"Bik, saya minta kunci kamar Neng Ririn ada?" Seketika semua mata yang ada diruang makan itu menghentikan kegiatan mengunyah mereka. Bik Murni bahkan sampai melongo mendengar permintaannya. Mereka semua tahu betapa Heru biasanya sangat tidak suka jika mendengar salah seorang dari mereka menyebut-nyebut nama almarhumah adik perempuan kesayangannya itu.
Heru belum bisa menerima kenyataan kalau adiknya itu sudah meninggal karena bunuh diri bertahun-tahun yang lalu. Dia merasa gagal sebagai seorang Kakak. Gagal karena tidak bisa melindungi perasaan adiknya terhadap apa yang disebut dengan yang namanya cinta.
Ya, adiknya jatuh cinta setengah mati pada seorang seniornya disekolah. Setiap hari Ririn bangun pagi hanya untuk menyiapkan bekal untuk senior pujaan hatinya. Sementara orang yang tidak punya hati itu malah memberikan bekal itu pada siapa saja yang bersedia memakannya.
Setiap hari juga adiknya mengemis perhatian, mengik
Lily sedang menyusun barang-barang yang akan dinaikkan kedalam pick up saat sebuah mobil mewah berhenti tepat disamping mobil pengangkut barang-barang pindahan tersebut. Akhirnya setelah hampir seminggu menunggu hasil penjualan barang-barang branded nya, Lily berhasil juga membeli sebuah ruko berikut dengan segala macam peralatan untuk membuka toko roti kecil-kecilan untuk kelangsungan hidup para anak-anak panti.Melalui sudut matanya Lily melihat bahwa Heru lah orang yang mengendarai mobil tersebut. Walaupun dalam hati Lily amat sangat membenci sikap lempar batu sembunyi tangannya Heru, tetapi Lily tetap harus mengucapkan rasa terima kasih ala kadar nya pada pria berwajah tanpa ekspresi itu."E... ehhhh Nak Heru sudah datang tho?Ibu mau mengucapkan banyak terima kasih pada nak Heru yang sudah memberikan kami semua tumpangan selama hampir tiga minggu ini, ayo anak-anak, mari ucapkan terima kasih kepada bapak Heru ini.""
Suasana panas dan suara-suara teriakan riuh dari 99,9% penonton laki-laki yang mendominasi arena gladiator Alcatraz mulai menghidupkan euphoria duel yang sebentar lagi akan berlangsung.Lily heran apa asyiknya coba menikmati pemandangan orang yang saling baku hantam sampai berdarah-darah dengan tulang patah-patah, dan itupun masih saja disemangati oleh para coach, pendukung, promotor bahkan fans-fans mereka.Bukannya diteriakin disuruh berhenti karena wajah mereka sudah babak belur tidak jelas antara bentuk oval, bulat, persegi, trapesium sampai jajaran genjang. Eh ini malah disuruh bangun lagi dan lagi. Lily merasa kelamaan duduk disini akan tidak baik bagi kesehatan mata dan jantungnya.Walaupun ehm, memang benarlah kata pepatah lama, dibalik suatu kejadian pasti akan ada hikmah yang bisa dipetik didalamnya. Dalam hal ini hikmah yang didapat Lily adalah matanya jadi segar terus karena disirami oleh pemandangan menyejuk
"BRENGSEKKK!Ada yang coba-coba mau menjebak gue rupanya. Lo liat aja begitu gue dapetin itu manusia penghianat bakal gue cincang hidup-hidup dia!Erick, coba lo liat di surat jalannya, tanda tangan siapa yang udah langsung ngirim ke ekspedisi tanpa di checking ulang dulu sama bagian finishing."Axel begitu emosi saat beberapa client potensialnya marah-marah karena kualitas besi-besi yang dikirimnya tidak sesuai dengan ukuran dan berat yang diminta oleh customer. Mulai dari besi beton, UNP, CNP, plat hitam sampai ke pipa bulat nya semua ukurannya sudah melewati batas toleransi 0,8 mili. Pantas saja semua costumer mencak-mencak dan mengembalikan semua paket-paketnya.Ada orang dalam yang mencoba bermain kotor di sini. Mereka ingin merusak kredibilitasnya yang selama ini dikenal sebagai seorang pengusaha yang jujur, menjadi mulai dipertanyakan kebenarannya. Oke, you wanna play? Let's play!"Yang
