Share

Depresi

Author: Dentik
last update Last Updated: 2021-06-02 12:21:08

Selama lima hari ini Dea selalu bertanya-tanya dimana tunangannya berada, ketika dia bertanya semua orang pasti akan mengalihkan pembicaraan, atau pura-pura tidak dengar. Hal itu membuatnya semakin curiga.

Mobil sudah berhenti didepan rumahnya, ayah membantunya turun dari mobil. Semua keluarga sudah menyambutnya diteras rumah.

"Yeyy Kakak pulang," girang adik perempuannya yang langsung berlari memeluk erat tubuhnya. Disusul adik laki-lakinya. 

"Udah-udah bantu Mama bawa tas sana," usir ayah pada kedua adiknya.

Kedua adiknya bergegas membantu mama membawa tas yang berisi barang-barang milik dea kedalam rumah.

“Makan dulu ya,” Ajak bude kepada mereka yang baru saja sampai rumah.

“Okey. Yuk Kak,” jawab ayah dengan bersemangat.

Ayah menuntun Dea perlahan, karena kakinya mengalami cedera ringan. Adeknya yang laki-laki sudah memposisikan kursi agar dia bisa duduk dengan nyaman, lalu duduk disamping Dea. Adeknya ini memang memiliki sifat yang bandel tetapi ketika bersama kakaknya sifat manjanya akan keluar, dan sangat perhatian meskipun mereka sering sekali bertengkar.

“Dek ambilin susu coklat di kulkas, kasihin ke Kakak,” perintah ayah kepada adik perempuannya, dia lekas mengambilkan susu kesukaan Dea.

Adiknya yang satu ini sangat cerewet, sulit sekali untuk disuruh ini itu, seperti layaknya adek dan kakak, Dea dan adeknya ini juga sering sekali bertengkar, padahal usianya terpaut sangat jauh tapi mereka bak Tom and Jarry kartun yang biasa tayng ditelevisi. Tumbenan hari ini dia mau disuruh.

Adik perempuannya menaruh satu kotak susu di samping piring. Bude dengan perhatian ekstra mengambil makanan untuk Dea, tentu saja sebelum menaruhnya dipiring bude memilah kira-kira mana yang bakal mudah dicerna Dea. Sepupu-sepupunya juga ikutan makan, meskipun jarang berkumpul dan berkomunikasi, tapi setiap ada acara kumpul sepupu-sepupunya akan ikut, walau hanya sekedar menyapa Dea sebentar.

Setelah selesai, Dea meminta ayahnya mengantarnya kekamar untuk istirahat. Ayah meninggalkan Dea sendirian didalam kamar, penampilang kamarnya sangat bersih. Padahal beberapa waktu lalu sebelum kecelakaan dia masih mengingat dengan jelas bahwa dikamar banyak sekali barang-barang yang berkaitan dengan pernikahannya. Buket, sepatu, seserahan, dan lainnya tertata rapi diatas meja riasnya. Dea memilih untuk tak menggubrisnya yang ada dipikirannya mungkin disimpa orangtuanya agar tidak rusak.

Dinakas meja samping tempat tidur dia menemukan handphone. Dia mengambilnya, tapi itu bukan handphone miliknya, ternyata handphone baru. Sepertinya handphone lamanya sudah rusak, ketika Dea membuka handphonenya semua data dihandphone lamanya terdapat dihandphone barunya. Dea membuka aplikasi w******p, banyak sekali chat dari teman dan orang yang dikenalnya. Deg!

Mata dea terbelalak ketika membaca satu persatu chat di w******pnya. Tangannya gemetar hebat, nafasnya tersenggal-senggal rasanya sangat sulit untuk bernafas. Dea membuka chat lainnya, dan semua nya tetap sama isinya.

Turut berbela sungkawa atas meninggalnya Airon tunangannya dan semoga Dea cepat sembuh.

