Setelah mengurus duo bocah yang kecapean sehabis makan dan main seru di Timezone itu tidur, Lily pun mulai merebahkan tubuh remuknya ke ranjang dengan rasa bahagia aman sentosa.
Ohhhh indahnya dunia, ketemu ranjang lagi setelah jadi pengasuh anak seharian.
Lily baru mengerti, kalau mengurus anak itu tidak mudah. Untung saja tadi Tristan ikut bersama mereka, sehingga kehadirannya sedikit bisa berdaya guna di sana. Lily tidak menyangka kalau laki-laki metroseksual seperti Tristan, bisa begitu luwes dan sabar dalam menghadapi anak kecil. Satu poin plus untuk Tristan. Pasti kelak dia akan menjadi ayah yang baik bagi anak-anaknya, te-ta-pi untuk suami yang baik, Lily sih tidak yakin. Karena kelelahan seharian, Lily pun akhirnya ketiduran di ranjang duo krucil imut itu.
Lily terbangun saat merasa ada yang mencubit-cubit pipinya. Ahelah, perasaan baru aja tertidur, ini sudah dibangunin lagi aja.
"Tante bangunnnn! Udah pagi ini, kami berangkat ke sekolah dulu ya?" Lily yang masih mengumpulkan nyawa karena baru bangun tidur, seketika mengucek-ngucek matanya. Ia kaget saat melihat duo krucil sudah rapi dengan seragam sekolah mereka. Ini mimpi atau bagaimana sih? Kok tetiba itu bocah-bocah udah pada rapi semua?
"Gue yang udah ngurusin anak-anak, Ly. Tadi malem sekitar jam satu-an gue sama Chris nyusul ke sini, karena takut lo keteteran ngurus anak-anak. Eh rupanya lo jago juga ngurus bocah-bocah ya, Ly? Kami lihat kalian bertiga udah tidur berjejer kayak ikan sarden. Ya udah kami sekalian aja nginep di sini. Gue sama Chris balik dulu ya, mau nganter anak-anak sekolah. Lo mandi dulu sono. Gue udah bawain baju ganti buat lo. Kami jalan dulu ya, Ly. Thanks for everything".
Marilyn tiba-tiba muncul bersama suami dinginnya yang sudah rapi jali siap kekantor.
"Iya... halah lo kaya sama orang lain aja," tukas Lily seraya masuk ke kamar mandi. Sementara itu di mobil, Chris baru ingat kalau ponselnya ketinggalan di kamar. Dia pun segera kembali ke kamar dan meninggalkan Marilyn dan dua anaknya di mobil.
Lily yang baru saja membuka pakaiannya bersiap-siap mandi, saat mendengar bunyi bel yang ditekan berulang-ulang kali.
Ini si Incess kenapa lagi? Baru pergi udah balik lagi.
Dengan hanya membalutkan handuk pada tubuh seksinya, Lily pun membuka pintu kamar. Alih-alih tersepona, eh terpesona, si Chris malah memandangi galak. Pakai acara mengomelinya lagi.
"Kadang saya heran melihat kamu. Urat malu kamu ini sudah putus atau bagaimana? Apa kamu tidak risih membuka pintu kamar hanya dengan memakai handuk begitu? Kalau tadi bukan saya yang datang, tetapi orang jahat yang mau memperkosa kamu bagaimana hah?!" Chris masuk ke dalam kamar sembari membentaknya keras. Telinga Lily membuat telinganya berdenging seketika.
"Manget-manget sarapan pagi makan lontong pakai telur dadar." Lily mengelus-elus dadanya karena kaget mendengar bentakan suami Marilyn.
Ahelahhh... nggak di rumah, nggak di hotel, nggak Axel kakaknya, bahkan ini suami sahabatnya pun ternyata suka sekali memarahinya. Nasebbb... nasebbbb....
"Kalo ada orang jahat yang mau memperkosa gue sih, gampang aja, Chris. Gue mah tinggal lihat aja. Maksudnya lihat yang mau merkosa dulu. Kalo orangnya jelek, gue tinggal kasih beberapa jeb kanan kiri, upper cut sama beberapa tendangan di titik-titik mematikan. Tapiii... kalo orangnya ganteng menggoda jiwa dan merasuk sukma, itu sih lain lagi ceritanya," cengir Lily kalem
"Kamu memang sudah gila!Ngidam apalah ibu kamu dulu, sampai dia bisa punya anak sedeng kayak kamu begini?"
