Lily sedang mematut-matut diri di fitting room, saat telinganya mendengar obrolan yang samar-samar menyebut-nyebut namanya.
"Eh lo tau nggak kalo si Tristan udah didepak sama tu cewek murahan yang kalo pake baju selalu kurang bahan. Heran itu laki-laki pada ngeliat apaan di diri si Lily bitch coba? Nggak ada bagus-bagusnya dia gue liat. Selain boobs sama bottom nya yang gue yakin hasil implanan, terus belum la—"
"Sirik banget sih jadi manusia, sampe niat gitu buat ngurusin hidup orang lain. Sirik itu tanda tak mampu lo. Ti ati ntar keselek lidah sendiri."
Lily melenggang seksi kearah kasir sambil membayar sejumlah baju-baju mahal yang sudah dipilih dan di cobanya di fitting room tadi.
"Keren itu adalah saat lo mampu membeli baju tanpa perlu ngeliat harganya. Bukan kayak lo lo pada, yang cuman bisa ngetest baju mahal untuk dicobain di fitting room doang terus di photo dan diupload ke media sosial. Itu namanya pembohongan public Say. Kalo udah diupload dibeli dong say, nggak malu tuh sama I*?!!"
Sindir Lily pedas.Tawa tertahan pun terdengar dari beberapa pramuniaga butik yang mendengarkan sindiran pedas Lily.
"Mbak mbak, ini baju yang tadi dicobain dan di photoin nggak ada yang jadi dibeli nih?"
Salah seorang pramuniaga datang membawa setumpuk baju yang tadi mereka buat pencitraan di media sosial.
"Ehm eh itu..itu nggak jadi deh Mbak,soalnya—-"
"Soalnya harganya kemahalan Mbak, nggak sanggup Mbak-mbaknya beli, tapi tadi udah dicoba-cobain juga koq, jadi udah lumayan tersalur lah hasrat pengen punya baju mahalnya ya Mbak-Mbak Say?!! Sini sis, biar saya beli semua baju-bajunya. Kali aja bisa buat mbok saya ngepel-ngepel dirumah."
Sahut Lily pedas sambil mengeluarkan credit card platinumnya. Sedangkan keempat orang wanita tukang gossip itu pun langsung melipir sambil menahan malu sekaligus dongkol pada sosok sombong Lily. Lo bukan siapa-siapa gue ini. Kalo lo nggak suka sama gue, gue juga nggak bakalan rugi apa-apa tuh!! Mamam noh gossip!!!
Saat sedang asik-asiknya berkendara sambil goyang-goyang ala Lady Gaga dimobilnya, pandangan Lily tertumbuk pada seorang anak kecil yang terlihat menangis karena diusir mengamen disebuah rumah makan elit. Tampak sosok-sosok para eksekutif muda dan wanita-wanita sosislita sedang makan siang sambil membahas masalah pekerjaan disana. Lily tahu, memang restaurant-restaurant kelas atas tidak memperbolehkan ada pengamen yang masuk kedalam dan mengganggu kenyamanan para pelanggannya. Tapi entah kenapa saat itu hatinya begitu miris melihat air mata tertahan dan rasa terluka yang tampak begitu kentara menghiasi wajah penuh debu dan baju lusuhnya. Lily pun segera memarkirkan mobilnya dan turun menghampiri bocah cilik itu.
"Kamu kenapa menangis Dik?" Tanya Lily lembut sambil berjongkok untuk menyamakan tinggi badan mereka. Mata sedih itupun sejenak bersirobok dengan Lily, dan sibocah pun kembali memperlihatkan ekspresi ingin menangis lagi.
"Mereka tidak memperbolehkan saya mengamen Kak. Kata mereka nyanyian saya malah membuat mereka semua sakit kepala. Katanya selera musik mereka tinggi, Kak. Hiks..hiks...
"Ohhh begitu. Rupanya soal selera musik toh. Sebentar ya?"
