Drrrtt... drttt... drtt...
Ahelahhhh siapa sih nelepon pagi-pagi buta begini? Itu orang nggak tau apa ya kalo Lily baru aja rasanya lima menit tidur. Dengan malas-malasan tangan Lily meraba-raba nakas dan meraih ponselnya.
"Halo, siapa nih pagi-pagi buta nelponin gue? Dirumah lo emang kagak ada jam apa hah?"
Eh Ly, ini udah jam 12 siang, gimana lo bilang masih pagi buta? Lo ngimpi? ini gue Marilyn. Lo kebiasaan banget ya ngangkat telepon nggak liat dulu siapa yang manggil?kalo orang jahat yang nelpon bagaimana?
Lily pun memutar bola matanya. Ini Incess Oneng I dari mulai perawan tingting sampe jadi emak-emak anak dua masihhhh aja otaknya nggak diupgrade-upgrade. Untuk aja dia cantik gila dan baik hati warbiasyah, jadi ketutupan dikit Onengnya.
"Kalo orang jahat yang nelpon, ya tinggal panggil polisi donggg..."
Buat nangkep yang nelepon elo gitu?
"Bukan Oneng, buat nyipok Gue!!! yaiyalah buat nangkep orang jahatnya. Saolohhhh bisa darah tinggi gue pagi-pagi buta eh siang-siang bolong begini ngeladenin percakapan absurd lo. Sekarang lo ngomong deh, lo nelpon gue ada apaan? Jangan bilang kalo lo lupa lagi ya apa yang mau dibilang? Gue timpuk sendal kalo bacot lo ngomong begitu!"
Lo baru juga bangun tidur udah emosian aja. Gue mau minta tolong nih. Hari ini kan ultahnya Kak Chris. Jadi gue mau kasih kado special buat dia. Berhubung lo kan udah kesohor jago soal masalah nyenengin laki, kasih gue ide dong, biar hadiah gue special dimata kak Chris.
"Lo ini ya Oneng, udah minta tolong pake ngehina gue segala, pake bilang gue kesohor nyenengin laki segala!!"
Lah pan memang iya. Pacar lo aja pada ganti seminggu sekali, yang udah diputusin pun masih pada ngemis-ngemis pengen balikan. Pasti lo itu pinter nyenengin mereka, makanya mereka pada betah nempelin elo. Terus lo—-
"Udahhhh! Gue udah dapet ide. Gue bookingin hotel buat lo sama laki lo second honeymoon mau? Masalah anak-anak beres deh, biar ntar gue nginep rumah lo buat ngurusin mereka. Anak-anak lo kalo sama gue kan betah banget. Gimana?kalo lo mau, bentaran lagi gue ke hotel, bookingin yang special viewnya buat lo. Ntar di sana lo bisa piting-pitingan sama laki lo sampe puas deh. Dijamin puas lahir batin si Chris. Lo kasih jatah pas-pas an aja dia udah cinta mati sama elo, apalagi kalo lo kasih yang plus-plus begini. Bisa mati orgasme dia."
"Hah? Mati saat orgasme?Jangan dong, Ly. Gue masih cinta banget sama dia, mana anak-anak gue masih kecil-kecil lagi. Masak tetiba jadi janda aja guenya?"
"Eh si bego. Udah deh capek gue ngejelasinnya sama lo. Pokoknya laki lo nggak mati. Gue jamin dia akan tetap tampan rupawan sehat sakti mandraguna. Lo mau nggak gue bookingin hotel?"
"Asal nggak pake acara mati, gue sih setuju aja. Ntar lo W* in nomor roomnya ya? Jangan lupa ntar malem lo nginep rumah gue. Itu si Tian kalo mau tidur mesti didongengin dulu, sambil kepalanya dielus-elus. Adeknya harus digendong-gendong pake jarik bentaran. Begitu udah tidur, baru deh lo pindahin ke ranjang. Lo kalo tidur jangan ngebo ya? Tidur-tidur ayam aja, sambil ngejagain anak gue. Terus—-
"Eh kok gue ngerasa lama-lama jadi babu lo daripada temen lo sih Oneng? Udah lo diem aja di sana. Pokoknya ntar malem lo terima beres aja. Gue mau mandi dulu, siap-siap ke hotel. Gue pesenin atas nama siapa nih kamar?"
Atas nama lo aja Ly. Kan gue pengen buat kejutan buat kak Chris. Pokoknya gue gak mau tau ya, gue terima beres aja deh. Semua urusan gue serahin sama lo. Inget anak -anak itu sebelum tidur harus di—
"Iya iya gue udah tau Onenggg!!! kagak usah diulang-ulang terus kali, pengeng nih kuping Gue."
Dan Lily pun langsung mematikan teleponnya sebelum Marilyn mengoceh-ngoceh lagi.
