Share

kesel tau ih!

Penulis: Dentik
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Gazebo tengah taman, tiga kucing yang menatap mereka berdua secara bergantian, kolam ikan didepan gazebo, langit hitam yang ditaburi bintang, menjadi saksi bisu keawarkadan Dea dan Aiden. Salah satu kucing menghampiri Dea, Dea mangangkat kedua alisnya karena tiba-tiba sikucing duduk dipangkuannya. Dengkuran lembut dari si kucing membuat Dea gemas, itu signal kucingnya merasa nyaman berada dipangkuannya.

“Suka kucing De?” tanya Aiden yang ikutan gemas melihat kucing, tanpa sadar Aiden menggigit bibir bagian dalam karena saking gemasnya.

“Suka, tapi aku lebih suka Kamu,” goda Dea dengan sudut bibir yang terangkat.

“Jangan bercanda De,” ucap Aiden yang mulai kesal karena dari tadi mendapat candaan yang tidak ada habisnya dari Dea.

“Santai aja kali,” jawab Dea.

“Dah santai loh,” ketus Aiden. Tanpa sadar dia sendiri yang tidak bisa santai.

“lahh.. kok sewot,” ujar Dea.

“Siapa yang sewot?” tanya Aiden.

“Kamu,” jawab Dea.

“Kamu yang sewot!” suara Aiden dengan nada tinggi.

“Sejak kapan?” tanya Dea santai.

“Sejak tadi,” jawab ketus Aiden.

“Dari tadi aku bercanda terus loh,” ucap Dea membela dirinya.

“Tapi kan-”

“Tapi apa? please deh temperamental banget jadi cowok,” potong Dea yang jadi kesal karena Aiden tidak mau mengalah.

“Ngeselin banget jadi cewek,” caci Aiden.

“Kamu tuh, temprament,” balas Dea.

“Udahlah.. baru juga kenal. Gini amat,” keluh Aiden yang nyerah beradu mulut dengan Dea. Tak habis pikir cewek model Dea ini kok ada dimuka bumi, dan kenapa Aiden harus ketemu cewek modelan gini.

“Yaelah. Balik yuk, gabetah kalo lama-lama bareng Kamu,” ajak Dea pada Aiden. Dea menurunkan kucing yang dari tadi duduk manis dipangkuannya, sayang sekali sebenernya karena itu kesempatan yang datang jarang sekali. Tapi karena bersama cowok temperament semacam Aiden, Dea memutuskan untuk membiarkan kesempatan itu pergi.

“Apalagi aku,” sungut Aiden.

Dea tidak menggubris Aiden dan langsung meninggalkannya. Aiden buru-buru berdiri dan mengikuti Dea, Dea berjalan didepan Aiden, Aiden berjalan disamping Dea, sangat mudah  mengejar dea yang jangkah kakinya pendek banget. Sesampainya diruang tamu, mereka disambut senyuman manis semua orang.

“Kalian berdua duduk sini, kami mau ngomong sesuatu,” ucap Mama Aiden dengan menunjuk sofa kosong disampingnya. Dea dan Aiden tampak kebingungan karena tiba-tiba disuruh duduk berdua.

“Ayo kak,” ucap Mama, Dea menyuruh Dea agar segera duduk. Dea langsung duduk disofa yang ditunjuk oleh mama Aiden. Aiden mengikuti Dea dan duduk disampingnya.

“Nahh.. Pinter,” puji Mama Aiden. Dea dan Aiden tersenyum mendengar pujian Mamanya Aiden.

“Sekarang kami mau ngomong sesuatu, dengarkan baik-baik ya,” lanjut Mama Aiden dengan senyum-senyum. ‘Pasti ini tentang pernikahan’ batin Dea dan Aiden. Tetapi mereka berdua tidak tau kalau mereka sama-sama membatin.