"Ngidam makan buah semangka berdaun sirih. Lo mau ngapain balik ke sini Chris? Ada yang ketinggalan?"
"Iya. Ini." Chris pun dengan segera mengantongi ponselnya di saku. Tepat saat Chris membuka pintu kamar, tiba-tiba kilatan lampu blitz bertubi-tubi menyambar wajah mereka berdua. Puluhan wartawan tampak berdiri berdesakan di depan pintu kamar mereka.
Mam to the pus! Pasti headline surat kabar besok akan penuh dengan spekulasi soal berita perselingkuhan Boss property papan atas dengan adik mafia berdasi. Matilah dia kali ini ditangan kakaknya!
"Jadi benar desas desus selama ini yang mengatakan bahwa Anda berselingkuh dengan teman baik istri Anda sendiri ya, Pak Chris?"
"Pak Chris, Anda luar biasa ya? Berani berselingkuh dengan sahabat istri Anda sendiri, bahkan di hotel milik keluarga Anda sendiri juga. You're the real Badasss!"
Hah hotel keluarganya sendiri? Lily langsung menepuk keningnya sendiri. Saolohhhh... Gue bayar mahal-mahal buat reservasi ini kamar, rupanya duitnya jatuh jatuhnya ke tangan dia juga. Rugi bandar ini, coeg!
"Bu Lily, benar Pak Chris ini selingkuhan ibu? Ibu tega 'main hati' dengan suami sahabat ibu sendiri? Di mana perasaan ibu sebagai sesama wanita?"
"Jangan panggil gue ibu, karena gue nggak pernah kawin sama bapak lo! Gue nggak pernah main hati karena emang gue orangnya nggak punya hati. Emang lo punya? Orang-orang kayak lo yang senengnya mengobrak-abrik aib orang lain pake ngomong masalah hati segala. Ngaca sana!"
Lily si biang onar segala bangsa tampak santai menghadapi berondongan pertanyaan para pewarta berita gossip. Sedangkan Chris yang terjebak ditengah-tengah kekacauan ini tampak jengah karena menjadi pusat perhatian. Belum lagi kilatan lampu blitz yang terus-terusan memotret mereka. Ia seperti memerankan adegan film terjebak dilokalisasi. Chris tiba-tiba melepaskan jasnya dan memakaikannya asal pada tubuh Lily yang cuma dibalut oleh handuk sepaha. Lily juga melihat Chris merogoh saku dan menelepon seseorang. Tidak lama kemudian, petugas keamanan hotel segera mengusir gerombolan para pewarta yang tampak beringas dalam mengejar berita. Kenapa nggak dari tadi aja sih?
"Pak Chris, apakah Anda yakin Ibu Marilyn bersedia dimadu?"
Etdah, walaupun sudah terdesak sedemikian rupa, mereka masih saja usaha mendapatkan berita.
"Ya, dia akan bersedia dimadu, jika hanya saya juga bersedia diracun. Sekarang enyah kalian semua dari sini!" Chris sudah sedari tadi menahan emosi, meledak juga akhirnya. Teriakkannya menggelegar sampai ke meja resepsionis depan yang membuat penghuninya berlarian menuju lokasi bentakan.
"Huahahahaha... lo emang ajaib ya, Chris? Ngomongnya irit banget. Tapi sekalinya buka mulut nyelekit gila ahahaha."
"Kamu juga jadi manusia tidak ada malunya. Umur sudah dua puluh dua kelakuan kayak anak umur dua tahun. Cepat pakai pakaian kamu sana!"
"Kenapa Chris, gue napsuin ya?" Lily menoel-noel lengan kekar Christian sambil mengedip-ngedipkan matanya dan mendesah-desah mesum.
"Iya, napsuin pengen ditabok!"
Dan si bapak pemarah itupun pergi setelah benar-benar menoyor kepala Lily.
Etdah gue udah dibikin kayak anaknya aja!
***
"Kemari kamu!"
Hasemele, amang tahe masak gule. Begini amat ya nasibnya? Semaleman ngebabu merangkap baby sitter. Pagi-pagi diomelin laki orang. Eh ini pulang ke rumah, roman-romannya bakal disiksa kakaknya juga ini elahhhhh...
"Semaleman kamu nggak pulang, rupanya kamu sibuk main kuda-kudaan sama suami orang ya? Begitu?"
Ctarrr!!!
