Beranda / Romansa / Wonderstruck / Ulang Tahun [1]

Share

Ulang Tahun [1]

Penulis: Indah Hanaco
last update Terakhir Diperbarui: 2021-07-18 12:18:16

“Mara....”

Lamunan Amara kocar-kacir karena suara yang menyebut nama kesayangannya itu. Amara menghentikan langkah dan baru menyadari kalau dia sedang berdiri berhadap-hadapan dengan si jangkung Ji Hwan. Cowok itu menghadiahinya seulas senyum yang masuk kategori menawan.

“Halo, Ji Hwan,” balas Amara, berusaha santai. Tangan kanannya nyaris merogoh tas untuk mencari lolipop. Namun entah kenapa Amara tidak ingin Ji Hwan makin memandangnya sebagai gadis aneh. Sudah terlalu banyak keganjilan yang dilakukannya di depan cowok itu.

“Kamu kuliah jam berapa?” tanya Ji Hwan lembut. Pertanyaan itu membuat Amara melirik ke arah jam tangannya.

“Kurang lebih dua puluh menit lagi. Ini aku mau ke kantin dulu, sudah ditunggu Sophie. Dia baru datang karena memang tak ada kuliah pagi,” urai Amara.

“Oh. Nanti malam kamu  ada acara, Mara?” tanya Ji Hwan blak-blakan.

“Nanti malam?” ulang

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Wonderstruck   Ulang Tahun [2]

    Amara tidak sanggup bicara hingga akhirnya dia memilih menganggukkan kepala saja. Gadis itu tidak mau mengambil risiko Ji Hwan mendengar suaranya yang tercekik. Pita suara Amara tampaknya selalu mengalami masalah serius tiap kali berdekatan dengan kaum berhormon testosteron. Terutama Ji Hwan.Sepanjang siang, Amara tidak benar-benar menyadari apa yang terjadi. Entah berapa kali Sophie menyikutnya karena tenggelam dalam lamunan. Kali ini Amara bahkan tidak mengajukan protes meski sikutan Sophie yang membuatnya meringis. Otaknya terlalu penuh oleh gema ajakan Ji Hwan tadi.“Kamu kenapa? Dari tadi melamun melulu,” bisik Sophie saat kuliah akhirnya berakhir. Amara membereskan buku-bukunya tanpa menoleh.“Nggak ada apa-apa,” jawabnya.“Apa kamu ketemu sama si Monster itu lagi?” tanya Sophie, terdengar cemas.“Nggak, kok! Seharian ini aku malah nggak mikirin dia. Tadi pun pas datang ke kampus, agak lupa celinguka

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-18
  • Wonderstruck   Ulang Tahun [3]

    Ji Hwan menatap pintu restoran yang terbuat dari kaca dan memungkinkannya leluasa memandang ke luar. Amara sudah telat nyaris dua puluh menit. Dia sama sekali tidak tahu apakah terlambat merupakan kebiasaan Amara. Menyabarkan diri, Ji Hwan tetap bertahan di tempat duduknya.Ada keinginan untuk menghubungi Amara via telepon. Atau berkirim pesan lewat aplikasi WhatsApp. Ji Hwan menyimpan nomor ponsel gadis itu. Akan tetapi, dia tahu bahwa Amara tak sama dengan gadis-gadis lain. Jika dia salah langkah, bisa-bisa Amara malah makin menjauh dan membencinya.Ji Hwan tidak tahu apa yang sudah dialami Amara seputar lawan jenis. Namun dia bisa menebak bahwa gadis itu pernah melewati pengalaman traumatis yang membuatnya begitu kaku dan waspada saat berada di depan kaum adam. Seharusnya, dia menjauh dari gadis itu. Akan tetapi, perasaannya tak bisa dibohongi atau dikendalikan. Dia sangat menyukai Amara dan bertekad tak akan mundur sebelum berusaha mati-matian.“Kamu a

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-19
  • Wonderstruck   Ulang Tahun [4]