========================
Dan akhirnya disinilah Lily berada, disebuah hotel mewah bintang lima terkenal diibukota. Lily memilih hotel ini karena beberapa teman prianya mengatakan ini hotel yang paling cepat meningkatkan libido dan membuat fantasy langsung membumbung tinggi keawang-awang.
Dikata balon kali pake acara membumbung tinggi ke awang-awang.
"Good afternoon, Madam. Wellcome to our Regale Hotel. What can I do for you?" Resepsionis cantik bername tag Ira Kusumaastuti itu menyapa ramah.
"Good afternoon. I would like to reserve in this hotel. The president suite type is still available, Miss?"
"Oh sure. Is this for who?"
"For Mr. Christian Diwangkara." Lily melihat wajah si resepsionis agak sedikit berubah saat dia menyebutkan nama Christian Diwangkara.
Drtt...drttt..drttt..
"Ada apa lagi Sayangkuuuu?" Lily langsung saya bertanya bahkan tanpa mengatakan halo terlebih dahulu.
Ly, lo bisa tolong jemputin anak-anak disekolah nggak? Gue lagi sama Kak Maddie ini beli lingerine buat pertempuran nanti malam. Btw semua udah lo urus kan soal hotel?
"Udah sayang. Tenang aja, pokoknya ntar malem pasti lo bakalan puas deh liat hasil kerja gue. Ya udah gue jemput anak-anak dulu."
"Maaf, ibu bisa berbahasa Indonesia rupanya. Saya kira ibu orang asing."
"Saya Indo Prancis memang Mbak. Tapi saya bisa berbahasa Indonesia dengan baik dan benar koq."
Lily tersenyum sambil membuka tasnya dan mengeluarkan dua buah kartu. Satu kartu identitas dan satu lagi kartu kredit platinum.
"Ibu mau cek in kapan ? Biar saya atur semuanya. Oh ya saya juga butuh nomor telepon ibu untuk melengkapi reservasi ibu."
"08192005793. Ini kartu identitas dan kartu kredit saya. Untuk masalah cek in jamnya nanti dikondisikan. Tetapi pastinya hari ini."
"Maaf tadi yang Ibu sebutkan sebagai Bapak Christian Diwangkara apakah beliau ini orangnya?" Tanya sang resepsionis dengan wajah takut-takut bercampur dengan rasa tidak percaya.
Lily pun segera memandang photo si Chris dan si oneng Marilyn yang tampak begitu mesra dalam ponsel di resepsionis hotel. Wah ternyata pasangan beda ekspresi wajah itu terkenal juga disini.
"Iya bener. Itu dia orangnya. Tolong juga Mbak pastikan, Saya mau semua ornament dan fasilitas yang saya ambil ini untuk paket honeymoon ya Mbak. Terima Kasih."
Dan Lily pun segera berlalu karena harus menjemput 2 bocah menggemaskan anak si Oneng, Marilyn. Si resepsionis tampak semakin serba salah saat pandangannya bersirobok dengan Boss nya Dexter Diwangkara yang sedang makan siang dengan istri dan beberapa rekan kerjanya.
Dexter pun melambaikan tangannya pada sang resepsionis. Resepsionis itu pun segera menghampiri
sang pimpinan yang memintanya datang. Disisi kiri sofa sang pimpinan tampak Karin, istri posesif judesnya duduk dengan angkuh.
"Gadis itu tadi reservasi atas nama siapa?" Dexter yang penasaran langsung bertanya pada Resepsionisnya. Dia tahu dia telah melanggar kode etik. Tapi persetan lah. Toh ini hotelnya.
"Atas nama Liberty Delacroix Adam dan...dan..Christian Diwangkara untuk paket honeymoon. Sang Resepsionis menjawab takut-takut.
"Apaaa?!!" Dexter dan Karin langsung kaget saat mendengar nama adik kandungnya yang terkenal cinta mati dengan istri cantiknya, mereservasi hotel keluarganya sendiri untuk bulan madu dengan perempuan lain yang terkenal sebagai piala bergilir. Luar biasa keberanian adik laki-lakinya ini. Dan luar biasa juga untuk pesona seorang Lily,yang ternyata sanggup untuk menggoyahkan cinta mati seorang Chris pada istrinya.
"Sudah aku bilang kan Dex, kalau Lily itu perempuan gak bener. Makanya aku langsung menolak guru private Caca yang dia rekomendasiin. Si Lyn ini koq bodoh amat ya, percaya sekali sama si bitch ini? biar aku telepon saja si Lyn, Dex. Biar mampus itu si Lily dibejek-bejek Lyn."Karin yang tampak begitu kesal karena mengira Lily adalah seorang Pelakor langsung membuka tasnya untuk mengambil ponsel.