“Emm.. jadi kami semua sudah memutuskan kalau pernikahan kalian berdua akan diadakan minggu depan, dan besok kita adakan acara pertungangannya, sedikit mendadak karena, menurut kami sebagai orangtua niat baik tidak boleh ditunda-tunda. Untuk keperluan pernikahan, orangtua Nak Dea ternyata masih menyimpan keperluan pernikahan Dea yang tidak bisa dilaksanakan dua tahun lalu. Kita adakan acaranya secara sederhana, karena itu permintaan orangtua Dea juga, kalau Dea minta yang meriah kita bisa adakan dikota kami nanti. Untuk mahar Nak Dea minta berapa?” tanya Ayah Aiden diakhir kalimat. 

Dea melirik Mama dan Ayahnya, tetapi mereka hanya tersenyum, itu artinya Dea harus memutuskan sendiri mahar apa yang harus dia katakan. Dea tersenyum kikuk ketika mendengarnya, tanpa sengaja melirik Aiden yang berada disampingnya. Semua orang yang memperhatikan Dea dan Aiden senyum-senyum sendiri.

“Emm.. yang sekiranya tidak memberatkan Aiden tapi juga tidak merendahkan saya Om,” jawab Dea.

“Oke, biar nanti Aiden yang memilihnya. Untuk Acara pernikahannya biar keluarga saya yang menanggung untuk keperluan lainnya termasuk dekor dan perias manten dan keluarga. Dea nanti setelah menikah bakal kami bawa kekota kami, Nak Dea mau ya?” tanya Ayahnya Aiden lagi. Dea mengangguk, langsung setuju karena pernikahannya akan berjalan selama dua tahun saja.

“Okey, setelah pernikahan kami semua tidak mengharapkan datangnya cucu lebih cepat, karena kami sadar kalian harus saling mengenal terlebih dahulu. Jadi Nak Dea jangan terlalu memikirkannya,” ucap Ayahnya Aiden. Dea tersenyum sekaligus bersyukur karena keluarga Aiden bisa memaklumi Dea.

Selama satu minggu keluarga Dea dan Aiden sibuk menyiapkan acara pernikahan mereka, selama berjalannya acara tidak ada kendala sama sekali. Karena semua orang sudah mempunyai tugas masing-masing dan kerjasama yang sangat kompak untuk melaksanakan acara pernikahannya.

Hari ini adalah hari terakhir Dea berada dirumah orangtuanya, karena Dea harus ikut Aiden. Ayah dan mamanya sesenggukkan melepas kepergian Dea. Dea bingung ikut sedih atau tidak, karena dia tau bahwa pernikahannya hanya berjalan selama dua tahun. Semua orang menangis ketika orangtuanya memeluknya, mau tidak mau akhirnya dia ikut menangis.

Ketika sudah masuk kedalam mobil milik Aiden, Dea masih saja menangis. Aiden memberi Dea tisu.

“Udah dong, ingusmu tuh, jijik banget liatnya,” protes Aiden ingin tertawa melihat ingus Dea yang tiba-tiba keluar dengan bentuk gelembung dari lubang hidungnya.

“hiks hiks.. apa sih!” sewot Dea karena malu tiba-tiba ingusnya keluar kayak gitu.

“Yaelah. Pakai sabuk pengamannya dulu De. Mama papa udah mau berangkat tuh,” ucap Aiden. Dengan sesenggukkan Dea memakai sabuk pengamannya. Tapi tiba-tiba sabuknya tidak bisa ditarik.

“Hiks…hiks.. gabisa.”  Tetap dengan sesenggukannya Dea masih berusaha menarik sabuk pengaman.

“Hehhh.. sini.” Aiden mendekat pada Dea dan memakaikan sabuk pengamannya. 

“Ingusnya diusap dulu Dee,” peringat Aiden lagi, karena ingus Dea yang tidak berhenti entup-entup.

“sini.” karena tidak sabaran Aiden pun menempelkan beberapa lembar tisu di hidung Dea.

”Dorong yang kenceng De..(Srotttt..) gak malu banget jadi cewek nangis sampek ingusnya mbeler kek gini. Punya malu gak sih ?” tanya Aiden dengan kesal, bisa-bisanya dia menikah sama cewek jorok kek Dea, cantik-cantik tapi joroknya minta ampun. Dea kelihatan dongkol karena cacian dari Aiden. Aiden melipat tisunya, lalu menempelkan dihidung Dea lagi.