“AAAaaaaaa!!!!!” teriak Dea, dengan memegang kedua kepalanya. Handphone yang ditangannya kini sudah terjatuh kelantai dan layarnya retak. Badannya lunglai berusaha keluar kamar, justru dia tersungkur diatas meja rias karena kakinya yang masih cedera, sehingga membuat make-upnya berhamburan kemana-mana.

Semua orang yang ada dimeja makan kaget mendengar teriakan dan terdengar juga barang pecah.

" Dea!” Pekik ayah dimeja makan ketika menyadari suara teriakan putrinya itu. Dia buru-buru berlari kekamar Dea. Diikuti semua orang yang berada diruang makan. ketika membuka pintu kamar, Ayah mendapati Dea yang sudah tersungkur dan mengobrak-abrik meja rias.

“Aaaaa!!!!aaa!!!!” teriak Dea berkali-kali. Tanpa sadar Dea mongobrak abrik semua barang yang ada dikamarnya. Berjalan kesana-kemari, rasa sakit dikakinya sudah tak terasa ketimbang rasa sakit membaca chat dari orang-orang. Emosinya membuncah dengan hebat dalam dirinya, merasa bodoh dalam waktu yang tidak singkat.

“Astaghfirullah!!” teriak ayah ketika melihat dea yang mengobrak-abrik barang dimeja riasnya. Mama dan bude yang kelihatan kaget melihat Dea yang tidak terkontrol emosinya. buru-buru ayahnya menghentika amukan Dea.

“Sadar nak,” ucap ayah. Dengan memegang kedua lengan Dea, menggoyang-goyangkan tubuhnya agar Dea tersadar.

“Dimana tunanganku? Apa benar dia sudah mati? Hah?” tanya Dea dengan emosi, kedua bola matanya yang merah, air matanya yang bercucuran. Ekspresi kesetanan yang ditunjukkannya membuat semua orang takut dan khawatir.

"Ayah dimana kak Airon," ucapnya dengan dada yang naik turun. Ayah tak kunjung menjawab pertanyaan Dea. Hal itu membuat Dea semakin emosi.

Dea berteriak, “dimana kak airon !!!!” dia kehabisan kesabaran karena selama lima hari ini semua orang enggan menjawab ketika dia bertanya dimana tunangannya itu.

 Ayah Dea menghela nafas untuk menenangkan hatinya. Dengan sedih ayahnya menjawab,“sudah tidak ada.”

Deg!!! kedua bola mata Dea melotot ketika mendengar jawaban ayah, dunia disekelilingnya seakan berhenti berputar.

Ayahnya langsung memeluk badan Dea. Mama dan bude yang tidak bisa menahan tangis. Kedua adiknya kelihatan ketakutan melihat situasi dikamar Dea, mereka menagis dibelekang mama dan bude. Semua mata sepupunya berkaca-kaca. Ini yang ditakutkan semua orang ketika Dea mengetahui kenyataan yang menyakitkan untuknya. 

Dengan kencang Dea berteriak, “Bohong !! Ayah bohong kan!”

“Tidak Nak, Ayah tidak bohong,” jawab ayahnya yang tetap memeluk Dea.

“AArrghhhhh..!!!” teriak Dea kesetanan. "AAaaa!!!!"

Dea berusaha melepas pelukan Ayahnya, memukul dada ayahnya. siapa yang sanggup mendengar orang yang dicintainya telah tiada, bahkan Dea sudah memikirkan setelah dia sembuh mereka akan melanjutkan pernikahannya. Tapi kenyataan tak sesuai dengan ekspetasinya.

Ayah memeluk tubuhnya semakin erat, agar Dea tidak lepas kendali saat emosi seperti ini. Beberapa kali berteriak, mama dan budenya berusaha menenangkan Dea tetapi tidak bisa.

"Istighfar Nak. Ayo istighfar Sayang," ucap bude.