"Udah Rin. Jangan lapor Lyn dulu. Nanti jadi panjang urusannya. Kita lihat aja dulu perkembangan selanjutnya. Jangan bertindak gegabah" Dexter langsung mencegah tangan istrinya yang mau menelepon Marilyn.
Heru yang duduk tepat dihadapan suami istri Dexter dan Karin ini,diam-diam mulai mengkertakkan giginya.
Dasar piala bergilir. Giliran sama gue yang bujangan, dia nolak. Ini sama laki orang aja malah dia embat. Lihat saja bitch, Gue akan buat lo bertekuk lutut diantara selangkangan gue. Just wait and see...
"Tante, Tian laper.""Merlyn juga laper, Tan!"Setelah mengucapkan kata-kata itu, perut kedua abang beradik itu pun kompak berbunyi."Oh...Tian sama Merlyn perutnya udah bunyi-bunyi ya? Cacingnya udah pada demo minta makan berarti. Hahahaha..Ayo sekarang kita makan enak. Let's goooo!!!"Dan dua bocah menggemaskan itu pun mulai melonjak-lonjak kegirangan saat tahu bahwa Lily akan membawa mereka makan di mall, yang artinya bisa sekalian main di Time Zone."Tante? Merlyn capek. Gendong." Dan bocah montok berusia empat tahun itupun mengulurkan kedua tangannya pada Lily. Lily dengan rok mini sepaha dan highheels 12 centi nya pun mulai menggendong tubuh sibocahEtdah ini bocah montok berat juga lama-lama. Mana highheels nya seruncing pensil lagi. Tapi kasihan juga, setelah kekenyangan dan puas bermain sepertinya mereka berdua mulai kelelahan dan mengantuk.
Setelah mengurus duo bocah yang kecapean sehabis makan dan main seru di Timezone itu tidur, Lily pun mulai merebahkan tubuh remuknya ke ranjang dengan rasa bahagia aman sentosa.Ohhhh indahnya dunia, ketemu ranjang lagi setelah jadi pengasuh anak seharian.Lily baru mengerti, kalau mengurus anak itu tidak mudah. Untung saja tadi Tristan ikut bersama mereka, sehingga kehadirannya sedikit bisa berdaya guna di sana. Lily tidak menyangka kalau laki-laki metroseksual seperti Tristan, bisa begitu luwes dan sabar dalam menghadapi anak kecil. Satu poin plus untuk Tristan. Pasti kelak dia akan menjadi ayah yang baik bagi anak-anaknya, te-ta-pi untuk suami yang baik, Lily sih tidak yakin. Karena kelelahan seharian, Lily pun akhirnya ketiduran di ranjang duo krucil imut itu.Lily terbangun saat merasa ada yang mencubit-cubit pipinya. Ahelah, perasaan baru aja tertidur, ini sudah dibangunin lagi aja."Tant
Axel membuka pintu kamar adik semata wayangnya perlahan. Pandangannya seketika tertumbuk pada bercak-bercak merah dan luka sepanjang betis dan kaki adik perempuannya. Dia menghela nafas panjang saat melihat walaupun adik nakalnya itu sudah tertidur, tetapi masih tampak sisa-sisa air mata yang menggumpul diujung-ujung bulu mata lentiknya. Si Gengsi dan keras hati ini akhirnya menangis juga.Axel sebenarnya tadi tidak sampai hati harus mencambuk kaki adiknya dengan ikat pinggang kulitnya. Cuma masalahnya kali ini adiknya ini sudah sangat keterlaluan salahnya. Saat itu dia tengah mempresentasikan proposal mengenai pembangunan beberapa real estate dengan investasi menjanjikan dengan client-client potensialnya, saat salah seorang clientnya malah memperlihatkan berita online tentang perselingkuhan adiknya dengan suami dari wanita yang dahulu bahkan sampai sekarang masih sangat dicintainya. Belum lagi pose-pose saat si Chris itu memakaikan jas nya pada tubuh setengah t
Axel menghentikan mobilnya dipinggir jalan raya dan menurunkan Lily begitu saja seperti supir Grab yang baru habis dibayar."Itu kantornya si Bima. Adek tinggal masuk dan memperkenalkan diri aja. Siniin tas adek bentar."Dengan bingung Lily pun menyerahkan tas LV speedy damier limited editionnya. Mata Lily membelalak sempurna saat melihat kakaknya membuka dompet LV monogram nya dan mengeluarkan segala jenis kartu yang berjejer manis dalam slot nya tersebut dan hanya meninggalkan KTP dan SIM nya saja. Bahkan semua uang tunai juga disita oleh Axel, dan hanya meninggalkan selembar uang berwarna biru dengan nominal angka lima puluh ribu rupiah. Lily rasanya kepengen nangis guling-guling sambil joget jaipongan seketika."Mulai hari ini kakak hanya akan menjatah adek dengan uang senilai lima puluh ribu rupiah setiap hari all in. Yang artinya ongkos, makan siang dan lain-lainnya semuanya sudah termasuk didalamnya. Itupun hanya kakak be