“Ayo lagi..(srotttt…) Udah?” tanya Aiden. Dea mengangguk, dengan perasaan dongkolnya ia menyandarkan kepalanya dikursi. Aiden menurukan sandaran kursi agar Dea bisa tiduran. Karena Tadi malam setelah selesai acara Dea tidak bisa tidur. Sempat ingin minum obat tidur, tapi Aiden melarangnya, karena takutnya waktu pagi Dea tidak bisa bangun tepat waktu. Jadi setelah makan tadi Dea meminum obat tidur itu. Mama dan Papa Aiden sudah mengemudikan mobilnya keluar dari perkarangan rumah Dea, Aiden pun melajukan mobilnya, tak lupa klakson dia bunyikan sebagai tanda pamitnya.

Selama perjalanan Dea dan Aiden sama-sama diam. Aiden melirik Dea, ternyata dia sudah tidur. Tanpa sadar Aiden tersenyum karena mengingat tingkah Dea yang konyol, dimulai saat acara pertunangan. Ketika akan melakukan acara tukar cincin Dea terjungkal karena kakinya yang kesrimpet kabel, alhasil lampu dekor mati seketika. Semua orang tertawa karena melihat Dea ndlosor, termasuk Aiden. 

Aiden sempat dimarahin habis-habisan oleh mama dan oma karena bukannya membantu Dea, justru dia orang yang tertawa paling kencang sendiri sepanjang acara pertunangan itu dilaksanakan. Waktu selesai akad nikah sesi foto dengan keluarga, Dea sempat akan terjungkal karena rok kebaya dan sepatu heelsnya yang membuatnya sulit menaikki panggung. Untungnya Aiden dengan cekatan memegang tangan Dea, tapi tetap saja pantat Dea udah nyentuh tanah. Lagi-lagi dia tertawa ngakak dan membuat ekspresi Dea menjadi sangat kesal sepenjang acara. Waktu acara suap-suapan Aiden tidak sengaja menumpahkan nasi ke kebaya Dea, karena tidak terima Dea melemparkan nasi ke wajah Aiden. Dengan tersenyum kesal mereka berdua tetap melanjutkkan suap-suapan nasinya. Hanya Aiden yang dimarahin oleh mamanya, tidak adil bukan ? 

Aiden terkekh sendiri didalam mobil.

Bab terkait

  • When I Start (Indonesia)   sesuai perjanjian

    Setelah beberapa jam berlalu akhirnya mobilnya sudah terparkir didepan rumahnya. Pak Gino selaku satpam, pak Lastro sebagai supir, bik Asih yang mengurus rumah atau lebih tepatnya kepala pelayan dirumahnya dan beberapa pelayan dibelakang mereka sudah menyambut Aiden dan Dea dengan senyuman. Aiden melepaskan sabuk pengamannya. Dilihat Dea masih tidur dengan pulas. “De, bangun De. Udah nyampek nih,” ujar aiden dengan menepuk-nepuk pipi Dea. Tidak ada respon dari Dea, bahkan dia tidak bergeming sedikitpun dari posisinya. Aiden memutuskan untuk menggendongnya, dia keluar dari pintu kemudi dan membuka pintu samping Dea, lalu melepas sabuk pengaman Dea dan mengeluarkannya dari mobil. “Bik tolong ambil semua barang-barang yang dimobilku ya, semuanya. Pak Lastro tolong cuci mobil saya ya,” ucap Aiden lalu masuk kedalam rumah. “Tidur?” tanya oma dengan kedua alis yang terngkat tinggi didahinya. Orangtua Aiden hari ini akan menginap dirumah Aiden, karena ingin menghabi

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • When I Start (Indonesia)   ya trus?