Axel akan menggunakan ikat pinggang untuk menghukumnya, bila dia merasa kesalahannya sudah diluar batas toleransinya. Bila masih bisa dimaafkan paling dia hanya menyuruh Lily untuk sekedar push up, squat jump atau sit up saja.
"Adudududuhhh! Nggak bener itu semua, Kak. Lily emang tidur di hotel itu tapi di--"
"Dan siChris Chris itu juga tidur sama kamu di kamar itu kan?"
"Iya. Chris emang tidur disana juga, tapi Mar-"
Ctarrr!!!
"Aduhhhh!!"
Lily mulai tidak tahan untuk tidak mendesis kesakitan. Tapi kalau menangis, nanti dulu. Gengsi coeg! Apalagi dia kan memang tidak bersalah.
"Masih belum mau mengaku salah kamu hah?!"
Ctarrr!!!
Dan Lily pun tetap bungkam. Sebenarnya tadi Lily berniat menjelaskan semuanya. Tetapi sepertinya kakaknya lebih percaya dengan berita online itu daripada adiknya sendiri. Jadi buat apa Lily buang-buang napas untuk sesuatu yang sia-sia bukan?
Selalu begitu. Dari dulu semua orang selalu menilainya negatif. Apapun yang dibuatnya selalu salah di mata mereka. Dia ini cuma seorang anak yang kesepian. Membuat onar dan nakal adalah satu-satunya cara agar dia mendapatkan sedikit perhatian. Jangan bicara soal sopan santun dan tatakrama kepadanya. Dia tidak akan faham. Karena tidak seorang pun yang pernah mengajarkan kepadanya.
Bang Gultom hanya mengajarinya balas memukul kalau orang lain duluan memukul. Bahkan si abang mengajarkannya teknik tipu muslihat dan seribu satu cara untuk kabur bila musuh ternyata tidak berimbang.
Kak Axel menyuruhnya diam dan jangan lasak kalau kakaknya sedang belajar. Kakak sibuk Ly, jangan ganggu kakak dulu. Kalau kakak tidak sibuk belajar dan bekerja, nanti kita semua mau makan apa? Sana main sama Bang Gultom dan Mang Endang.
Dan permainan apalah yang bisa diajarkan oleh dua orang tangan kanan almarhum ayahnya, yang bahkan tersenyum saja jarang!
Dan Lily pun tetap diam dan mengunci mulutnya rapat-rapat saat kakaknya memberi beberapa kali lagi sabetan ikat pinggangnya. Axel pun memaki kasar sambil berlalu begitu saja saat melihat adiknya tetap tidak mau menjawab, dan hanya diam seribu bahasa sambil menatap balik matanya.
Axel membuka pintu kamar adik semata wayangnya perlahan. Pandangannya seketika tertumbuk pada bercak-bercak merah dan luka sepanjang betis dan kaki adik perempuannya. Dia menghela nafas panjang saat melihat walaupun adik nakalnya itu sudah tertidur, tetapi masih tampak sisa-sisa air mata yang menggumpul diujung-ujung bulu mata lentiknya. Si Gengsi dan keras hati ini akhirnya menangis juga.Axel sebenarnya tadi tidak sampai hati harus mencambuk kaki adiknya dengan ikat pinggang kulitnya. Cuma masalahnya kali ini adiknya ini sudah sangat keterlaluan salahnya. Saat itu dia tengah mempresentasikan proposal mengenai pembangunan beberapa real estate dengan investasi menjanjikan dengan client-client potensialnya, saat salah seorang clientnya malah memperlihatkan berita online tentang perselingkuhan adiknya dengan suami dari wanita yang dahulu bahkan sampai sekarang masih sangat dicintainya. Belum lagi pose-pose saat si Chris itu memakaikan jas nya pada tubuh setengah t