    “Ah, Mara, kenapa nggak bilang terus terang kalau kamu tak tertarik untuk datang?” keluh Ji Hwan dalam hati.Dada Ji Hwan terasa ngilu karena fakta itu. Kenapa dia tidak bisa menjadi cowok istimewa di mata Amara? Sejak awal Ji Hwan sudah tahu kalau Amara memiliki persoalan serius sehubungan dengan lawan jenis. Dia masih belum bisa lupa reaksi gadis itu tatkala mereka bertemu di kampus pertama kali. Reaksi yang menguakkan banyak fakta.Namun pada akhirnya yang salah adalah Ji Hwan. Sudah tahu dia berhadapan dengan gadis yang tidak mudah bahkan sekadar untuk diajak bicara, tapi masih saja nekat menyukai Amara. Dan entah keberanian dari mana yang membuatnya mengajak Amara untuk merayakan hari bersejarahnya kali ini.Ji Hwan meraih ponsel di sakunya dan nyaris memencet panggilan cepat nomor dua. Namun dia buru-buru membatalkan niat itu sekuat tenaga. Amara bukan orang yang mudah diprediksi, jauh lebih rumit dibanding rumus kimia paling kompleks. Ji Hwan

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-19
  • Wonderstruck   Ulang Tahun [5]

    Selama berhari-hari, Amara berdebat dengan hatinya sendiri. Akal sehat versus emosi. Dan makin lama dia hanya mampu menahan gunungan rasa malu yang kian meninggi. Di masyarakat mana pun apa yang sudah dilakukan Amara tidak pantas mendapat pemakluman, kan? Dia memang sudah keterlaluan.Amara terjebak dalam perasaan yang saling tarik-menarik. Merasa bersalah tapi tidak melihat jalan keluar yang bisa membebaskannya dari perasaan itu. Meminta maaf menjadi terasa sangat berat karena jauh di kedalaman hatinya Amara cemas Ji Hwan benar-benar marah dan tak akan sudi memaafkannya.Entah sejak kapan perasaan Ji Hwan menjadi penting baginya. Namun setelah berusaha keras memikirkan segala kemungkinan, Amara mengambil kesimpulan. Ji Hwan yang sabar dan tidak menjauh darinya seharusnya mendapat lebih banyak penghargaan. Bukan karena Ji Hwan mengaku punya perasaan istimewa untuk Amara, melainkan sebagai seorang manusia seharusnya gadis itu memberikan atensi yang pantas.&ldquo

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-19
  • Wonderstruck   Ulang Tahun [6]

    Ji Hwan melongo. Ekspresinya tampak menggelikan hingga membuat Amara diam-diam menahan senyum. Tebakan Amara, cowok itu tidak menyangka akan mendengarnya bicara cukup panjang. Ini pasti menjadi semacam rekor baru dalam interaksi mereka berdua.“Kamu mungkin nggak tau, tapi aku merasa bersalah karena udah ngebatalin janji secara sepihak. Aku bahkan udah bertingkah nggak sopan, kan? Seharusnya aku meneleponmu supaya kamu nggak menunggu-nunggu. Aku tau itu, tapi aku tetap aja nggak melakukannya.” Amara menunduk, kehilangan kata-kata. Dia sendiri cukup kaget karena bisa berbicara lumayan panjang meski tentu tak berarti banyak bagi Ji Hwan.“Kalau kamu memang nggak mau makan malam denganku, bukan masalah, kok. Aku bisa mengerti,” kata Ji Hwan dengan suara rendah.“Bukan begitu!” suara Amara agak kencang. Dia segera menyesali kecerobohannya saat menyadari beberapa pengunjung menatapnya seakan berkata “ini perpustakaan, bukan t

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-20
  • Wonderstruck   Malam Spesial [1]

    Sepanjang sisa siang itu, Amara diterpa kegugupan luar biasa yang coba disembunyikan setengah mati. Lututnya bergetar, membuat gadis itu tak sanggup berdiri lebih dari lima detak jantung. Telapak tangannya dibanjiri keringat yang seakan tidak bisa berhenti mengalir. Entah berapa kali dia mengusapkan tangannya di kaus yang dikenakan. Tremor di sana-sini.Setelah meninggalkan perpustakaan, Amara mulai merasa kacau. Andai bisa, betapa ingin gadis pingsan dan terbangun esok paginya saja. Sehingga bisa melewatkan malam itu. Sayangnya itu mustahil, kecuali dia menderita penyakit berbahaya yang memungkinkan kehilangan kesadaran dalam jangka waktu lama.Amara memilih berjalan kaki menuju kampusnya yang memang bersebelahan dengan perpustakaan. Kepalanya tertunduk sambil menendang kerikil kecil di tepi jalan. Ada banyak mahasiswa yang berlalu lalang di sekitar Amara, tapi gadis itu tenggelam dalam dunianya sendiri.“Kamu kenapa? Apa enaknya melamun sambil jalan? Bis

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-20
  • Wonderstruck   Malam Spesial [2]