"Kak.. istighfar dulu," ujar mama yang menangis dari tadi.

"Ayo minum air dulu Nak," ucap bude dengan membawa gelas air.

Pyarr..!! Dea 

"Astaghfirullah!" teriak mama.

"Dea!" bentak ayah tanpa sadar kepada Dea. Dea katakutan mendapat bentakan dari ayahnya. "Maafin Ayah," sesal Ayah kepada Dea. Dea mundur perlahan, sakit hatinya bertambah ketika ayah membentaknya.

Tiba-tiba dadanya terasa nyeri dengan hebat. Rasanya dia tidak bisa bernafas.

"Aa!" tangannya memegang dadanya yang terasa nyeri. 

“Hahh.. hah.. hahh….” Dea berusaha mengambil nafas. 

“Yah! Dea Yah!” teriak mama yang melihat Dea kesusahan mengambil nafas. Ayah dengan cekatan mebaringkan Dea kelantai. Bude melepas pengait bra agar Dea leluasa bernafas.

“Cepet ambil obat ma! Bukan obat tapi oksigen!!” teriak ayah kepada mama. Mereka sudah menyiapkan obat dan oksigen ketika hal seperti ini terjadi, dengan buru-buru mama mengobrak-abrik tas.

 “Siapkan mobil mas!” teriak ayah kepada sepupu laki-laki Dea yang sedari tadi berada didaun pintu kamar Dea.

Dengan buru-buru mama dan bude mengobrak-abrik tas yang dibawa dari rumah sakit. Ketika sudah menemukan tabung oksigen mama langsung memberikannya pada ayah.

Ayah mulai menyemprotkan oksigen kemulut dan hidung Dea.

“Ayo dibawa kerumah sakit aja,” ucap paman Dea, yang baru saja masuk kekamar.

“Iya,” jawab ayah. Ayah dan pamannya langsung membopong Dea menuju kedalam mobil. Mobil pun melaju dengan cepat menuju rumah sakit.

Disana dokter melakukan pemeriksaan pada Dea, dan setelah berbincang-bincang kedua orang tuanya. Dokter menyarankan untuk melakukan perawatan psikis ke psikiater, karena sepertinya psikis Dea sedang tidak baik-baik saja. Orangtua Dea pun menyetujui saran dari dokter, dan Dea pun menjalani perawatan psikisnya.

Related chapters

  • When I Start (Indonesia)   mulai

    Selama dua tahun ini Dea menjalani perawatan psikis, harus teratur mengunjungi psikiaternya. Beberapa kali Dea mencoba bunuh diri karena tidak bisa mengontrol emosinya, sering sekali tidak sadarkan diri, sering berhalusinasi sedang bersama dengan Airon, berteriak-teriak memanggil Airon dan ketika dia marah dadanya akan sesak beresiko mengalami serangan jantung. Tapi itu terjadi ketika dia melakukan terapi pada tahun pertama, orang tua dan mertuanya secara bergantian menemani Dea konsultasi ke psikiater, memberi semangat untuk sembuh. Seiring berjalannya waktu keadaannya kian membaik, semakin hari Dea sadar bahwa semua orang sedang mengkhawatirkannya. Tahun kedua Dea masih berkonsultasi dengan psikiaternya, tetapi sekarang dia sudah tidak mengonsumsi banyak obat-obatan seperti tahun pertama. Kondisi psikisnya kian stabil, tetapi berakibat perubahan sifatnya yang semakin jadi pendiam, itu lebih baik ketimbang dia mangamuk tanpa sebab dengan berteriak-teriak memanggil Airon.

