Lily tiba di apartemen Badai pukul 06.00 WIB. Saat lift berdenting diangka 2, seorang pria berkemeja biru tampak masuk dengan tergesa-gesa, sehingga secara tidak sengaja menabrak bahu Lily.
"Maaf sis, saya tidak senga—Lily? Lo ngapain malem-malem kesini?" Tristan, mantan pacar satu minggunya menatap heran pada Lily yang tumben-tumbenan ada di apartemen. Daerah teritorialnya biasa kalau tidak club ya mall. Tempat tongkrongan para sosialita papan atas.
"Gue ada urusan sedikit disini. Mau ngebabu,btepatnya. Lo kenapa sih mandangin gue sampe segitunya? Apa lo sekarang mulai kena sindrome mantan yang lepas dari genggaman tetiba tampak begitu menawan. Begitu?"
Lily yang merasa risih karena dipandangi dengan penuh kerinduan oleh Tristan tampak mundur-mundur karena tubuh Tristan yang terus merangsek maju. Apalagi samar-samar Lily mencium aroma alkohol yang
Lily tiba di panti asuhan Kasih Bunda. Dan ia disambut dengan suasana penuh kesedihan di sana. Saoloh, ada masalah apa lagi lah kali ini? Puluhan anak panti menangis menggerung-gerung, diikuti tangisan lirih Bu Nurul yang tampak terduduk lemas di kursi kayu teras. Rasa takut mulai merambati hati Lily. Masalah besar apalagi yang sedang terjadi saat ini."Bu, ini ada apa sih? Kenapa seperti ada yang naruh bawang merah di mari ya?" Lily mencoba melucu di tengah kegalauan hatinya sendiri. Bu Nurul akhirnya mulai bisa sedikit tersenyum mendengar candaan Lily."Lily, kami semua lagi bingung karena panti akan segera digusur. Anak pemilik rumah ini rupanya telah menjual rumah ini pada P.T Bina Graha Persada beberapa bulan lalu. Setelah Bu Ambar meninggal dunia, Bram, anak sulung Bu Ambar memang sudah mengatakan pada Ibu kalau dia ingin menjual rumah ini sebagai modal usaha. Tetapi Ibu tidak mengira kalau waktunya ternyata secepat ini. Ibu belum mene
"Saya bilang kemari!"Lily dan Heru saling memandang. Untuk pertama kalinya Lily kehilangan kata-kata dalam menghadapi pria. Saat ini tanpa dia sadari matanya bahkan sudah tampak panik. Dia ketakutan. Hari ini pasti Heru akan melakukan itu padanya. Sebentar lagi dia pasti akan berdarah-darah dan menggelepar-gelepar seperti ikan yang terlempar kedaratan. Di kepalanya terus menerus terbayang pada percakapan kedua orang anak buah ayahnya dulu.Bola matanya makin membesar saat melihat Heru yang semakin mendekat dan kemudian memeluknya erat. Campuran aroma musk dan tembakau langsung menyeruak memenuhi indra penciumannya."Kamu kenapa tampak ketakutan seperti ini hmmm? Seperti kamu masih perawan saja? Padahal saya yakin, hampir separuh laki-laki di kota ini sudah pernah mencicipi tubuhmu. Jadi kamu tidak usah bersikap sok jadi perawan lugu di depan saya, mengerti?Saya sudah membayar kamu mahal. Jadi malam
Lily sudah mencuci pakaian, membersihkan semua ruangan di apartemen,bahkan dia juga sudah menyetrika pakaian. Badannya asli remuk redam. Apalagi semalam Heru tidak ada puas-puasnya memilikinya. Lily bahkan sampai meminta-minta ampun padanya, barulah Heru bersedia untuk melepaskan pelukkannya. Itupun dalam keadaan Heru membenamkan wajah di dadanya.Mungkin sewaktu kecil, si babang tamvan ini tidak diberi ASI dengan cukup, sehingga saat sudah bangkotan begini baru mulai balas dendam pengen ASI terus, batin si somplak Lily.Setelah si bayi besar tertidur pulas, barulah dia bisa pulang. Lily baru tahu bahwa laki-laki dewasa pun terkadang bisa bersikap manja seperti anak kecil yang pengen disayang-sayang dan dielus-elus dulu kepalanya sewaktu ingin tidur. Bener-bener kurang belaian di waktu kecil bukan?Bahkan saat dia momong kedua anak si Incess Oneng dan belasan anak panti saja tidak seribet melayani si bayi besar i
"Mas sendiri lagi ngapain di sini? Lagi main kuda lumping minum susu ya?pantes aja si Mas tambah sehat perkasa sakti mandraguna. Suka minum susu murni rupanya.""Eh Sis Can, mau ikutan main congklak kayak saya aja nggak? Ayo gabung sini. Ganteng-gantengkan ini congklaknya? Nih saya pinjemin satu deh. Daripada Sis Can darah tinggi mulu ngeliatin Masnya main kuda lumping-kuda lumpingan, mending nih main congklak kayak saya."Lily tersenyum ramah pada Raline yang tampak kebingungan melihat perseteruan Heru dengannya.Heru yang sedari tadi sudah ingin sekali membunuh Lily, semakin membara oleh kata-kata provokatifnya. Rahangnya bergerak-gerak kaku. Ia sedang mengadu geraham-gerahamnya.Saat bibir Raga bergerak dari pipi Lily dan terus turun menuju leher mulusnya, Heru sudah tidak tahan lagi. Dia langsung berdiri dari kursi dan menarik kasar lengan Lily."Sini kamu!"