    “Kamu beneran nggak keberatan meneleponku tiap sepuluh menit?” Amara memastikan dengan tatapan tak percaya.“Tentu! Apa susahnya nelepon tiap sepuluh menit?” Sophie malah balik bertanya. Suara gadis itu melembut saat bicara lagi. “Kasih kesempatan untuk Ji Hwan, Mara. Juga kesempatan untuk dirimu sendiri. Bukan kesempatan yang aneh, cuma untuk ngedapetin teman baru. Jangan mikir terlalu jauh dulu, apalagi yang jelek-jelek. Aku percaya Ji Hwan orang yang baik. Pada dasarnya, ada lebih banyak orang baik di dunia ini, kok.”Amara ingin membantah. Cello adalah contoh nyata, sosok yang selama bertahun-tahun dianggapnya sebagai teman baik yang memiliki hati lurus. Namun akhirnya Amara memilih menelan kembali kata-katanya. Sophie benar, dia harus memberi kesempatan pada Ji Hwan dan dirinya sendiri. Minimal untuk saling kenal, berinteraksi lebih intens dibanding yang sudah terjadi. Apa pun yang terjadi di masa depan, dia akan mencari t

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-20
  • Wonderstruck   Malam Spesial [3]

    Tanpa terasa, tahu-tahu hari sudah merayap dalam kegelapan dan malam menjelang. Amara sudah rapi sejak pukul setengah tujuh. Dia nyaris menutup mata dan menahan napas saat meraih celana jeans dan kemeja putih dengan aksen kancing di bagian lengan. Amara tidak ingin berdandan heboh dan memberikan kesan yang keliru kepada Ji Hwan. Rapi dan nyaman adalah pilihan terbaik, setidaknya untuk saat itu.“Kamu mau keluar ya, Mara?” tanya Ika saat mengantarkan pakaian yang baru diambil dari laundry ke kamar Amara.“Iya, Mbak. Ada janji sama teman,” aku Amara. “Cowok,” suaranya melirih.“Wah, bagus kalau begitu. Memang udah saatnya kamu keluar bareng teman cowok,” sahut Ika santai. “Semoga semuanya lancar, ya.”“Makasih, Mbak,” sahut Amara, agak kikuk.“Jangan lupa pesannya Nef sebelum kamu balik ke sini. Bahwa kamu harus belajar menjalani hidup normal kayak dulu,&r

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-21

Bab terbaru

  • Wonderstruck   Epilog

    Amara sering mendengar kalimat tentang cinta yang bisa mengubah hidup seseorang dengan drastis. Dan selama ini dia kerap mencibir, tidak memercayai hal itu sama sekali. Baginya, orang-orang yang sedang jatuh cinta itu cuma melebih-lebihkan saja.Akan tetapi, kini cibirannya itu justru berbalik menyerang Amara. Menjadi bumerang yang membuatnya jengah. Jika boleh jujur, Amara bahkan tidak tahu kalau efek cinta yang dirasakannya itu ternyata jauh lebih besar dibanding bayangan gadis itu. Amara mengira hidupnya sudah remuk dan takkan bisa lagi kembali normal. Bahagia itu cuma sebuah mimpi lancang yang terlarang untuknya.Hingga Seo Ji Hwan hadir dalam dunianya, memainkan sihir ajaib yang tidak pernah terduga.Membuka hatinya lagi untuk Ji Hwan setelah tahu siapa cowok itu, sama sekali tidak mudah. Akan tetapi, memaksa Ji Hwan menjauh dan membiarkan cowok itu lenyap dari hidup Amara selamanya, jauh lebih tidak tertanggungkan. Cinta Amara untuk cowok itu sudah bertumb

  • Wonderstruck   My Other Half [7]

    Kata-kata Ji Hwan itu mengejutkan Amara. Dia pun merespons. “Pasti itu melibatkan cewek yang namanya Rita tadi,” tebak Amara dengan perasaan terganggu. Cemburu.“Memang iya,” aku Ji Hwan dengan jujur. Pengakuan itu membuat Amara berjengit.“Dan tadi dia menggandengmu dengan mesra,” Amara menahan diri agar tidak mengomel panjang. “Aku dan Sophie ngeliat semuanya.”“Dia memang menggandengku, Mara. Tapi seingatku, buru-buru kulepaskan. Nggak ada yang bisa dianggap ‘mesra’ di situ,” ralat Ji Hwan. Kedua tangannya terangkat dan membuat tanda petik di udara. “Kalau memang kamu secemburu itu, seharusnya kamu nggak pernah ngelepasin aku,” dia menambahkan.Amara menoleh ke kanan, mengira akan melihat Ji Hwan tersenyum jail. Namun ternyata tidak. Ji Hwan terlihat sangat serius dengan kata-katanya. Matanya yang agak sipit itu menatap Amara dengan kesungguhan yang luar biasa.

