Home / Romansa / Why Not? / 11. Kejutan untuk Nadira

Share

11. Kejutan untuk Nadira

Author: Dera_05
last update Last Updated: 2022-01-22 23:46:44
Hari ini adalah hari kelulusan S-2 Nadira. Nadira tidak menyangka bisa lulus sedikit lebih cepat. Padahal dia kuliah sambil bekerja. Perempuan muda itu sudah bersiap ke kampus. Ia sudah dirias sedemikian rupa oleh sang ibu dan mama Rheyner. Kebaya berwarna lavender membalut tubuhnya dengan apik. Penampilannya amat cantik. Bahkan menurutnya, lebih cantik dibanding saat kelulusan S-1.

Nadira dan orang tuanya berangkat ke kampus lebih dulu. Sementara orang tua Rheyner akan menyusul nanti kendati mereka sudah terlihat rapi. Biar bagaimanapun yang bisa masuk ke hall hanya orang tua Nadira saja. Jadi, mereka akan datang saat wisuda selesai.

Selama perjalanan menuju kampus, Nadira diliputi kesedihan alih-alih kebahagiaan. Rasa sedihnya dilatari tidak hadirnya Rheyner di hari kelulusannya. Padahal Rheyner sudah tidak datang di kelulusan pertamanya, kelulusan S-1. Nadira ingin setidaknya satu kali Rheyner ada di dua momen bersejarahnya tersebut. Seperti dirinya yang juga ada di salah satu kel
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (5)
goodnovel comment avatar
Nenny Fytrianii
ini msh publish ga kak
goodnovel comment avatar
ggwp
nggak ada lanjutanya kah?
goodnovel comment avatar
Christi Mahendra
Sukaaa... Lanjutannya ada g kak
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Why Not?   12. Pulang yang Sebenarnya

    “Jadi, kapan kamu pulang?” tanya Nadira lagi saat memasuki mobil.“Kemarin sore,” jawab Rheyner santai.“Kemarin sore?! Kok aku nggak tahu?” cecar Nadira.Rheyner mengedikkan bahu.“Hih!” Nadira melayangkan tabokan ke lengan Rheyner yang memegang setir.“Jangan bar-bar ngapa, Nad!” Rheyner mendelik sekilas.“Ya, kamunya nyebelin. Senang banget ngerjain aku,” rajuk Nadira. Tangannya bersidekap dengan pandangan lurus.“Kok disebut ngerjain, sih? Ini gue ngasih kejutan manis di hari kelulusan lo, lho.” Rheyner membela diri.“Dih, kejutan manis.” Nadira mencibir. Kepalanya menoleh ke luar jendela.Rheyner balas berdecih. Pria itu tahu kalau Nadira hanya berpura-pura. Aslinya Nadira sangat senang dengan kehadiran Rheyner. Terbukti dengan wajah Nadira yang berseri dan sering kali memeluk bunga pemberian pria itu. Bahkan bunga pemberian pria yang hadir sebelum Rheyner sekarang sudah entah ke mana, tergantikan oleh bunga dari Rheyner.Perjalanan yang masih lumayan jauh itu tidak lagi diselimu

    Last Updated : 2022-06-05
  • Why Not?   13. Kesibukan dan Kesuksesan

    Alur waktunya banyak yang dipercepat. Buat yang bingung silakan baca dari depan dengan teliti.***Satu tahun kemudian.Sejak kembali ke Tanah Air, Rheyner sudah langsung disibukkan dengan pekerjaan. Usaha yang dibangun bersama Panji sejak memasuki bangku kuliah memang maju pesat. Di awal membangun usaha mereka hanya menyewa ruko kecil 3 lantai sebagai kantor. Sekarang ini mereka sudah memiliki bangunan kantor sendiri. Bangunan 3 lantai yang jelas lebih luas ketimbang ruko 3 lantai yang dulu mereka sewa.Awalnya hanya mereka berdua, lalu ada enam orang yang bekerja bersama mereka. Sekarang konsultan arsitektur yang diberi nama PRArch ini sudah memiliki beberapa divisi. PRArch sudah bekerja dengan sangat terstruktur. Klien yang datang pun sudah bukan atas nama perseorangan lagi, melainkan atas nama instansi. Entah itu instansi swasta maupun pemerintah.Kesuksesan usaha Rheyner dan Panji tersebut jelas tidak instan. Ada banyak hal yang harus dikorbankan. Tidak hanya dari segi materi. Kl