    Dea berbincang-bincang dengan oma dan mertuanya hingga malam hari, canda dan tawa memenuhi setiap sudut rumah pada malam hari, dan sekarang waktunya tidur. Mama, papa, dan oma memasuki kamarnya masing-masing. Tinggal Aiden dan Dea diruang tengah, "Balik kekamar yuk," ajak Aiden beranjak dari sofa. Dea mengangguk dan mengikuti Aiden kembali kekamar. Ketika mereka berada didalam kamar, Dea masuk kekamar mandi mencuci mukanya. Aiden tidak langsung tidur. Dia mengecek pekerjaannya lewat laptop miliknya. Ketika Dea kembali kekamar dia memanggil Aiden. "Emm.. Aiden," panggil Dea tiba-tiba. "Hm," saut Aiden yang masih sibuk dengan laptopnya. "Kita tidur bareng?" tanya Dea. "Iya, kenapa?" tanya Aiden kali ini menoleh kearah Dea dengan mengangkat kedua alisnya. "Emm.. gapapa si. Bukannya lebih baik pisah aja ya," ucap Dea hati-hati. "Mau tidur pisah?" tanya Aiden. "Kalau gak keberatan si," jawab Dea. "Hmm

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • When I Start (Indonesia)   Aku harus ngapain?

    Pagi hari Dea sarapan bersama Aiden. Meraka memakan makanannya dalam diam, karena Aiden sibuk membalas chat dihandphone miliknya, sedangkan Dea sibuk mengunyah makanannya. Aiden buru-buru menyelesaikan sarapannya. "De aku berangkat ya, kalau ada apa-apa hubungi aku, atau suruh aja Bik Asih. Berangkat ya Bik, bye De," pamit Aiden dan berlalu pergi. "Iya Tuan," jawab bik Asih. Dea hanya diam. Bik Asih nampak khawatir melihat Dea yang semakin murung, padahal Dea tidak terjadi apa-apa dengan Dea. Bik Asih terlalu mengkhawatirkan Dea. Bik Asih mengkode anak buahnya untuk mengambilkan vitamin dan beberapa kue. Dea masih sibuk dengan makanannya, salah satu pelayan mendorong troli berisi banyak macam kue. Bik Asih menghidangkan semua kue itu didepan Dea. "Ngapain Bik?" tanya Dea. "Semua kue ini untuk Non, biar moodnya membaik," ujar bik Asih. "Ya ampun Bik, aku gasuka yang manis-manis," ujar Dea. "Non mau snack?"

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • When I Start (Indonesia)   rahasia

    Devano kembali dengan pakaian yang diberi oleh Dea. "Dev, gua mau ngomong," ujar Aiden. "Yaudah ngomong aja," ucap Devano. "Gua sama Dea cuma nikah kontrak, jadi aku minta tolong Kamu jaga rahasia ini. Termasuk status pernikahanku sama Dea," jelas Aiden. Devano bengong mendengar ucapan Aiden. "Jadi aku harus sembunyiin kalau kamu udah punya istri?" tanya Devano. "Ya, kesemua orang," jawab Aiden. "Ogah! gila ya !," tolak Devano "Please Dev. Aku gak mau kalau Wendy sampai tau," ujar Aiden. "Gila, trus ngapain nikah sama Dea?" tanya Aiden. "Biar gua bisa nikah sama Wendy, aku gak dapat restu orang tua buat nikah sama Wendy," jawab Aiden. "Bener-bener gak waras otakmu Den, gak habis pikir aku sama Kamu. Trus kamu gimana De? kok mau sama Aiden," tanya Devano. "Sama-sama ambil keuntungan si," ujar Dea. "Wahh gila-gila," ucap Devano. "Gua minta tolong sama kamu ya Dev,"

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • When I Start (Indonesia)   obat