  • Wonderstruck   My Other Half [6]

    Ji Hwan tertawa geli. Amara benar-benar merasa lega karena akhirnya bisa melihat cowok itu tergelak lagi. Lesung pipitnya begitu menyihir. Amara sekarang baru menyadari betapa dia sangat merindukan Ji Hwan. Dia tidak tahu bagaimana selama ini bisa bertahan, bahkan sampai bersikap memusuhi cowok itu. Amara pun tak sudi mendengar semua pembelaan diri dari Ji Hwan.“Sophie juga udah ngingetin aku tentang kamu yang gengsi banget untuk mengakui perasaanmu sama aku,” aku Ji Hwan.Amara mendesah tak berdaya. “Kalau nanti ketemu Sophie, aku akan menjahit mulutnya,” ucap gadis itu. “Dia sama sekali nggak bisa menjaga rahasia.”Ji Hwan tertawa kecil. “Sophie nggak punya maksud jelek. Dia cuma ingin membantu kita berdua,” katanya. “Heartling, bisa nggak sih, kita berhenti berantem dan ngucapin kata-kata yang nyakitin hati? Aku beneran jatuh cinta sama kamu. Aku menyesali semua yang harus kamu alami. Aku lebih nyesal lag

  • Wonderstruck   My Other Half [5]

    Wajah Amara menghangat. Kata-kata Ji Hwan itu membuatnya jengah. Dia sempat mengerjap sambil menatap sang mantan, tak yakin bagaimana Ji Hwan tampak berbeda dibanding kemarin. Hari ini, Ji Hwan tampak lebih santai dan bisa mengucapkan kata-kata yang mengejutkan. Meski tak terlihat lesung pipitnya yang begitu disukai Amara.“Kenapa aku harus cemburu?” Amara mengerutkan glabelanya. “Ji Hwan, kita beneran konyol banget karena ngebahas hal-hal yang nggak penting. Sekarang, balik ke masalah yang sebenarnya. Kamu ngajak aku ke sini untuk ngebahas apa?” tanya Amara. Dia berusaha bersikap setenang mungkin meski nyatanya jantung Amara terasa menggila lagi.“Bukannya kamu merindukanku?” Ji Hwan malah balas bertanya. Pertanyaan itu begitu mengejutkan, seperti bom yang dijatuhkan di keheningan malam.“Apa?” Amara yakin dia sudah salah dengar.Ji Hwan menjawab dengan sabar. Nada sinis yang tadi tertangkap di telinga Amar

  • Wonderstruck   My Other Half [4]

    “Kamu sakit ya, Mara? Wajahmu agak pucat,” cetus Ji Hwan dengan napas memburu. Menurut tebakan Amara, cowok itu pasti berlari saat kembali ke tempatnya menunggu.“Aku nggak sakit.” Seisi dada Amara dipenuhi permohonan, berharap Ji Hwan mau memanggilnya “Heartling” lagi. Permohonan yang tidak mampu dilisankan Amara di depan cowok itu. Sesaat kemudian, gadis itu memarahi dirinya sendiri. Memangnya apa yang diharapkannya? Ji Hwan sudah melakuakan segalanya untuk mempertahankan Amara. Akan tetapi, Amara sendiri yang menolak Ji Hwan berkali-kali.Ji Hwan melihat ke arah jam tangannya. “Kita bisa pergi sekarang? Atau kamu mau makan siang dulu?”Amara menggeleng. “Aku nggak lapar.”Setelahnya, gadis itu berjalan bersisian dengan Ji Hwan menuju tempat parkir motor di fakultas cowok itu. Tak ada yang membuka mulut. Amara pun sama sekali tidak berkomentar saat mantan pacarnya menyerahkan sebuah helm kepada

  • Wonderstruck   My Other Half [3]