    Last Updated : 2022-06-18
  • Why Not?   14. Penawar Lelah

    “Capek, ya?” Tangan Rheyner singgah di puncak kepala Nadira.Nadira memang langsung memejamkan mata ketika memasuki mobil Rheyner. Tidak langsung ada obrolan apa pun di antara keduanya. Rheyner baru menyapa setelah mobil berjalan beberapa meter.“Hm.” Nadira yang tengah terpejam hanya bergumam.“Tidur aja kalau gitu. Ntar gue bangunin kalau udah sampai.” Rheyner mulai menjalankan SUV-nya.Nadira membuka matanya sedikit. “Maaf, ya,” lirih Nadira.“It's okay.” Tangan Rheyner menepuk puncak kepala Nadira sekali. Mata Nadira kembali tertutup rapat.Rheyner dan Nadira sudah hampir seminggu tidak pulang bersama. Intensitas pertemuan mereka otomatis berkurang. Keduanya sama-sama sibuk. Hari ini keluarga mereka mengajak makan malam di luar. Jadi, Rheyner dan Nadira diwajibkan meluangkan waktu.Suasana mobil kembali senyap. Terjebak macet sudah biasa. Namun, biasanya suasana mobil Rheyner hampir tidak pernah sehening ini. Jika pulang dengan Nadira, maka akan selalu ada obrolan. Kalau pun tidak

    Last Updated : 2022-06-20
  • Why Not?   15. Tarik-Ulur

    Nadira memandangi jemari tangan kirinya. Cincin dari Rheyner terpasang di jari manis. Sedikit terasa longgar, tetapi tidak sampai membuatnya terlepas. Bobot tubuhnya memang turun. Menjadi kepala editor memang kadang terlalu menguras tenaga terutama pikiran. Saat ini posisi Nadira tengah rebah di ranjang dan sudah bersiap tidur. Namun, matanya enggan diajak terpejam. Cincin yang terdapat lekukan bunga sakura itu kembali Nadira kenakan setelah mendengar protesan Rheyner berulang kali. Sebenarnya, Nadira bukan bermaksud tidak menghargai Rheyner. Ia hanya terlalu sayang pada cincin cantik itu. Cincin tersebut salah satu wujud dari kerja keras Rheyner, bentuk dari perasan keringat Rheyner. Mana tega Nadira melihat cincin itu rusak apalagi hilang. Maka menyimpannya menjadi pilihan. Namun, ternyata Rheyner berpikiran lain. Melihat sorot kecewa di mata Rheyner membuat dada Nadira nyeri.Rheyner tidak pernah membocorkan harga cincin yang ia berikan. Rheyner selalu mengatakan bahwa itu hanya c

    Last Updated : 2022-06-21
  • Why Not?   16. Terselubung

    Nadira menyandarkan kepala di pundak Rheyner. Mereka sedang berada di ruang tunggu rumah sakit, tepatnya di depan ruang periksa kandungan. Panji yang sedang di luar kota memberi tugas Rheyner untuk mengantar istrinya periksa kandungan rutin. Keikutsertaan Nadira adalah hasil ajakan Rheyner. Rheyner merasa tidak terlalu dekat dengan Putri. Jadi, daripada canggung ia mengajak Nadira. Nadira tentu saja sangat antusias.Namun ketika sedang menunggu antrean masuk, bunda Panji menyusul. Sehingga sekarang Putri masuk ke ruang periksa ditemani ibu mertuanya. Nadira yang harusnya ikut masuk ke ruang periksa kini hanya bisa menunggu di luar bersama Rheyner.“Rheyn, pinjem hape.”Rheyner menyerahkan ponselnya dengan sukarela. “Hape lo mana?”Nadira menukar ponselnya dengan ponsel Rheyner. “Mati, nih. Lupa bawa powerbank.”“Di mobil ada. Mau gue ambilin?”“Nggak usah. Siapa juga yang mau hubungin. Tadi aku udah izin orang kantor, kok.”