Lily pun segera kembali kemobil dan mengambil biola kesayangannya.
"Ayo, sekarang kita masuk kesana bersama-sama, Kita berdua akan mengamen bersama."
"Sungguhan ini kak?"
"Sungguhan dong. Ayo siapkan kotak uangmu. Kita akan segera bersenang-senang disana."
Dan sibocah pun dengan gembira menyambut tangan Lily yang terulur padanya. Tanpa merasa jijik Lily menggenggam erat tangan si bocah sambil memegang biola ditangan kanannya.
Pemandangan seorang gadis cantik nan seksi yang menggandeng bocal kumal tadi,langsung membuat suasana rumah makan yang tadinya riuh rendah oleh percakapan semua orang yang sedang makan siang disana mendadak hening.Pandangan mereka seolah terhipnotis oleh makhluk cantik yang sedang tersenyum manis didepan mereka semua saat ini.
"Hallo Bapak Ibu, Mas Mbak, Aak Teteh dan adik-adik sekalian. Saya ingin mengamen bersama adik kecil yang sedang kesulitan keuangan ini, boleh?"
"BOLEH DONGGG!!!" Koor suara yang didominasi oleh para laki-laki itu pun disambut senyum manis Lily dan juga si bocah.
"Karena selera musik anda semua yang ada di restaurant ini tinggi,izinkan saya untuk memainkan biola saya dalam instrumentalia music Canon in D."
Dan Lily pun membungkuk hormat pada para audiens disertai oleh tepuk tangan mereka semua.

Tubuh Seksi Lily yang meliuk-liuk aktraktif dalam kerumitan nada-nada klasik itupun sukses menyihir para audiens disana. Tepuk tangan meriah lagi-lagi menyertai tubuh Lily yang membungkuk hormat setelah menyelesaikan misinya.
"Saya mohon kepada semua orang yang ada disini,untuk memberikan sedikit rizki kita untuk adik kecil kita yang nasibnya kurang beruntung ini boleh?"
Koor suara boleh pun kembali menggema. Akhirnya bocah itu keluar dari restaurant dengan wajah yang cerah ceria, karena kantong uangnya sudah terisi dengan uang yang sangat banyak versinya. Lily juga menyelipkan sejumlah uang kedalam tangan si bocah yang bersikeras menolaknya. Karena menurut si bocah Lily itu malaikatnya. Masa malaikat membayar katanya. Tetapi karena Lily terus memaksa, sibocah pun akhirnya menerima sambil mencium gemas pipi Lily. Sebagai kenang-kenangan pernah bertemu dengan malaikat didunia katanya. Lily pun cuma tertawa saja menanggapinya.
"Masa anak kecil itu saja yang dicium? Saya boleh minta juga dong? kan saya tadi sudah ikut menyumbang didalam sana." Suara serak seksi yang dalam tampak menahan tangan Lily yang ingin membuka pintu mobil.
Oh oh masalah mulai menghampiri ini..Ya ini adalah sosok pria yang dihajarnya di Exodus beberapa hari lalu. Apalah cara awak ni buat menghindari si Singa tampan ini? mikirrr Lily Mikirrrrr....
Sementara itu Heru yang sedari tadi sebenarnya ada didalam restaurant itu bersama dengan beberapa rekannya, sudah melihat aksi Lily yang begitu memukau dengan biolanya. Beberapa rekannya bahkan ada yang pernah menjadi pacar Lily. Mereka semua kompak mengatakan bahwa aksi Lily tadi kalah jauh dengan aksi Lily saat melayani mereka semua diranjang. Kuping Heru langsung panas dan berdenging mendengar kata-kata mereka.Yah walaupun mereka semua mengaku cuma dipacari Lily seminggu atau dua minggu saja, tetapi aksi panas Lily akan membekas selamanya dihati dan selangkangan mereka katanya.