    Selama diperjalanan Dea dan Aiden diam. Ketika mobil terparkir didepan rumah, Dea langsung turun dari mobil dan masuk kekamarnya, bik Asih nampak bingung ketika melihat Dea dengan raut muka yang kesal. "Bik siapin makan malam ya," ucap Aiden pada bik Asih. "Iya Tuan," jawab bik Asih. Aiden pun menuju kamarnya, sekilas dia melihat pintu kamar Dea dan berniat untuk mengetok pintu itu, tapi diurungkan niatnya karena mengingat perkataan ayah Dea. "Kalau Dea lagi kesal, marah, atau sedih. Tolong kamu kasih waktu dulu ya, turutin apa yang dia mau, biarkan dia meluapkan emosinya. Maafin ayah kalau putri ayah akan merepotkan kamu, tolong juga kontrol obat-obatan yang dia minum, ayah tau terkadang Dea masih meminum obat-obatan dari psikiater meskipun sudah dikurangin dosisnya, tapi Dea terkadang over ketika meminumnya," ucap ayah Dea sehari sebelum akad nikahnya dimulai. Aiden menghela nafas dan langsung menuju kamarnya. Aiden mengganti bajunya, da

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • When I Start (Indonesia)   Hampir

    "Ahh itu tadi bik Asih," jawab Aiden dengan degupan jantung yang kencang. "Beneran?" selidik Wendy dengan raut muka yang mengernyit. "Iya baby, udah yuk berangkat," jawab Aiden seraya menggandeng tangan Wendy dan berjalan menuju parkiran. Aiden membukakan pintu mobil untuk Wendy, "Makasih Baby," ucap Wendy dengan tersenyum dan langsung masuk kedalam mobil. "Sama-sama Baby," saut Aiden dengan senyum manisnya lalu menutup pintu mobil dengan pelan. Aiden bergegas masuk mobil dan menuju ke mall tempat dia akan membelikan tas dan sepatu untuk Wendy. Sesampainya diparkiran mall, Aiden dengan buru-buru keluar dari mobil dan membukakan pintu untuk Wendy tak lupa juga sambutan senyum manisnya. Wendy keluar dari dalam mobil, lalu menggandeng tangan Aiden. Mereka pun masuk kedalam mall, langsung menuju store tempat Tas yang diinginkan Wendy. Wendy mengambil satu tas dan beberapa pasang sepatu. Aiden senantiasa menemani Wendy dengan membawakan tas.

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • When I Start (Indonesia)   Foto

    Keesokan paginya para pelayan sedang heboh karena mendengar kabar bahwa pak Gino melihat hantu yang mengikuti majikan mereka dimalam hari. "Beneran Pak?" tanya Sinta yang tidak percaya. "Bener, Kamu ini dibilangin kok gak percaya. Ya gak Tro?" ucap pak Gino. "Mana aku tau lah No, aku kemarin cuma liat kamu mlongo kayak patung," jawab pak Lastro yang sedang mengelap kaca mobil. "Haduh. Pokoknya gitu Sin," jawab pak Gino. "Hihhhh, kok serem gitu Pak," ucap Sinta bergidik ngeri. "Sinta mau balik kedapur dulu Pak," ujar Sinta. "Oke-oke Sin, makasih kopinya ya," ucap pak Gino. "Oke Pak," jawab Sinta. Ketika sampai didapur semuanya masih bergosip tentang penampakan hantu semalam. "Tapi ngomong-ngomong kenapa nona ada didepan pintu kamar kita ya?" tanya Rara yang sedang menata makanan diatas meja makan. "Iya, kata pak Gino non Dea hanya berdiri didepan kamar kita, kek creepy banget gak sih?" saut Lina.

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • When I Start (Indonesia)   Teman siapa?

    "Selamat siang," sapa seseorang. Ternyata itu Devano dan beberapa teman Aiden. Aiden kaget mendapati teman-temannya yang sedang berada didepan pintu. "Mampus," batin Aiden."Selamat siang, eh anak-anak udah lama nggak ketemu," ujar mama kepada mereka."Hehe, iya Tante. Tante sih, sering banget honeymoon bareng Om keluar kota, jadi jarang banget ketemu Tante," ucap Devano yang menggoda mama. Devano mencium tangan mama."Hihh.. kamu ini ya Devano bisa aja kalau ngomong," ujar mama."Makin ganteng aja kamu ini Devano," ucap papa."Ahaha.. bisa aja Om," jawab Devano cengengesan."Halo Elvaro makin gagah aja nih," sapa mama pada Elvaro."Ahaha.. aduh tante ini bikin malu aja,""Hai Kenzo anak ganteng," sapa mama."Hallo Tante," sapa Kenzo balik."Aduh ini si Raefal kecil," ujar mama pada Raefal."Yaampun Tante, Rae udah besar gini masih aja dibilang kecil," ucap Raefal."Aduh Raefal, tapi kamu yang paling