    Last Updated : 2022-06-22
  • Why Not?   17. Keping Keganjilan

    Hari demi hari terlewati. Malam dengan cepat berganti. Matahari begitu cepat tiba. Hiruk-pikuk pagi mulai terdengar dari rumah Adiguna Effendi. Semua anggota Effendi sudah berkumpul di ruang makan yang menyatu dengan dapur. Ibu Ratu masih sibuk di dapur bersama si anak tengah yang memang lebih familiar dengan dapur daripada dua saudaranya. Sementara sang kepala keluarga sudah duduk ditemani koran dan kopi. Fokusnya tidak pecah meski si sulung dan si bungsu berdebat.“Eh, Bocil.” Rheyner senang sekali menyulut kekesalan adik-adiknya, terutama adik bungsunya yang emosinya memang paling meledak-ledak.Fian tidak menyahut. Dia tidak suka dipanggil anak kecil. Sekarang Fian sudah masuk SMA. Menurut Fian panggilan itu tidak pantas diterimanya lagi.“Heh, dipanggil juga.” Rheyner melempar sebuah anggur pada Fian.Fian mendongak, mengalihkan pandangan dari gawai menuju Rheyner. “Siapa yang Mas panggil? Namaku Alfian Valentino Effendi kalau Mas lupa.”

    Last Updated : 2022-06-23
  • Why Not?   18. Awal atau Akhir

    Puncak konfliknya memang enggak berat, cukup hidup aja. Terima kasih untuk komentar dan gems-nya~***Rheyner berdiri di balkon kamarnya. Sedari sore ia merasa resah. Tangan kanannya mencengkeram pagar balkon, sedangkan tangan kirinya memegang telepon genggam. Nadira tidak bisa dihubungi. Hal itu yang menjadi sumber keresahan Rheyner. Ibu bilang tadi siang Nadira sudah mengabari bahwa ia akan pulang sedikit larut. Lembur.Rheyner tidak bisa tenang. Ini sudah menunjukkan pukul 22.40. Ia takut Nadira kesulitan untuk pulang. Biasanya Rheyner yang mengantar-jemput. Namun, sudah seminggu ini Nadira tidak pernah mau dijemput. ‘Terus gue musti gimana?’Di tengah kekalutan pikirannya, terdengar mesin mobil berhenti di depan pagar rumah Nadira. Rheyner memicingkan mata. Seorang pria yang lengan kemejanya digulung sampai siku keluar disusul Nadira. Kedua orang itu saling melempar senyum. Rheyner kurang bisa mendengar percakapan mereka. Ia menduga

    Last Updated : 2022-06-24
  • Why Not?   19. Lamaran

    Terima kasih untuk yang setia menunggu.Cerita ini udah tamat sejak lama di platform lain. Kenapa di sini update-nya lama? Karena aku harus merevisi beberapa hal dan menulis penambahan bab, tapi dari segi alur cerita sama.***Suasana di rumah rumah Adiguna Effendi sudah riuh. Padahal ini masih sangat pagi. Sedari tadi Ibunda Ratu di rumah tersebut sudah banyak mengeluarkan suara. Sementara si biang ribut justru anteng menikmati sarapannya. Si bungsu yang masih terlihat mengantuk sudah memakai seragam sekolah. Sementara sang kepala keluarga dan si tengah tidak ada di ruang makan.Shinta menjadi orang yang paling banyak mengurusi segala hal. Ia harus menyiapkan hantaran. Meski semalam sudah mencari inspirasi, tetapi Shinta belum sempat memilih produk-produk yang harus dijadikan hantaran. Shinta benar-benar dibuat sebal oleh putra sulungnya.Bisa-bisanya Rheyner meminta lamaran diadakan nanti malam. Padahal baru semalam Rheyner mengutarakan perasaan