    Namun Amara tidak mampu mensterilkan diri dari perasaan senang saat melihat Rita menjadi salah tingkah dengan wajah agak pias. Mereka saling sapa dengan canggung. Amara juga merasa lega karena Ji Hwan tidak mengoreksi kata-kata Sophie tadi.Kurang dari tiga menit kemudian Rita pamit dengan alasan harus masuk kelas. Tak lama kemudian Sophie pun menyusul. Tidak ada tanda-tanda bahwa gadis itu menyesali caranya mengintimidasi Rita. Sophie malah terkesan puas dengan kelakuannya barusan. Kini, yang tinggal hanya Amara, berdiri berhadapan dengan mantan pacarnya dengan canggung. Gadis itu memindahkan berat badannya dari kaki kanan ke kaki kiri. Tidak ada yang bicara hingga berdetik-detik. Sementara mahasiswa berlalu-lalang di sekitar mereka.“Amara, kenapa belum pulang? Masih ada kuliah, ya?”Tanpa melihat pun Amara tahu bahwa Reuben yang barusan menyapanya. Dosennya itu berhenti sambil menatap Amara. Berdiri di depan dua pria yang pernah menjanjikan hati m

  • Wonderstruck   My Other Half [2]

    Amara belum pernah merasakan siksaan luar biasa saat mengikuti kuliah. Ji Hwan yang sudah memperkenalkannya pada perasaan asing yang membuatnya tak berdaya itu. Amara mengutuki waktu yang melamban dan jarum jam yang seakan tidak bergerak. Seolah-olah waltu membeku begitu saja.“Mara, bisa duduk diam nggak, sih?” protes Sophie. “Kalau kamu bergerak-gerak terus di kursimu, mungkin bakalan dikira kena wasir.”Kalimat seenaknya dari Sophie itu membuat Amara menendang kaki sahabatnya dengan gerakan pelan. Sophie malah terkikik geli dan buru-buru menundukkan wajah agar tak ketahuan dosen sedang tertawa.“Pasti kamu udah nggak sabar pengin buru-buru keluar dari sini, kan?” tebak Sophie ketika akhirnya kelas berakhir. Seringai jailnya tidak mampu membuat perasaan Amara membaik. “Tersiksa banget kan, Mara?”Amara mengabaikan gurauan sahabatnya. “Sophie, nanti kalau ketemu Ji Hwan, aku harus ngomong apa? Aku ben

  • Wonderstruck   My Other Half [1]

    Amara melangkah pelan dengan kepala tertunduk. Sophie menggandeng lengan kanannya. Setelah menghabiskan waktu di kantin, mereka akhirnya menuju ruang kelas. Perkuliahan akan dimulai sekitar sepuluh menit lagi. Perbincangan Amara dan Sophie tidak mendapat titik temu seputar jalan keluar untuk soal Ji Hwan. Amara sudah kehilangan semangat. Dia yakin, kini dia merasakan patah hati dalam arti sebenarnya.Amara tahu, rasa sakit yang harus ditanggungnya pasti tak akan ringan. Setelah semua kemarahannya mereda dan akal sehat yang berbicara, pastilah rasanya berbeda dibanding malam tahun baru itu. Saat dia memutuskan hubungan dengan Ji Hwan tanpa perasaan.“Kamu terlalu jauh dijajah gengsi. Itu kebiasaan jelek, Mara. Gengsi itu perlu tapi ya harus pada tempatnya. Kalau memang....” Sophie tidak melanjutkan kalimatnya.Heran karena Sophie tak lagi bicara, Amara berujar, “Silakan terus mengejek dan menceramahiku. Masa sih kamu udah capek? Kayaknya ini bar

  • Wonderstruck   Biar Hati Bicara [8]

    Sophie sudah digariskan menjadi orang yang tak mudah dipuaskan. Dan meski sudah ikut melihat adegan tadi, gadis itu merasa bahwa reaksi Amara terlalu berlebihan. Cemburu yang tidak pada tempatnya. Bagi Sophie, tak seharusnya semangat Amara melempem begitu saja. Gadis itu tanpa sungkan mengutarakan opininya.“Katanya rindu, tapi udah langsung nyerah cuma karena ngeliat ada pengagum Ji Hwan yang lagi usaha untuk narik perhatian,” sindirnya. Sophie tidak menyembunyikan rasa gelinya. Tawanya menyusul kemudian, membuat Amara merengut sekaligus kesal.“Aku nggak cemburu, kalau itu yang kamu maksud,” balas Amara, defensif.Sophie mengabaikan kata-kata Amara. “Kamu ingat nama cewek itu? Rita kan, ya?”Amara berusaha keras menggali memorinya tapi gagal total. “Entahlah, aku sama sekali nggak ingat. Cuma kenal mukanya doang.”“Hmmm, aku maklum, sih. Sebelum ini, kamu terlalu asyik berdua sama Ji Hwan, sih

DMCA.com Protection Status