Axel menghentikan mobilnya dipinggir jalan raya dan menurunkan Lily begitu saja seperti supir Grab yang baru habis dibayar."Itu kantornya si Bima. Adek tinggal masuk dan memperkenalkan diri aja. Siniin tas adek bentar."Dengan bingung Lily pun menyerahkan tas LV speedy damier limited editionnya. Mata Lily membelalak sempurna saat melihat kakaknya membuka dompet LV monogram nya dan mengeluarkan segala jenis kartu yang berjejer manis dalam slot nya tersebut dan hanya meninggalkan KTP dan SIM nya saja. Bahkan semua uang tunai juga disita oleh Axel, dan hanya meninggalkan selembar uang berwarna biru dengan nominal angka lima puluh ribu rupiah. Lily rasanya kepengen nangis guling-guling sambil joget jaipongan seketika."Mulai hari ini kakak hanya akan menjatah adek dengan uang senilai lima puluh ribu rupiah setiap hari all in. Yang artinya ongkos, makan siang dan lain-lainnya semuanya sudah termasuk didalamnya. Itupun hanya kakak be
Sudah satu minggu penuh Lily bekerja di Bima Sakti Raffardan's Law and Associates, dan selama itu pula aturan dan gaya hidupnya berubah total. Bagaimana dia tidak merubah gaya hidup kalau uang sakunya cuma lima puluh ribu rupiah all in sehari. Dulu uang segitu mah cuma dianggap sebagai uang parkir bagi Lily, tapi sekarang? Uang segitu harus dia alokasikan dengan hati-hati kalau dia tidak mau mati kelaparan. Lily sama sekali tidak takut tentang masalah kesulitan keuangannya sendiri. Tetapi masalahnya bagaimana dengan nasib anak-anak panti? Sebenarnya setiap bulan Lily selalu membantu kelangsungan berdirinya panti asuhan Kasih Bunda.Semua kebutuhan sandang dan pangan panti Lily lah yang mengsupplynya. Sedangkan bila ada donatur-donatur yang datang untuk memberikan sumbangan, dana itu akan mereka alokasikan untuk biaya -biaya yang tidak terduga, seperti dana untuk anak-anak yang sakit, perbaikan gedung yang rusak ataupun keperluan insidentil lainnya. Apalagi kemar
Lily berlari ngos-ngosan dari halte bis menuju gedung perkantoran pencakar langit tempatnya mencari sesuap nasi dan segenggam berlian saat ini. Sebenarnya sejak semalam dia sudah merasa kurang enak badan, mungkin tubuhnya sedikit terkejut untuk beradaptasi dengan kegiatan kerja rodi nya seminggu ini. Dia bukan hanya capek, tapi capekkkkk banget. Walaupun apartemen Eldath dan Badai tidak begitu berantakan, tetapi tetap saja pekerjaan itu menyita waktu yang seharusnya dipakainya untuk beristirahat.Tetapi demi anak-anak panti Lily harus tetap semangat.Fighting!!!Fighting!!!Lily menyemangati dirinya sendiri ala-ala drama Korea.Begitu tiba di lobby kantor Lily seketika merasa hendak bunuh diri saja. Bagaimana tidak? Ini hari jummat dan ada meeting penting dengan beberapa LBH yang ingin membahas tentang surat silang sengketa antara pemilik tanah dengan sebuah instansi milik pemerintah. Semua karyawan sudah rapi jali dengan se
Dokter Teguh baru saja selesai memeriksa Lily dan memberikan beberapa macam obat untuk segera diminum sehabis makan. Lily sebenarnya sangat tidak enak sakit ditempat orang, dikantor lagi. Pasti hanya akan membuat dirinya terlihat semakin tidak professional saja. Tidak lama kemudian Pak Faisal, sang OB kantor pun masuk sambil membawa semangkuk bubur ayam yang dipesan oleh Bima."Makan dan habiskan buburnya Lily. Setelah itu minum obatnya dan cobalah tidur sebentar." Bima mengatur bantal dipunggungnya agar lebih tinggi, sehingga Lily bisa lebih nyaman saat memakan buburnya."Biar saya makan sendiri aja Pak Boss. Ntar kalau disuapin Pak Boss gaji saya dipotong lagi, kan gawat. Mana apa-apa sekarang mahal lagi. Bayangkan saja kalau misal--""Tutup mulutmu dan segera telan bubur ini, cepat!!" Sesendok besar bubur langsung dijejalkan Bima kedalam mulut Lily yang sedang terbuka karena berbicara."Tapi saya