    Last Updated : 2022-06-25

Latest chapter

  • Why Not?   Ekstra - Definisi Rumah

    Nadira sedang berada di depan laptop ketika merasakan pelukan di pinggangnya. Ada dua pasang lengan yang melingkari. Sepasang lengan kecil dan sepasang lengan kokoh. Nadira hanya tersenyum dan terus melakukan pekerjaannya. Ia tahu benar siapa mereka.Melihat respons cuek Nadira membuat kedua pemilik lengan-lengan itu mengeratkan pelukan. Mereka memang sedang menarik perhatian Nadira. Mereka tidak rela Nadira lebih memperhatikan pekerjaannya dibanding mereka. Akhirnya keinginan mereka terkabul. Nadira menghentikan tangannya yang sedari tadi sibuk menari di papan ketik.“Ayah Rheyner Aditya, Karelino Aksa Raditya!” ucap Nadira tertahan.“Iya, Bunda Sayang,” sahut kedua orang kesayangan Nadira itu bersamaan.“Bunda lagi kerja, lho.”“Tahu, kok. Kita ‘kan cuma peluk Bunda, ya, Rel.” Sang suami fasih menjawab.“Iya.” Bocah yang baru sebulan lalu genap 4 tahun itu menyetujui.Nadira berdecak. Ia berikan tatapan lembut pada pri

  • Why Not?   Penutup

    Rheyner membuka pintu kamar perlahan. Nampak bidadarinya terbaring dengan damai di tengah ranjang berukuran king size-nya. Sudut bibir Rheyner kontan tertarik. Ia langkahkan kaki mendekati ranjang. Tangan besarnya tak kuasa untuk tidak mengelus kepala bidadari itu. Bidadarinya menggeliat kecil perlahan kelopak matanya juga bergerak sebelum membuka sempurna.“Mas?” ucapnya serak, seksi kalau Rheyner diminta menilai.“Hai,” balas Rheyner. Kini ia sudah duduk di tepi ranjang.“Setengah dua belas, kamu baru pulang?” tanya si bidadari setelah melirik jam di atas nakas.“Keasyikan lembur sama anak magang. Maaf, ya.” Rheyner mengecup kening perempuan yang dicintainya itu. “Nggak apa-apa. Maaf aku tidur duluan. Kamu udah makan?” Si bidadari pengisi hati Rheyner mengubah posisinya menjadi bersandar di headbed.“Kamu tenang aja, aku udah makan. Kamu tidur lagi aja. Aku mau mandi dulu.” Rheyner beranjak menuju kamar mandi.Bukannya kembali tidur seperti perin

  • Why Not?   26. Sampai Jadi Sebenar-benarnya Debu

    Rheyner dan Nadira kembali ke kamar saat sudah lewat tengah malam. Selesai acara resepsi Rheyner dan Nadira tertahan oleh sahabat serta kerabat yang masih ingin mengobrol. Meski harus melawan rasa ingin segera tidur di kasur yang sangat kuat. Begitu sampai di dalam kamar, Rheyner langsung merebahkan tubuh di kasur secara serampangan. Kalau sesuai dengan rencana awal sebenarnya Rheyner dan Nadira akan langsung pulang. Akan tetapi, ini sudah lewat tengah malam. Tubuh mereka juga terlampau lelah. Jadi, mereka memutuskan untuk menginap semalam di hotel.Nadira langsung menuju ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Untung saja tadi ia membawa baju tambahan sebagai antisipasi kalau harus menginap di hotel. Setengah jam kemudian Nadira keluar dari kamar mandi. Ia melihat Rheyner masih di posisi yang sama seperti saat Nadira tinggalkan, sungguh tidak nyaman. Sepertinya Rheyner benaran tertidur.Nadira menepuk lengan Rheyner pelan. “Mas, bangun dulu. Ganti baju k

