hendak mendekati Alexander agar bisa berbicara lebih dekat dengannya, Arnold t
“Hei lihat pria tampan berambut putih itu bukankah dia Alexander Fraudilant?” tanya seorang murid wanita dari guild Demeter.“Tidak mungkin untuk apa orang sepenting dia sampai datang ke asrama guild kita,” balas teman murid wanita itu kepadanya.“Tapi dia sangat tampan, seandainya saja dia adalah pacar saya, saya pasti akan memamerkannya kepada seluruh teman-teman saya.”Kedua murid itu saling tertawa memikirkan hal-hal menyenangkan apabila pria tampan tadi adalah pacar mereka.Selain mereka berdua, murid-murid lain yang sedang bersantai di sekitar aula depan pintu asrama pun tampak keheranan melihat sosok Alexander wakil ketua dari guild Chronos sedang berdiri di sana.Saat murid-murid yang lain sibuk berbisik, Erlang yang baru saja datang bersama teman-teman dari golongan bangsawan dari guild lain mendekat ke arah Alexander dengan percaya di
“Awasssss,” teriak Reno kepada Gita dan Vivi.Tabung kaca tempat perawatan Dhika meledak menyambar siapa pun yang berada di sekitarnya.Kotak-kotak lampu juga peralatan-peralatan elektronik di sekitar membuat suara-suara ledakan yang menakutkan.Gita berteriak ketakutan.Reno bereaksi cepat, dia berubah wujud menjadi seekor beruang besar yang melindungi tubuh Gita dan Vivi dari ledakan ataupun percikan listrik di sekitar mereka.Reno benar-benar tidak menyangka Dhika memiliki kekuatan medan energi listrik yang sangat besar hingga mampu menghancurkan peralatan-peralatan medis di rumah sakit ini.Reno tahu Dhika merahasiakan beberapa kekuatan genetiknya, tapi dia belum pernah melihat kekuatan genetik yang seperti ini.Sekarang tubuh Dhika keluar dari dalam tabung, dia terlihat melayang sambil tetap mengeluarkan percikan-percikan