Lily tiba di apartemen Badai pukul 06.00 WIB. Saat lift berdenting diangka 2, seorang pria berkemeja biru tampak masuk dengan tergesa-gesa, sehingga secara tidak sengaja menabrak bahu Lily."Maaf sis, saya tidak senga—Lily? Lo ngapain malem-malem kesini?" Tristan, mantan pacar satu minggunya menatap heran pada Lily yang tumben-tumbenan ada di apartemen. Daerah teritorialnya biasa kalau tidak club ya mall. Tempat tongkrongan para sosialita papan atas."Gue ada urusan sedikit disini. Mau ngebabu,btepatnya. Lo kenapa sih mandangin gue sampe segitunya? Apa lo sekarang mulai kena sindrome mantan yang lepas dari genggaman tetiba tampak begitu menawan. Begitu?"Lily yang merasa risih karena dipandangi dengan penuh kerinduan oleh Tristan tampak mundur-mundur karena tubuh Tristan yang terus merangsek maju. Apalagi samar-samar Lily mencium aroma alkohol yang
Lily tiba di panti asuhan Kasih Bunda. Dan ia disambut dengan suasana penuh kesedihan di sana. Saoloh, ada masalah apa lagi lah kali ini? Puluhan anak panti menangis menggerung-gerung, diikuti tangisan lirih Bu Nurul yang tampak terduduk lemas di kursi kayu teras. Rasa takut mulai merambati hati Lily. Masalah besar apalagi yang sedang terjadi saat ini."Bu, ini ada apa sih? Kenapa seperti ada yang naruh bawang merah di mari ya?" Lily mencoba melucu di tengah kegalauan hatinya sendiri. Bu Nurul akhirnya mulai bisa sedikit tersenyum mendengar candaan Lily."Lily, kami semua lagi bingung karena panti akan segera digusur. Anak pemilik rumah ini rupanya telah menjual rumah ini pada P.T Bina Graha Persada beberapa bulan lalu. Setelah Bu Ambar meninggal dunia, Bram, anak sulung Bu Ambar memang sudah mengatakan pada Ibu kalau dia ingin menjual rumah ini sebagai modal usaha. Tetapi Ibu tidak mengira kalau waktunya ternyata secepat ini. Ibu belum mene
"Saya bilang kemari!"Lily dan Heru saling memandang. Untuk pertama kalinya Lily kehilangan kata-kata dalam menghadapi pria. Saat ini tanpa dia sadari matanya bahkan sudah tampak panik. Dia ketakutan. Hari ini pasti Heru akan melakukan itu padanya. Sebentar lagi dia pasti akan berdarah-darah dan menggelepar-gelepar seperti ikan yang terlempar kedaratan. Di kepalanya terus menerus terbayang pada percakapan kedua orang anak buah ayahnya dulu.Bola matanya makin membesar saat melihat Heru yang semakin mendekat dan kemudian memeluknya erat. Campuran aroma musk dan tembakau langsung menyeruak memenuhi indra penciumannya."Kamu kenapa tampak ketakutan seperti ini hmmm? Seperti kamu masih perawan saja? Padahal saya yakin, hampir separuh laki-laki di kota ini sudah pernah mencicipi tubuhmu. Jadi kamu tidak usah bersikap sok jadi perawan lugu di depan saya, mengerti?Saya sudah membayar kamu mahal. Jadi malam
"HUAPAHHHHH?!!" Marilyn dan Raline langsung pucat dan kebingungan. Masak Lily melahirkan di cafe? Bisa viral se Indonesia Raya ini mah!"Ja-jadi bagaimana ini, Ly? Kita harus bagimana iniiii? Lo musti gue apain coba?" Marilyn yang kebingungan pun berjalan hilir mudik, mondar-mandir panik seperti setrikaan."Adudududuhhhh..!!! Ya bawa gue ke rumah sakit dong Incess. Masak ke bengkel Bang Abyaz! Emang gue mau bongkar mesin atau balancing? Cepetan Incess! Lo mau gue lahiran di mari?!" Lily yang merasakan perutnya mulai kontraksi pun tidak kuasa lagi menahan jerit kesakitannya.Tiba-tiba saja Raline melihat Aksa yang sedang berjalan santai memasuki cafe bersama beberapa rekan bisnisnya. Sepertinya mereka akan makan siang sambil ngobrol-ngobrol ganteng di sini. Dan Raline pun segera menghambur menuju rombongan Aksa untuk meminta pertolongan. Karena Lily sepertinya bahkan sudah tidak bisa berdiri lagi, apalagi be