    Last Updated : 2021-06-02
  • When I Start (Indonesia)   kenalan

    Aiden melihat Dea yang membawa dua botol susu dan bungkus snack, dan tiga kucing yang mengikutinya dari belakang. "Susu?" batin Aiden, "trus ngapain kucing-kucing itu ikutan." Dea menaruh salah satu botol susu di depan Aiden, lalu menaruh satu botol susu disampingnya. Dea membuka bungkusan snack, ternyata itu snack untuk kucingnya, Aiden mengira untuk mereka berdua. Dea membagi rata snack menjadi tiga bagian, kucingnya mulai memakan snack pemberian Dea. Dea mencuci tangannya diwashtafel samping gazebo. lalu kembali duduk disamping Aiden, dia mencari sandaran untuk punggungnya sembari membuka sedotan dan memasukkan kebotol susu lalu dia mulai meminum susunya. Tiba-tiba Dea melirik Aiden, dan memberi isyarat pada Aiden untuk segera meminum susunya. Aiden pun buru-buru meminum susunya. Keheningan pun menyelimuti mereka berdua. "Yaelah dah gede masih minum susu aja," batin Aiden. Sudah lama Aiden tidak meminum susu apalagi rasa coklat. Tiba-tiba D

    Last Updated : 2021-06-02
  • When I Start (Indonesia)   kesel tau ih!

    Gazebo tengah taman, tiga kucing yang menatap mereka berdua secara bergantian, kolam ikan didepan gazebo, langit hitam yang ditaburi bintang, menjadi saksi bisu keawarkadan Dea dan Aiden. Salah satu kucing menghampiri Dea, Dea mangangkat kedua alisnya karena tiba-tiba sikucing duduk dipangkuannya. Dengkuran lembut dari si kucing membuat Dea gemas, itu signal kucingnya merasa nyaman berada dipangkuannya. “Suka kucing De?” tanya Aiden yang ikutan gemas melihat kucing, tanpa sadar Aiden menggigit bibir bagian dalam karena saking gemasnya. “Suka, tapi aku lebih suka Kamu,” goda Dea dengan sudut bibir yang terangkat. “Jangan bercanda De,” ucap Aiden yang mulai kesal karena dari tadi mendapat candaan yang tidak ada habisnya dari Dea. “Santai aja kali,” jawab Dea. “Dah santai loh,” ketus Aiden. Tanpa sadar dia sendiri yang tidak bisa santai. “lahh.. kok sewot,” ujar Dea. “Siapa yang sewot?” tanya Aiden. “Kamu,” jawab

    Last Updated : 2021-06-02
  • When I Start (Indonesia)   sesuai perjanjian

    Setelah beberapa jam berlalu akhirnya mobilnya sudah terparkir didepan rumahnya. Pak Gino selaku satpam, pak Lastro sebagai supir, bik Asih yang mengurus rumah atau lebih tepatnya kepala pelayan dirumahnya dan beberapa pelayan dibelakang mereka sudah menyambut Aiden dan Dea dengan senyuman. Aiden melepaskan sabuk pengamannya. Dilihat Dea masih tidur dengan pulas. “De, bangun De. Udah nyampek nih,” ujar aiden dengan menepuk-nepuk pipi Dea. Tidak ada respon dari Dea, bahkan dia tidak bergeming sedikitpun dari posisinya. Aiden memutuskan untuk menggendongnya, dia keluar dari pintu kemudi dan membuka pintu samping Dea, lalu melepas sabuk pengaman Dea dan mengeluarkannya dari mobil. “Bik tolong ambil semua barang-barang yang dimobilku ya, semuanya. Pak Lastro tolong cuci mobil saya ya,” ucap Aiden lalu masuk kedalam rumah. “Tidur?” tanya oma dengan kedua alis yang terngkat tinggi didahinya. Orangtua Aiden hari ini akan menginap dirumah Aiden, karena ingin menghabi

    Last Updated : 2021-06-04
  • When I Start (Indonesia)   ya trus?