Karena itu, begitu Lily meninggalkan restaurant bersama bocah kumal itu,diam-diam Heru pun mengikutinya,hingga sampai dipelataran parkir ini.
"Waduh, kalo semua yang orang yang menyumbang tadi bersikap seperti Anda,apa saya harus mencium mereka semua hmm?" Lily menjawab sambil mengedipkan dengan genit sebelah matanya.
"Seharusnya tidak masalah kan? mengingat separuh dari mereka tadi bahkan sudah pernah anda puaskan diranjang anda." Sahut Heru datar.
"Oke staight to the point aja deh. Maksud anda sampai menyusul Saya kesini ini apa?" Lily bertanya sambil kembali tersenyum menggoda pada Heru sialan ini.
"Saya ingin menikmati pelayanan anda seperti yang telah anda berikan pada mereka semua. So, silahkan sebut saja berapa jumlah nominal yang anda minta?" Lily menatap wajah tampan miskin ekspresi didepannya ini. Kalau dia menuruti hawa nafsunya, Lily kepengen sekali mencekik lehernya dan membuang mayatnya dirawa-rawa sana. Tetapi Lily tetaplah Lily, dia tidak akan pernah takut untuk diintimidasi. Semakin orang memprovokasi semakin berani dia menanggapi.
"Ohhh begitu toh,Ganteng. Tapi maaf sekali ya, jadwal saya untuk memuaskan orang padat sekali hari ini. Anda kurang beruntung, Sayang." Sahut Lily sambil berbisik mesra ditelinga Heru dan menggigitnya pelan.
"Silahkan coba dilain waktu ya, Ganteng."
"Anda ini sombong sekali. Cuma seorang piala bergilir saja bertingkah seperti seorang Lady Di. Menyedihkan!!"
Dengus Heru kasar. Harga dirinya langsung terjun bebas saat si perempuan murahan ini menolaknya seolah-olah dia ini seorang pria kere yang tidak mampu membayar pelayanan wanita kelas atas. Lagi-lagi Lily tersenyum genit-genit mesra.
"Sesungguhnya yang menyedihkan itu Anda Tuan.bSudah tau Saya ini piala bergilir,btapi itu junior masih nafsu aja. Saya pergi dulu ya, Ganteng. Kalau sudah tidak tahan, sana main sama tante Lux aja sambil membayangkan saya, tentu saja. Muachhh!!"
"Oh ya satu lagi, bahwa seorang Lady Di sekalipun punya affairs dengan Dody Al Fayed, kalau-kalau anda lupa."
Lily mengecup sekilas bibir Heru, sebelum masuk kedalam mobil dan melesat pergi meninggalkan Heru yang masih berdiri terpaku disana.
Drrrtt... drttt... drtt...Ahelahhhh siapa sih nelepon pagi-pagi buta begini? Itu orang nggak tau apa ya kalo Lily baru aja rasanya lima menit tidur. Dengan malas-malasan tangan Lily meraba-raba nakas dan meraih ponselnya."Halo, siapa nih pagi-pagi buta nelponin gue? Dirumah lo emang kagak ada jam apa hah?"Eh Ly, ini udah jam 12 siang, gimana lo bilang masih pagi buta? Lo ngimpi? ini gue Marilyn. Lo kebiasaan banget ya ngangkat telepon nggak liat dulu siapa yang manggil?kalo orang jahat yang nelpon bagaimana?Lily pun memutar bola matanya. Ini Incess Oneng I dari mulai perawan tingting sampe jadi emak-emak anak dua masihhhh aja otaknya nggak diupgrade-upgrade. Untuk aja dia cantik gila dan baik hati warbiasyah, jadi ketutupan dikit Onengnya."Kalo orang jahat yang nelpon, ya tinggal panggil polisi donggg..."Buat nangkep yang nelepon elo gitu?