Berkat sandiwara laknat yang penuh dengan adegan sinetron itulah akhirnya Heru tersadar. Raline memang benar. Singgung saja nama Aksa di depan Heru, pasti langsung berasap kepalanya."Mbak, gue berterima kasih banyak atas ide gila lo yang teope begete. Dua jempol deh buat lo, Mbak. Mbak emang ratu pelakor eh ratu antagonis sejati." Lily ber lo gue kembali dengan Raline. Lebih seru rasanya berloe gue daripada saya-sayaan. Pegel rahang, coeg.Raline hanya memutar bola mata melihat bini somplak Heru. Ini orang sudah dibantu, niatnya sih mungkin muji, eh jatuh-jatuhnya malahngenyek yang ada."Duh saking gembiranya gue jadi pengen goyang bebek mabuk di mari. Joget bentaran ah biar lega."Dan Lily pun mulai menundukkan tubuh seksoynya sambil menggoyangkan pantatnya ke kiri satu kali dan ke kanan dua kali. Begitu berulang-ulang sampai ia puas."Goyang bebek mabuk lo
Heru tengah menghitung berapa kubik yang akan di cor dengan menggunakan sistem readymix, saat salah seorang pekerjanya mengetuk pintu ruangannya dengan tergesa-gesa. Wajahnya tampak cemas dan bingung."Ada apa Denny? Kenapa kamu tidak ke lapangan saja membantu yang lain memelester?""Anu eh itu. Sebaiknya Bapak pulang dulu ke rumah eh warung." Denny menjawab takut-takut. Heru mengernyitkan alisnya. Ada sesuatu yang tidak beres ini."Ada masalah apa di warung Den? Apa ada orang usil yang mencoba mengganggu istri saya lagi?" Heru langsung berdiri."Bu-bukan mengganggu Neng Bu-eh Bu Heru. Tapi mereka menghancurkan rumah Bu Heru dengan dua excavator sampai rata dengan tanah."Apa?" Heru pun langsung berlari sekencang mungkin menuju rumahnya.Oh Tuhan semoga istri dan anak dalam kandungannya dalam keadaan baik-baik saja!Sementara itu Lily ber
"Apa maksud kamu membuka pintu rumah dengan keadaan setengah telanjang begitu hah? Apa kamu memang terbiasa untuk membuka pintu dengan begitu saja tanpa mengintip dulu, atau minimal bertanya siapa yang datang? Kamu ini ceroboh sekali, Perempuan?! Untung ada Mas di antara mereka tadi. Kalau Mas nggak ada, apa jadinya coba? Jangan-jangan kamu bakal di rame-ramein oleh mereka berdua!"Heru sangat emosi mengingat moment tadi. Pak Kades dam Pak RW seketika melotot dengan ekspresi mupeng. Mereka menatapi tubuh istrinya yang tambah bohay akibat proses kehamilannya. Dua orang tua bangka itu bahkan tidak mau bergerak saat Heru menyeret mereka untuk menjauhi pintu rumah. Kalau saja mereka berdua tidak seusia dengan ayahnya, pasti sudah bonyok mereka menerima bogem mentahnya.Heru sedang lelah lahir batin saat ini. Setelah menghajar Gilang habis-habisan dan mengancam Fahri sengan SP1, dia juga memecat dengan tidak hormat Seno Prasetyo dan semua anak bu
"ASTAGA LILY?!!"Lily kaget saat melihat Heru ada di depan matanya. Antara percaya nggak percaya dia-nya sih. Mau ngucek-ngucek mata juga kagak bisa. Secara tangannya 'kan megang nampan full minuman para pelanggan. Lily cepat-cepat meletakkan minuman-minuman itu di meja. Lebih baik begitu sih, biar aman. Lily tidak mau bereaksi seperti sinetron-sinetron di televisi yang kalau kaget suka menjatuhkan minuman. Terus tangan dipakai untuk menutup mulut, mata berkaca- kaca dan bibirnya bergetar. Menyebut nama orang yang mengagetkannya. Lantas wajah di zoom bolak balik dengan backsound musik jreng jreng! Lily mah sumpah kagak mau begitu. Norak coeg!Sudah rugi waktu, capek berkali-kali mengaduk- aduk minuman, eh rugi gelas yang pecah lagi. Itu kan namanya auto oon. Ye kan? Ye kan? Lily mah kalo disuruh drama-drama seperti itu sumpah kagak bisa dia! Mana ini Mas suami diem aja kayak patung sambil natap Lily kayak orang linglung lagi, kan syerem!