"Wah... wah... wah... lo bawa piala bergilir ke sini sebagai pasangan lo, El? Untuk berapa lama status istimewa itu lo jabat? Puas-puasin deh menikmati kompensasi dari jabatan lo itu, sebelum lo harus serah terima jabatan dengan laki-laki lainnya."Heru menepuk-nepuk ringan bahu Eldath. Ia seolah-olah bersikap seperti seorang ayah yang sedang menasehati anaknya."Piala bergilir yang coba lo milikin mati-matian sampe lo nantangin Arkansas di Alcatraz maksud lo?Chicken!"Eldath meludah sinis ke samping. Eng ing eng. Lily merasa suasana sudah mulai panas-panas durjana ini. Sebelum acara reuni ini berubah menjadi ring tinju, ada baiknya dia mulai memisahkan dua macan jantan, yang sepertinya sama-sama mencium aroma amis darah itu."Maaf ya Pak Heru ganteng, saya dan mas pacar mau mojok dulu di sono ya? Maklumlah, kami 'kan pasangan baru. Masih dalam suasana anget-angetnya kayak bolu kukus baru diangkat. P
"Ly, saya akan meeting sebentar sama Mbak Clara dan Pak Rizal. Nanti kalau ada client yang namanya Narendra Ajisaka Prahasta, langsung saja bawa ke ruangan meeting ya? Dia itu teman lama saya."Bima memerintahkan maklumat, sembari menyusul langkah Rizal dan beberapa client lainnya. Melihat bahasa tubuh mereka yang santai dan kata lo gue yang mereka pakai, tahulah Lily bahwa client-client kelas kakap ini semua adalah teman-teman lamanya Bossnya. Dengan sigap ia mengangguk. Titah atasan adalah segalanya bukan?Lily baru saja berkonsentrasi membaca salah satu draft perjanjian yang sudah dikonsepkan oleh Bima, saat penampakan sesosok pria tampan mapan rupawan menghampiri mejanya. Di samping kiri si pria tampan, terlihat seorang remaja belasan tahun menggelayuti lengan si Om dengan santainya.Wuihhhh... Om yang baik hati ini sepertinya. Buktinya ini si Om mau kerja aja, itu ponakan tetap aja dibawa-bawa. Bikin Lily iri saja.
Lily sedang menyajikan 3 cangkir kopi kepada Boss dan dua client potensialnya Heru dan Dexter. Rupanya mereka bermaksud untuk kembali membuka kerjasama di bidang kuliner setelah kerjasama mereka yang sebelumnya di bidang property sukses besar, dan mendapatkan profit milyaran rupiah. Perumahan exclusive yang mereka bangun sold out semua hanya dalam waktu beberapa minggu saja. Luar biasa bukan?Saat ini Heru sedang membangun pusat jajanan kuliner khas nusantara dan menyewakan gerai-gerainya untuk siapa saja yang ingin membuka stan makanan di sana. Dewasa ini bisnis kuliner sedang booming akibat gencarnya promosi di media sosial, sehingga setiap orang yang melihat unggahan makanan lezat, pasti langsung saja mengecek lokasi dan mulai berphoto-photo ria juga di sana. Inilah yang sedang dibahas oleh para executive muda di depannya ini. Diotak genius mereka ide-ide sudah mengalir dengan derasnya.Drttt... drrtt... drttt...Lily
"Jadi Bapak pengen saya bagaimana sekarang? Bunuh diri juga, begitu? Apakah itu akan menghidupkan Mbak Ririn lagi?"Lily yang sebenarnya sedang enggan debat kusir dengan Heru, memutuskan untuk meladeni semua keinginan laki-laki ini. Dengan begitu Heru puas memuntahkan semua sumpah serapah dan kebenciannya pada kakaknya. Yang sayangnya malah dirinya yang harus menelan semua kepahitan itu. Padahal ia tidak tau apa-apa. Seandainya pun kakaknya yang bersalah, ia tidak patut menanggung dosanya bukan?"Rugi banget kalau kamu mati duluan sebelum saya puas ngapa-ngapain kamu. Sini dong, Perempuan. Deketan sedikit dengan saya. Masa sih cewek mesum seperti kamu ini takut sama laki-laki? Bukannya biasanya kamu doyan tuh sama mahluk berbatang? hm..."Heru menarik Lily ke pangkuan, dan mencium-cium gemas pipi mulusnya.Kalau saja kamu bukan adik kandungnya Axel. Saya mungkin bisa jatuh cinta setengah mati d
"Bagaimana ini Pak? Itu ibunya Bapak yang manggil ya?" Lily seketika bangkit dan melilitkan bed cover untuk menutupi tubuh polosnya. Dia tidak sadar, saat menarik bed cover itu dari tempat tidur maka tubuh polos Heru terpampang lebar di depan matanya.Selebar wajah Lily seketika memerah hingga ke telinga-telinganya. Heru yang melihat Lily salah tingkah, menjadi makin ingin mengerjainya. Dia sengaja membuat pose yang semakin memperlihatkan sisi kemaskulinannya pada Lily."Pak, itunya ditutupin dulu dong. Malu ih!""Malu sama siapa? 'Kan tidak ada orang di sini?" Heru semakin geli melihat Lily yang semakin terlihat serba salah. Lily melihat ke segala arah kecuali kearahnya."Saya bukan orang rupanya?" Lily menyahut kesal."Ah, sama kamu ngapain malu, perempuan. Kamu 'kan sudah pernah melihatnya. Merasakannya berkali-kali pun sudah 'kan?" Heru menjungkitkan satu alisnya ke atas.