"Tante, Tian laper.""Merlyn juga laper, Tan!"Setelah mengucapkan kata-kata itu, perut kedua abang beradik itu pun kompak berbunyi."Oh...Tian sama Merlyn perutnya udah bunyi-bunyi ya? Cacingnya udah pada demo minta makan berarti. Hahahaha..Ayo sekarang kita makan enak. Let's goooo!!!"Dan dua bocah menggemaskan itu pun mulai melonjak-lonjak kegirangan saat tahu bahwa Lily akan membawa mereka makan di mall, yang artinya bisa sekalian main di Time Zone."Tante? Merlyn capek. Gendong." Dan bocah montok berusia empat tahun itupun mengulurkan kedua tangannya pada Lily. Lily dengan rok mini sepaha dan highheels 12 centi nya pun mulai menggendong tubuh sibocahEtdah ini bocah montok berat juga lama-lama. Mana highheels nya seruncing pensil lagi. Tapi kasihan juga, setelah kekenyangan dan puas bermain sepertinya mereka berdua mulai kelelahan dan mengantuk.
Setelah mengurus duo bocah yang kecapean sehabis makan dan main seru di Timezone itu tidur, Lily pun mulai merebahkan tubuh remuknya ke ranjang dengan rasa bahagia aman sentosa.Ohhhh indahnya dunia, ketemu ranjang lagi setelah jadi pengasuh anak seharian.Lily baru mengerti, kalau mengurus anak itu tidak mudah. Untung saja tadi Tristan ikut bersama mereka, sehingga kehadirannya sedikit bisa berdaya guna di sana. Lily tidak menyangka kalau laki-laki metroseksual seperti Tristan, bisa begitu luwes dan sabar dalam menghadapi anak kecil. Satu poin plus untuk Tristan. Pasti kelak dia akan menjadi ayah yang baik bagi anak-anaknya, te-ta-pi untuk suami yang baik, Lily sih tidak yakin. Karena kelelahan seharian, Lily pun akhirnya ketiduran di ranjang duo krucil imut itu.Lily terbangun saat merasa ada yang mencubit-cubit pipinya. Ahelah, perasaan baru aja tertidur, ini sudah dibangunin lagi aja."Tant
Axel membuka pintu kamar adik semata wayangnya perlahan. Pandangannya seketika tertumbuk pada bercak-bercak merah dan luka sepanjang betis dan kaki adik perempuannya. Dia menghela nafas panjang saat melihat walaupun adik nakalnya itu sudah tertidur, tetapi masih tampak sisa-sisa air mata yang menggumpul diujung-ujung bulu mata lentiknya. Si Gengsi dan keras hati ini akhirnya menangis juga.Axel sebenarnya tadi tidak sampai hati harus mencambuk kaki adiknya dengan ikat pinggang kulitnya. Cuma masalahnya kali ini adiknya ini sudah sangat keterlaluan salahnya. Saat itu dia tengah mempresentasikan proposal mengenai pembangunan beberapa real estate dengan investasi menjanjikan dengan client-client potensialnya, saat salah seorang clientnya malah memperlihatkan berita online tentang perselingkuhan adiknya dengan suami dari wanita yang dahulu bahkan sampai sekarang masih sangat dicintainya. Belum lagi pose-pose saat si Chris itu memakaikan jas nya pada tubuh setengah t
Axel menghentikan mobilnya dipinggir jalan raya dan menurunkan Lily begitu saja seperti supir Grab yang baru habis dibayar."Itu kantornya si Bima. Adek tinggal masuk dan memperkenalkan diri aja. Siniin tas adek bentar."Dengan bingung Lily pun menyerahkan tas LV speedy damier limited editionnya. Mata Lily membelalak sempurna saat melihat kakaknya membuka dompet LV monogram nya dan mengeluarkan segala jenis kartu yang berjejer manis dalam slot nya tersebut dan hanya meninggalkan KTP dan SIM nya saja. Bahkan semua uang tunai juga disita oleh Axel, dan hanya meninggalkan selembar uang berwarna biru dengan nominal angka lima puluh ribu rupiah. Lily rasanya kepengen nangis guling-guling sambil joget jaipongan seketika."Mulai hari ini kakak hanya akan menjatah adek dengan uang senilai lima puluh ribu rupiah setiap hari all in. Yang artinya ongkos, makan siang dan lain-lainnya semuanya sudah termasuk didalamnya. Itupun hanya kakak be