  • Why Not?   25. Sampai Jadi Debu

    Detak jantung Rheyner menggedor-gedor dada. Peluh sebesar kacang menghiasi dahi. Shinta yang duduk tidak jauh darinya memberi tisu. Rheyner menghapus keringatnya hati-hati. Untuk pertama kalinya Rheyner setuju wajahnya dirias dengan butir-butir bedak. Jadi, ia harus hati-hati kalau tidak ingin makeup-nya luntur.Rheyner melirik kursi di sebelahnya. Pengisinya nanti adalah salah satu penyebab jantungnya berulah. Benak Rheyner terus menebak-nebak akan seperti apa sosok yang mengisi kursi itu setelah satu minggu mereka tidak bersua. Rheyner mengembuskan napas untuk menenangkan dirinya. Kegugupan Rheyner pagi ini adalah kegugupan terhebat yang ia alami. Bahkan ketika ia harus mempresentasikan hasil desainnya di hadapan petinggi-petinggi ITB dan Tokodai dulu tidak segugup ini. Ijab kabul yang akan segera ia lakukan benar-benar membuat jantung bertalu. Penghulu yang ditunggu sedari tadi sudah datang, saatnya inti acara dilaksanakan.Rheyner mencium punggung tan

  • Why Not?   24. Lamaran Lagi dan Lagi

    Nadira bersiap-siap ke kafe dengan tergesa. Kemarin pagi Rheyner memang memberi kabar bahwa kantor Rheyner memenangkan tender. Tiba-tiba Rheyner memberi kabar kalau ingin melakukan perayaan di kafe sore ini setelah pemuda itu lembur. Padahal kemarin Rheyner tidak menyinggungnya sama sekali.Hari ini memang Sabtu, tetapi Nadira sedang tidak ke kafe. Ibunya menyuruh Nadira istirahat di rumah saja karena seminggu ini pekerjaannya cukup hectic. Nadira menurut dan membiarkan ibunya yang ke kafe, meskipun harusnya sang ibu tidak ke sana saat weekend. Lalu bukankah seharusnya Nadira merasa tenang karena ibunya sudah di kafe? Seharusnya iya, tetapi kenyataannya ibu Nadira tidak di sana. Ketika Nadira menelepon pun tidak dijawab.Nadira melirik jam di pergelangan tangannya. Waktunya semakin mepet. Lembur di kantor Rheyner pada hari Sabtu akan berakhir pukul 13.00, sedangkan sekarang sudah pukul 12.40. Nadira mengeluh dalam hati atas pemberitahuan Rheyner yang mendadak. Ia hanya bisa meminta dr

  • Why Not?   23. Saling Menjelaskan

    Lamaran yang Rheyner lakukan di puncak sudah tiga hari berlalu. Hubungan Rheyner dan Nadira sudah kembali seperti semula. Tidak ada perubahan berarti, kecuali status mereka.Seperti biasa, Rheyner lebih ekspresif menunjukkan perasaannya dibanding Nadira. Sampai detik ini mulut Nadira belum mengatakan secara langsung perihal perasaannya. Ungkapan cinta Rheyner hanya dibalas dengan kata ‘hm’ atau ‘aku tahu’.Namun, saat ini Rheyner tidak terlalu mempermasalahkan. Ia tahu cintanya terbalas. Ia juga dapat merasakan bahwa Nadira tidak lagi sungkan menunjukkan perhatiannya. Kadang kala ungkapan tidak terlalu penting, yang terpenting adalah sikapnya. Lagi pula Nadira sudah resmi menjadi calon istri Rheyner. Mereka sudah terikat komitmen serius. Boleh, dong, Rheyner merasa lega?Saat ini Rheyner dan Nadira masih berada di jalan sepulang dari bekerja. Jalanan cukup padat karena memang sedang jam pulang kantor. Akan tetapi, jalanan macet tidak membuat mereka berdua bosan. Kebersamaan ketika pul