Sudah satu minggu penuh Lily bekerja di Bima Sakti Raffardan's Law and Associates, dan selama itu pula aturan dan gaya hidupnya berubah total. Bagaimana dia tidak merubah gaya hidup kalau uang sakunya cuma lima puluh ribu rupiah all in sehari. Dulu uang segitu mah cuma dianggap sebagai uang parkir bagi Lily, tapi sekarang? Uang segitu harus dia alokasikan dengan hati-hati kalau dia tidak mau mati kelaparan. Lily sama sekali tidak takut tentang masalah kesulitan keuangannya sendiri. Tetapi masalahnya bagaimana dengan nasib anak-anak panti? Sebenarnya setiap bulan Lily selalu membantu kelangsungan berdirinya panti asuhan Kasih Bunda.Semua kebutuhan sandang dan pangan panti Lily lah yang mengsupplynya. Sedangkan bila ada donatur-donatur yang datang untuk memberikan sumbangan, dana itu akan mereka alokasikan untuk biaya -biaya yang tidak terduga, seperti dana untuk anak-anak yang sakit, perbaikan gedung yang rusak ataupun keperluan insidentil lainnya. Apalagi kemar
Lily berlari ngos-ngosan dari halte bis menuju gedung perkantoran pencakar langit tempatnya mencari sesuap nasi dan segenggam berlian saat ini. Sebenarnya sejak semalam dia sudah merasa kurang enak badan, mungkin tubuhnya sedikit terkejut untuk beradaptasi dengan kegiatan kerja rodi nya seminggu ini. Dia bukan hanya capek, tapi capekkkkk banget. Walaupun apartemen Eldath dan Badai tidak begitu berantakan, tetapi tetap saja pekerjaan itu menyita waktu yang seharusnya dipakainya untuk beristirahat.Tetapi demi anak-anak panti Lily harus tetap semangat.Fighting!!!Fighting!!!Lily menyemangati dirinya sendiri ala-ala drama Korea.Begitu tiba di lobby kantor Lily seketika merasa hendak bunuh diri saja. Bagaimana tidak? Ini hari jummat dan ada meeting penting dengan beberapa LBH yang ingin membahas tentang surat silang sengketa antara pemilik tanah dengan sebuah instansi milik pemerintah. Semua karyawan sudah rapi jali dengan se
Dokter Teguh baru saja selesai memeriksa Lily dan memberikan beberapa macam obat untuk segera diminum sehabis makan. Lily sebenarnya sangat tidak enak sakit ditempat orang, dikantor lagi. Pasti hanya akan membuat dirinya terlihat semakin tidak professional saja. Tidak lama kemudian Pak Faisal, sang OB kantor pun masuk sambil membawa semangkuk bubur ayam yang dipesan oleh Bima."Makan dan habiskan buburnya Lily. Setelah itu minum obatnya dan cobalah tidur sebentar." Bima mengatur bantal dipunggungnya agar lebih tinggi, sehingga Lily bisa lebih nyaman saat memakan buburnya."Biar saya makan sendiri aja Pak Boss. Ntar kalau disuapin Pak Boss gaji saya dipotong lagi, kan gawat. Mana apa-apa sekarang mahal lagi. Bayangkan saja kalau misal--""Tutup mulutmu dan segera telan bubur ini, cepat!!" Sesendok besar bubur langsung dijejalkan Bima kedalam mulut Lily yang sedang terbuka karena berbicara."Tapi saya
Lily tiba di apartemen Badai pukul 06.00 WIB. Saat lift berdenting diangka 2, seorang pria berkemeja biru tampak masuk dengan tergesa-gesa, sehingga secara tidak sengaja menabrak bahu Lily."Maaf sis, saya tidak senga—Lily? Lo ngapain malem-malem kesini?" Tristan, mantan pacar satu minggunya menatap heran pada Lily yang tumben-tumbenan ada di apartemen. Daerah teritorialnya biasa kalau tidak club ya mall. Tempat tongkrongan para sosialita papan atas."Gue ada urusan sedikit disini. Mau ngebabu,btepatnya. Lo kenapa sih mandangin gue sampe segitunya? Apa lo sekarang mulai kena sindrome mantan yang lepas dari genggaman tetiba tampak begitu menawan. Begitu?"Lily yang merasa risih karena dipandangi dengan penuh kerinduan oleh Tristan tampak mundur-mundur karena tubuh Tristan yang terus merangsek maju. Apalagi samar-samar Lily mencium aroma alkohol yang