    Dea berbincang-bincang dengan oma dan mertuanya hingga malam hari, canda dan tawa memenuhi setiap sudut rumah pada malam hari, dan sekarang waktunya tidur. Mama, papa, dan oma memasuki kamarnya masing-masing. Tinggal Aiden dan Dea diruang tengah, "Balik kekamar yuk," ajak Aiden beranjak dari sofa. Dea mengangguk dan mengikuti Aiden kembali kekamar. Ketika mereka berada didalam kamar, Dea masuk kekamar mandi mencuci mukanya. Aiden tidak langsung tidur. Dia mengecek pekerjaannya lewat laptop miliknya. Ketika Dea kembali kekamar dia memanggil Aiden. "Emm.. Aiden," panggil Dea tiba-tiba. "Hm," saut Aiden yang masih sibuk dengan laptopnya. "Kita tidur bareng?" tanya Dea. "Iya, kenapa?" tanya Aiden kali ini menoleh kearah Dea dengan mengangkat kedua alisnya. "Emm.. gapapa si. Bukannya lebih baik pisah aja ya," ucap Dea hati-hati. "Mau tidur pisah?" tanya Aiden. "Kalau gak keberatan si," jawab Dea. "Hmm

    Last Updated : 2021-06-05
  • When I Start (Indonesia)   Aku harus ngapain?

    Pagi hari Dea sarapan bersama Aiden. Meraka memakan makanannya dalam diam, karena Aiden sibuk membalas chat dihandphone miliknya, sedangkan Dea sibuk mengunyah makanannya. Aiden buru-buru menyelesaikan sarapannya. "De aku berangkat ya, kalau ada apa-apa hubungi aku, atau suruh aja Bik Asih. Berangkat ya Bik, bye De," pamit Aiden dan berlalu pergi. "Iya Tuan," jawab bik Asih. Dea hanya diam. Bik Asih nampak khawatir melihat Dea yang semakin murung, padahal Dea tidak terjadi apa-apa dengan Dea. Bik Asih terlalu mengkhawatirkan Dea. Bik Asih mengkode anak buahnya untuk mengambilkan vitamin dan beberapa kue. Dea masih sibuk dengan makanannya, salah satu pelayan mendorong troli berisi banyak macam kue. Bik Asih menghidangkan semua kue itu didepan Dea. "Ngapain Bik?" tanya Dea. "Semua kue ini untuk Non, biar moodnya membaik," ujar bik Asih. "Ya ampun Bik, aku gasuka yang manis-manis," ujar Dea. "Non mau snack?"

    Last Updated : 2021-06-06
  • When I Start (Indonesia)   rahasia

    Devano kembali dengan pakaian yang diberi oleh Dea. "Dev, gua mau ngomong," ujar Aiden. "Yaudah ngomong aja," ucap Devano. "Gua sama Dea cuma nikah kontrak, jadi aku minta tolong Kamu jaga rahasia ini. Termasuk status pernikahanku sama Dea," jelas Aiden. Devano bengong mendengar ucapan Aiden. "Jadi aku harus sembunyiin kalau kamu udah punya istri?" tanya Devano. "Ya, kesemua orang," jawab Aiden. "Ogah! gila ya !," tolak Devano "Please Dev. Aku gak mau kalau Wendy sampai tau," ujar Aiden. "Gila, trus ngapain nikah sama Dea?" tanya Aiden. "Biar gua bisa nikah sama Wendy, aku gak dapat restu orang tua buat nikah sama Wendy," jawab Aiden. "Bener-bener gak waras otakmu Den, gak habis pikir aku sama Kamu. Trus kamu gimana De? kok mau sama Aiden," tanya Devano. "Sama-sama ambil keuntungan si," ujar Dea. "Wahh gila-gila," ucap Devano. "Gua minta tolong sama kamu ya Dev,"