  • Why Not?   22. Lamaran Lagi

    “Akhirnya kamu datang.” Si lelaki membalikkan tubuh.“Rheyn …,” lirih Nadira.“Ya, it’s me.” Rheyner mendekati Nadira. Tangannya meraih pergelangan perempuan itu. Ia tuntun Nadira menuju ayunan pohon yang telah ia buat dan hias sedemikian rupa.“Kamu duduk. Aku mau ngomong.”Nadira duduk di ayunan, sedangkan Rheyner berjongkok di hadapannya. Rheyner memegang sebelah tangan Nadira. “Jangan dipotong, ya.”Nadira sama sekali tidak membuka mulut. Netranya terpancang pada manik hitam kecokelatan Rheyner. Ucapan lembut Rheyner sulit ia bantah. Apalagi Rheyner tak lagi menggunakan sapaan lo-gue andalannya.“Aku minta maaf atas ucapan kasarku tempo hari. Aku mengucapkan kalimat itu tanpa berpikir. Aku membiarkan amarah menguasa diri. Aku sadar, nggak semudah itu aku menghapus luka yang kutorehkan di hati kamu. Tapi, Nad, tolong izinkan cowok berengsek di hadapan kamu ini menjelaskan dan mengungkapkan perasaan yang bertahun-tahun dipendam

  • Why Not?   21. Sebuah Rencana

    Seminggu ini Rheyner terus menempeli Nadira. Ia rajin mengantar dan menjemput Nadira meski sering kali tak diacuhkan. Ia juga selalu menyambangi rumah Nadira sepulang kerja meski yang disambangi tidak keluar dari kamar.Nadira belum juga luluh. Jangankan menerima lamaran Rheyner, permintaan maaf Rheyner saja tidak pernah digubris. Keduanya masih dalam mode bertengkar. Namun, Rheyner tidak mau dianggap frustasi. Ia terus berusaha untuk mengambil hati Nadira. Sekalipun Nadira enggan bertemu muka dengannya. Orang tua keduanya sampai dibuat cemas juga gemas. Mereka tidak bisa tinggal diam. Apa jadinya kalau Nadira tidak menerima lamaran Rheyner? Mereka diam-diam sudah mulai mencari gedung dan katering untuk acara pernikahan. Awalnya mereka optimis Nadira menerima lamaran Rheyner, tetapi kini mereka mulai was-was.Sekarang sudah saatnya menggunakan andil orang tua. Rheyner akhirnya setuju saja ketika diberi ide. Orang tuanya dan orang tua Nadira akan mengajak mereka berlibur ke puncak. Ke

  • Why Not?   20. Kegagalan

    Rheyner menunggu Nadira dengan tidak sabar. Kalau saja hubungan mereka tidak sedang buruk sudah tentu Rheyner langsung ke kamar Nadira. Tidak seperti sekarang, dia hanya bisa menunggu di teras. Ini akan menjadi pertemuan pertamanya dengan Nadira pasca pertengkaran mereka. Nadira sudah pulang dari dinas kemarin sore. Hari ini memang weekend, hari libur, tetapi Nadira tetap pergi ke kantor sebentar. Informasi tersebut didapatkan dari ibu Nadira. Rheyner akan mengambil kesempatan untuk mengajak Nadira berbaikan. Ini sudah hari ketiga mereka bertengkar hebat. Untung saja Nadira mau bertemu dan diantar olehnya. Namun, sebenarnya selalu ada bantuan dari orang tua Nadira juga. Orang tua Nadira berpura-pura meminta Rheyner mengantar putri mereka itu ke kantor. Bahkan cenderung memaksa Nadira agar mau diantar oleh Rheyner.Nadira keluar setelah 10 menit Rheyner menunggu. Gadis yang memakai turtle neck berlengan panjang itu menghampiri Rheyner tanpa mengucapkan sepatah kata

DMCA.com Protection Status