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29

Bab terbaru

  • When I Start (Indonesia)   Kode Rahasia

    "Argghhh!!!!" erangnya frustrasi. Dea yang hanya perempuan biasanya kini dihadapkan kenyataan yang tak terduga. Ia sudah didapuk sebagai ketua organisasi mematikan di negara ini, sangat di luar nalar. Bahkan ayahnya tak mengatakan apapun soal ini, bekal pengetahuan menjadi seorang ketua pun terasa sangat memusingkan."Sial! Kenapa sangat rumit!" kesalnya sembari menyamakan kode yang ada di layar ponsel dan laptop. Mr. Bad dari kemarin mengirimkan rentetan kode untuk mengakses sistem organisasi, tapi hingga sekarang Dea hanya berhasil memecahkan empat kode. Masih tersisa enam kode.'Krruuukkkk...' suara perutnya menggelegar di telinganya."Hahh... aku lupa tidak makan dari kemarin, kita akhiri kerjaan konyol ini dengan makan sepuasnya."Ketika membuka pintu kamar, Bik Asih, Rara, dan Nina sedang berjalan ke arah kamarnya. Dea tertegun melihat troli dengan berbagai hidangan di atasnya."Non," sapa Bik Asih dengan senyum semringah. Wanita paruh baya itu nampak lega melihat kemunculan Dea

  • When I Start (Indonesia)   Aneh

    Dua orang tersebut merasa curiga ketika melihat mobil yang terparkir di halaman rumah. Mereka yakin jika Pak Hando tidak memiliki keluarga satupun. Itu pasti seorang tamu. Dea dan Toni mengamati gerak gerik keadaan rumah Pak Hando dari dalam mobil.Namun, semakin ditelisik mata Dea melebar ketika melihat salah satu lelaki sedang membawa senjata di depan pintu masuk. Pria berbadan tegap dengan warna kulit gelap berjalan mengitari rumah dengan was-was."Ton, kamu di sini dulu.""Saya akan ikut Nyonya.""Jangan!" tolak Dea. "Tunggu di sini selama 15 menit, jika selama itu aku belum keluar dari dalam rumah. Segera ke Mr.Bad.""T-tapi.""Ikuti perintahku, jangan banyak tanya."Dea langsung turun dari mobil, tak lupa membawa kotak makanan yang ia siapkan untuk Pak Hando. Dadanya berdetak cukup kenjang ketika kakinya menjangkah ke dalam pekaran rumah. "Siapa itu?" tanya seseorang yang tiba-tiba keluar dari dalam rumah."Dea, keponakannya Pak Hando.""Pak Hando tidak memiliki keponakan. Jang

  • When I Start (Indonesia)   Kalut

    Mendapat sergapan dari majikan laki-lakinya, membuat Toni kebingungan harus menjawab apa. Nyonya muda memintanya untuk menyembunyikan peristiwa hari ini.Sedangkan Aiden kini dalam mode geram."Maaf Tuan, saya tidak bisa menjawab. Anda bisa menanyakan langsung pada Non Dea. Namun, keadaan Non Dea menjadi drop lagi kemungkinan besar karena tidak sarapan dan meminum obat," jelas Toni."Trus tadi kemana saja?""Ke rumah teman Non Dea.""Laki-laki atau perempuan?" selidik Aiden."Perempuan dan laki-laki.""Kamu merahasiakan sesuatu pada saya?"Toni diam, enggan membuka suaranya."Great!" Aiden mengangguk-anggukan kepalanya. "Ternyata kamu sudah berkomplotan dengan Dea."Toni hanya mampu menelan salivanya."Sekarang kamu bisa istirahat, keluar.""Saya dipecat Pak?" Toni shock dengan kata keluar."Tidak, beristirahatlah. Kamu sudah menemani Dea seharian," jelas Aiden. Ia tidak bermaksud memecat Toni."Baik Tuan, terima kasih." Toni undur diri dari hadapan Aiden. Aiden hanya bisa menghela na