Lily sedang melamun ditengah-tengah kemeriahan acara ulang tahun pernikahan Om Texas dan Tante Florida. Sekarang intensitas mimpi buruknya meningkat menjadi setiap malam. Tetapi makin kesini, mimpi itu semakin memperlihatkan hal-hal yang berbeda dari yang diketahuinya sebelumnya. Semua orang mengatakan bahwa kedua orangnya nya meninggal karena kecelakaan seperti mimpi-mimpi yang selalu menghantuinya. Tetapi entah mengapa ada sekilas ingatan yang melintas dibenaknya tentang pemandangan daddynya terkapar dilantai dengan darah yang tergenang. Masalahnya ingatan tentang pemandangan itu selalu kabur, dan sulit sekali untuk digali. Seolah-olah ada kekuatan lain yang selalu mencegahnya untuk muncul diotaknya."Ponakan Om ini kenapa hm? Om perhatikan kamu dari tadi melamun saja. Ada masalah? Apa yang bisa Om bantu buat kamu?" Texas memeluk sayang keponakannya dan mencium lembut puncak kepalanya. Lily yang memang sedang kangen-kangennya pada kedua orang tuanya, langsung
Lagi-lagi mimpi yang sama. Kalau hanya sekedar mimpi, tetapi kenapa rasanya begitu nyata? Lily seolah-olah mengalami dejavu. Dia teringat sepertinya dulu dia pernah bermain sepeda disitu, atau sekedar bermain petak umpet di halamannya yang luas dan dipenuhi beraneka jenis bunga anggrek. Karpet bulu lembut berwarna merah dengan corak floral, guci antik disudut ruangan, bahkan dia ingat pernah bermain seluncuran pada pegangan tangga yang terbuat dari kayu jati itu. Tapi masalahnya dia tidak ingat itu rumah siapa?Lily meringis saat berjalan keluar dari kamar mandi. Akibat terserempet mobil semalam, siku dan lututnya lecet-lecet serta pipinya memar lumayan besar. Saat ini penampilannya pasti mirip dengan salah satu korban KDRT yang sering diwawancarai di Tv dan diberi nama samaran Bunga. Walaupun Lily sudah berusaha menutupi memarnya dengan foundation, tetapi itu ternyata juga tidak membantu banyak. Tapi yah lumayanlah daripada tidak ditutupi sama sekali. Lutut dan
Mungkin bagi semua orang baik-baik dalam tanda kutip, mereka paling takut atau cenderung untuk tidak mau berurusan dengan yang orang yang biasa berkutat dalam dunia hitam atau yang biasanya dikenal dengan sebutan mafia.Sisi gelap kehidupan mereka yang identik dengan kekerasan, free sex dan minum-minuman keras adalah merupakan hal yang biasa dalam komunitas mereka. Tetapi satu hal Lily kagumi dari mereka adalah mafia sejati tidak akan pernah mengingkari janjinya. Bagi mereka janji itu adalah jati diri dan harga mati. Bukan mafia abal-abal kelas teri seumpama preman pasar ya? Itu mah lain lagi ceritanya. Begitu pula dengan Axel, kakak tercintanya.Lily tahu kakaknya itu khawatir setengah mati saat melihat luka-lukanya tadi pagi, walau pun dia sudah berusaha keras mencoba untuk menutupi kecemasannya dengan topeng wajah datarnya seperti biasa. Lily juga tahu kalau kakaknya itu sebenarnya begitu tidak rela kalau adiknya menjadi ART dirumah orang
"Bik, saya minta kunci kamar Neng Ririn ada?" Seketika semua mata yang ada diruang makan itu menghentikan kegiatan mengunyah mereka. Bik Murni bahkan sampai melongo mendengar permintaannya. Mereka semua tahu betapa Heru biasanya sangat tidak suka jika mendengar salah seorang dari mereka menyebut-nyebut nama almarhumah adik perempuan kesayangannya itu.Heru belum bisa menerima kenyataan kalau adiknya itu sudah meninggal karena bunuh diri bertahun-tahun yang lalu. Dia merasa gagal sebagai seorang Kakak. Gagal karena tidak bisa melindungi perasaan adiknya terhadap apa yang disebut dengan yang namanya cinta.Ya, adiknya jatuh cinta setengah mati pada seorang seniornya disekolah. Setiap hari Ririn bangun pagi hanya untuk menyiapkan bekal untuk senior pujaan hatinya. Sementara orang yang tidak punya hati itu malah memberikan bekal itu pada siapa saja yang bersedia memakannya.Setiap hari juga adiknya mengemis perhatian, mengik