Dua bulan sudah berlalu. dan Heru sama sekali tidak mendapati jejak Lily dimanapun. Axel mengerahkan seluruh jaringannya untuk menjelajahi setiap sudut negeri ini, bahkan sampai keluar negeri. Tetapi hasilnya masih nol besar!Begitu juga Heru. Setiap hari dia sudah seperti orang gila. Mengukur jalan centi demi centi. Memeriksa rumah sakit setiap hari, mendatangi rumah-rumah kontrakan sampai kost-kostan di seluruh penjuru kota ini. Rutinitas itu sudah dia jalani selama hampir dua bulan terakhir ini. Tetapi hasilnya tetap saja nihil!Dimulai dengan pencarian manual sendiri sampai mulai menyewa detektif professional. Semua sudah dilakoninya. Tetapi tetap belum menampakkan hasil juga. Namun dia tetap tidak putus asa. Selama napasnya masih ada, dia akan terus berusaha mencari istri dan calon anaknya bahkan hingga keujung dunia.Heru juga sudah menegaskan pada Raline, bahwa dia sama sekali tidak ingin bercerai dari istrinya. D
Heru mengendarai mobilnya dengan kecepatan 160km/jam. Itu adalah rekor ngebut tergilanya di saat-saat jam-jam sibuk orang-orang yang akan pulang bekerja. Heru berdecak kesal saat jalan menuju kompleks perumahannya ditutup karena ada hajatan pernikahan.Sambil memukul geram setir mobil yang tidak bersalah, Heru pun segera melambaikan tangannya, ketika mengenali salah seorang SATPAM yang bertugas di kompleks perumahannya sedang lewat.Heru memanggil sang SATPAM untuk mengendarai mobilnya sementara dia sendiri berlari pulang ke rumah demi menghemat waktu. Setelah berlari sekencangnya tanpa henti selama kurang lebih dua puluh menit, Heru pun akhirnya tiba di depan rumahnya dengan nafas ngos-ngosan dan keringat bercucuran. Saat membuka jas hitamnya, kemeja putihnya pun seakan lengket bagaikan kulit kedua akibat keringat yang membanjir."Lily mana Pa, Ma?""Dia sudah pergi, Ru." Pak Trustan dan Bu Widya ta
Sudah seminggu Bang Gultom berpulang ke rahmatullah. Sudah seminggu ini juga Lily terus berfikir untuk mulai menata hidupnya kembali. Dia sudah tidak takut lagi dengan gertakan Heru tentang flash disk yang berisi tentang daftar kejahatan Bang Gultom. Karena Bang Gultom sekarang kan sudah tidak ada lagi di dunia ini. Heru mau melaporkan flash disk itu ke mana coba? Apa emang ada jalur khusus untuk membuat laporan dan menemui Yang Maha Kuasa di atas sana? Itu artinya si Herder itu juga harus mati dulu kan ya? Ya mana mau lah dia. Secara dosanya juga masih seabrek-abrek. Kan dia juga takut kalau mati nanti bakalan masuk neraka? Ye kan? Ye kan?Sambil melamun Lily pun mulai memasuki sebuah gerai es krim populer. Lily memang mempunyai kebiasaan makan es krim di saat galau. Sepertinya anak dalam perutnya juga kepengen makan es krim sejak dari tadi pagi. Tetapi baru kesampian sore ini karena pekerjaannya yang terus menumpuk seakan tiada habisnya. Banyaknya kasus percer
"Kita mau makan malam kemana sih ini, Mbak?" Lily bingung mengikuti mbak Clara yang katanya sih ingin makan malam untuk merayakan ulang tahunnya. Tapi ini kok malah masuk ke dalam club malam coba?"Mbak minta maaf karena membohongi kamu ya, Ly? Tapi kepala Mbak lagi mumet banget ini setelah lihat photo beginian di salah satu IG mantan Bang Anton. Mbak takut mereka ngapa-ngapain di club itu dan Mbak nggak kuat melihatnya. Makanya Mbak ajak kamu. Mengenai hari ulang tahun Mbak, Mbak kan memang ulang tahun hari ini."Mbak Clara yang biasanya tegas, ceria dan tempat curhat semua umat di kantor, tampak begitu sedih dan galau hari ini. Lily mengerti. Istri mana yang tidak galau kalau suami ketemu mantan pacar di club coba? Mungkin kalau boleh masuk bawa golok ke club, udah bawa golok berikut teman-temannya kali itu si mbak Clara.Suasana semarak langsung memasuki telinga Lily, saat memasuki salah satu club papan atas itu. Dia