  • When I Start (Indonesia)   Dea dan Toni Menghilang

    Pembicaraan semalam membuat Aiden termenung pagi ini. Makanan di depannya sedari tadi teranggurkan karena Aiden sibuk dengan pikirannya."Memang ada yang melarang?" Pertanyaan ini sukses membuat Aiden tidak fokus.Ia ingin menyakan hal ini lebih mendalam pada Dea. Namun, setelah melontarkan pertanyaan itu Dea tertidur pulas di samping Aiden. Aiden tidak bisa menanyakan lebih jelas lagi. Ditambah ketika bangun tidur Dea sudah menghilang dari kamarnya.Bik Asih menghampiri Aiden."Tuan, apa sarapannya perlu diganti?" "Tidak," tolak Aiden. "Dimana Dea?""Non Dea pergi dengan Toni.""Ini masih pagi dan dia sudah pergi?""Maafkan saya Tuan, tadi sudah saya larang. Namun, Non Dea tidak mendengarkan saya.""Pergi kemana Dea?"Bik Asih menggelangkan kepalanya. Aiden menghela nafasnya dan segera menghubungi Dea.Namun, telepon itu tidak tersambung. Ia beralih menghubungi Toni. Hasilnya sama saja, di antara mereka tidak ada yang bisa dihubungi.Aiden emosi karena Dea pergi tanpa pamit padanya

  • When I Start (Indonesia)   Tawaran Gila Papa

    Mendengar tawaran Papa membuat Aiden pusing. Ia tidak tahu jika Orangtuanya secara diam-diam mendirikan perusahaan baru.Namun, persyaratan yang diberikan Papanya terasa sangat gila. Bagaimana bisa dia memberikan cucu pada orangtuanya? Sedangkan dalam perjanjian yang tertera dalam kontrak pernikahannya hal itu tidak akan terjadi."Jadi bagaimana Aiden? Kamu menerima tawaran ini?" tanya Kusuma."Uhh... Aiden belum terpikirkan Pa. Beri aku sedikit waktu untuk memutuskannya.""It's okay boy, tidak masalah. Kamu harus merayu Dea agar Papa segera menimang cucu." "Emm... Aku tidak yakin," ucap Aiden ragu."Papa sudah tidak sabar mendapatkan cucu dari kamu. Hanya kamu harapan Papa. Kami tidak bisa mengharapkan cucu pada Kakakmu."Yaa... Kakak Aiden hingga sekarang enggan untuk menikah. Dan dia memilih kabur ke Amerika mendirikan perusahaannya sendiri disana.Meskipun setiap tahun kakaknya pulang ke Indonesia, namun dia hanya menciptakan berbagai keributan di keluarganya.Kusuma menepuk dada

  • When I Start (Indonesia)   Kecupan Pertama Dea pada Aiden

    Aiden terbangun, diliriknya Dea kini masih tertidur di sampingnya. Ketika ia mengalihkan pandangannya ke langit-langit kamar."Sudah bangun?" tanya Dea dengan mata yang tertutup. Aiden terkaget mendengar pertanyaan itu."Ya, sudah. Kamu tidak tidur?""Tidak, aku sudah tidur cukup lama.""Emm okay." Aiden merasa sangat canggung berada satu ranjang dengan Dea setelah mengetahui perasaan Devano."Intropeksi dirilah Aiden, jangan membuat orangtuamu khawatir."Aiden termenung mendengar perkataan Dea. "Cinta memang tidak bisa dipaksa, tapi perhatikan juga orangtuamu. Kebahagiaan tidak hanya soal wanita," lanjut Dea dengan mata yang masih tertutup.Aiden menatap langit-langit kamarnya dengan mulut terbungkam. "Dari awal kamu memiliki pilihan, kamu bisa menolak pernikahan ini untuk mengejar cintamu. Tapi kamu lebih memilih menikah denganku. Jadi, seberapa besar cintamu pada Wendy?"'Seberapa besar cintaku pada Wendy?' tanya Aiden pada dirinya sendiri. Aiden tidak bisa menemukan jawabannya.