Sudah satu minggu penuh Lily bekerja di Bima Sakti Raffardan's Law and Associates, dan selama itu pula aturan dan gaya hidupnya berubah total. Bagaimana dia tidak merubah gaya hidup kalau uang sakunya cuma lima puluh ribu rupiah all in sehari. Dulu uang segitu mah cuma dianggap sebagai uang parkir bagi Lily, tapi sekarang? Uang segitu harus dia alokasikan dengan hati-hati kalau dia tidak mau mati kelaparan. Lily sama sekali tidak takut tentang masalah kesulitan keuangannya sendiri. Tetapi masalahnya bagaimana dengan nasib anak-anak panti? Sebenarnya setiap bulan Lily selalu membantu kelangsungan berdirinya panti asuhan Kasih Bunda.Semua kebutuhan sandang dan pangan panti Lily lah yang mengsupplynya. Sedangkan bila ada donatur-donatur yang datang untuk memberikan sumbangan, dana itu akan mereka alokasikan untuk biaya -biaya yang tidak terduga, seperti dana untuk anak-anak yang sakit, perbaikan gedung yang rusak ataupun keperluan insidentil lainnya. Apalagi kemar
Lily berlari ngos-ngosan dari halte bis menuju gedung perkantoran pencakar langit tempatnya mencari sesuap nasi dan segenggam berlian saat ini. Sebenarnya sejak semalam dia sudah merasa kurang enak badan, mungkin tubuhnya sedikit terkejut untuk beradaptasi dengan kegiatan kerja rodi nya seminggu ini. Dia bukan hanya capek, tapi capekkkkk banget. Walaupun apartemen Eldath dan Badai tidak begitu berantakan, tetapi tetap saja pekerjaan itu menyita waktu yang seharusnya dipakainya untuk beristirahat.Tetapi demi anak-anak panti Lily harus tetap semangat.Fighting!!!Fighting!!!Lily menyemangati dirinya sendiri ala-ala drama Korea.Begitu tiba di lobby kantor Lily seketika merasa hendak bunuh diri saja. Bagaimana tidak? Ini hari jummat dan ada meeting penting dengan beberapa LBH yang ingin membahas tentang surat silang sengketa antara pemilik tanah dengan sebuah instansi milik pemerintah. Semua karyawan sudah rapi jali dengan se
Dokter Teguh baru saja selesai memeriksa Lily dan memberikan beberapa macam obat untuk segera diminum sehabis makan. Lily sebenarnya sangat tidak enak sakit ditempat orang, dikantor lagi. Pasti hanya akan membuat dirinya terlihat semakin tidak professional saja. Tidak lama kemudian Pak Faisal, sang OB kantor pun masuk sambil membawa semangkuk bubur ayam yang dipesan oleh Bima."Makan dan habiskan buburnya Lily. Setelah itu minum obatnya dan cobalah tidur sebentar." Bima mengatur bantal dipunggungnya agar lebih tinggi, sehingga Lily bisa lebih nyaman saat memakan buburnya."Biar saya makan sendiri aja Pak Boss. Ntar kalau disuapin Pak Boss gaji saya dipotong lagi, kan gawat. Mana apa-apa sekarang mahal lagi. Bayangkan saja kalau misal--""Tutup mulutmu dan segera telan bubur ini, cepat!!" Sesendok besar bubur langsung dijejalkan Bima kedalam mulut Lily yang sedang terbuka karena berbicara."Tapi saya