  • When I Start (Indonesia)   Pengakuan

    "Tapi kenapa Dea?" tanya Aiden kebingungan.Devano menundukkan kepalanya."Gua gak tau Den. Sekali liat Dea gua langsung berdebar-debar, terutama sorot matanya.""Ada apa dengan sorot matanya?" tanya Aiden penasaran."Ketulusan, kesedihan, ahhh...! Gua gak tau, tapi gua suka sama sorot mata Dea." Devano mengucapkan kalimat itu dengan bibir yang tersenyum.Ini pertama kali Aiden melihat ekspresi Devano yang seperti itu. "Sorry, seharunya gua gak ngomong kayak gini ke elu. Tapi karena lu dan Dea cuma nikah kontrak, gua masih punya kesempatan kan?" tanya Devano menatap mata Aiden.hening, Aiden terpaku dengan pernyataan Devano."Ekhem..." deham Aiden memecah keheningan. "Yaa... ada kesempatan.""YES!" girang Devano dengan mengepalkan tangannya semangat.Aiden tidak bisa berkata apapun. Ada banyak hal yang sangat terduga akhir-akhir ini.Pikirannya blank, tidak tau apa yang harus dilakukannya."Ekheemmm... Gua bakal nunggu urusan kalian sampai selesai Den. Jadi gua nggak bakal ganggu per

  • When I Start (Indonesia)   Pilihan Sulit

    "Aku milih Dea Pa," jawab Aiden sedikit tercekat. Hatinya terasa sangat berat, namun dia tidak bisa melawan."Kalau begitu, kamu putusin Wendy sekarang juga," perintah papanya."T-tapi Pa.""Papa beri waktu sampai besok buat kamu putusin Wendy. Atau jabatan kamu saya turunin," ancam papanya. Mendengar ucapan papanya, Aiden ingin marah. Namun, dia tidak bisa berbuat apa-apa. Papanya memang belum resmi memberikan perusahaan itu kepadanya. Dia hanya bertugas mengolah bisnis yang sudah dibangun orang tuanya.Sangat disayangkan jika Aiden harus turun dari jabatannya sekarang. Meskipun ia sudah memiliki beberapa bisnis kecil. Namun, itu tidak sebanding dengan jabatan di perusahaan papanya.Dengan berat hati Aiden pun mengangguk, mengartikan jika dia akan memenuhi perintah Papanya.Kedua orangtuanya langsung berdiri dan kembali ke kamar Dea. Tinggal Aiden yang terduduk di atas sofa dengan frustasi."Sial!" ucapnya dengan tangan yang mengepal erat.Pikirannya menjadi kalut karena diperintah

  • When I Start (Indonesia)   Sembuh

    Keadaan Dea semakin membaik, sudah lima hari dia opname di rumah sakit. Hari ini dia diperbolehkan dokter untuk pulang. Semua orang sibuk mempersiapkan kepulangan Dea, termasuk mertua dan oma.Aiden hari ini ijin tidak masuk kerja untuk menemani istrinya. Hal ini dia lakukan karena kedua orangtuanya juga ikut menjemput Dea. Seandainya jika tidak ada orangtuanya, kemungkinan besar Aiden memilih untuk masuk kerja karena ada meeting yang sangat penting di kantor."Udah?" tanya Aiden pada Dea yang duduk di atas ranjang. Dea sudah bersiap untuk keluar dari kamarnya. Semua orang kini sedang sibuk mengemas barang istrinya."Udah," jawab Dea."Kuat jalan? atau mau aku gendong?" tanya Aiden yang bersiap menggendong Dea."Aku jalan aja. Bik..." panggil Dea pada Bik Asih yang sedari tadi sibuk dengan tas milik Dea."Eh... Iya Non." Bik Asih yang sedari tadi sibuk dengan mengemas barang langsung menghampiri Dea."Biar aku saja Bik," sergah Aiden.Mama dan Ayah mertua memperhatikan sepasang keka

DMCA.com Protection Status