    Last Updated : 2021-06-08
  • When I Start (Indonesia)   obat

    Selama diperjalanan Dea dan Aiden diam. Ketika mobil terparkir didepan rumah, Dea langsung turun dari mobil dan masuk kekamarnya, bik Asih nampak bingung ketika melihat Dea dengan raut muka yang kesal. "Bik siapin makan malam ya," ucap Aiden pada bik Asih. "Iya Tuan," jawab bik Asih. Aiden pun menuju kamarnya, sekilas dia melihat pintu kamar Dea dan berniat untuk mengetok pintu itu, tapi diurungkan niatnya karena mengingat perkataan ayah Dea. "Kalau Dea lagi kesal, marah, atau sedih. Tolong kamu kasih waktu dulu ya, turutin apa yang dia mau, biarkan dia meluapkan emosinya. Maafin ayah kalau putri ayah akan merepotkan kamu, tolong juga kontrol obat-obatan yang dia minum, ayah tau terkadang Dea masih meminum obat-obatan dari psikiater meskipun sudah dikurangin dosisnya, tapi Dea terkadang over ketika meminumnya," ucap ayah Dea sehari sebelum akad nikahnya dimulai. Aiden menghela nafas dan langsung menuju kamarnya. Aiden mengganti bajunya, da

    Last Updated : 2021-06-25

Latest chapter

  • When I Start (Indonesia)   Kode Rahasia

    "Argghhh!!!!" erangnya frustrasi. Dea yang hanya perempuan biasanya kini dihadapkan kenyataan yang tak terduga. Ia sudah didapuk sebagai ketua organisasi mematikan di negara ini, sangat di luar nalar. Bahkan ayahnya tak mengatakan apapun soal ini, bekal pengetahuan menjadi seorang ketua pun terasa sangat memusingkan."Sial! Kenapa sangat rumit!" kesalnya sembari menyamakan kode yang ada di layar ponsel dan laptop. Mr. Bad dari kemarin mengirimkan rentetan kode untuk mengakses sistem organisasi, tapi hingga sekarang Dea hanya berhasil memecahkan empat kode. Masih tersisa enam kode.'Krruuukkkk...' suara perutnya menggelegar di telinganya."Hahh... aku lupa tidak makan dari kemarin, kita akhiri kerjaan konyol ini dengan makan sepuasnya."Ketika membuka pintu kamar, Bik Asih, Rara, dan Nina sedang berjalan ke arah kamarnya. Dea tertegun melihat troli dengan berbagai hidangan di atasnya."Non," sapa Bik Asih dengan senyum semringah. Wanita paruh baya itu nampak lega melihat kemunculan Dea

  • When I Start (Indonesia)   Aneh

    Dua orang tersebut merasa curiga ketika melihat mobil yang terparkir di halaman rumah. Mereka yakin jika Pak Hando tidak memiliki keluarga satupun. Itu pasti seorang tamu. Dea dan Toni mengamati gerak gerik keadaan rumah Pak Hando dari dalam mobil.Namun, semakin ditelisik mata Dea melebar ketika melihat salah satu lelaki sedang membawa senjata di depan pintu masuk. Pria berbadan tegap dengan warna kulit gelap berjalan mengitari rumah dengan was-was."Ton, kamu di sini dulu.""Saya akan ikut Nyonya.""Jangan!" tolak Dea. "Tunggu di sini selama 15 menit, jika selama itu aku belum keluar dari dalam rumah. Segera ke Mr.Bad.""T-tapi.""Ikuti perintahku, jangan banyak tanya."Dea langsung turun dari mobil, tak lupa membawa kotak makanan yang ia siapkan untuk Pak Hando. Dadanya berdetak cukup kenjang ketika kakinya menjangkah ke dalam pekaran rumah. "Siapa itu?" tanya seseorang yang tiba-tiba keluar dari dalam rumah."Dea, keponakannya Pak Hando.""Pak Hando tidak memiliki keponakan. Jang

  • When I Start (Indonesia)   Kalut

    Mendapat sergapan dari majikan laki-lakinya, membuat Toni kebingungan harus menjawab apa. Nyonya muda memintanya untuk menyembunyikan peristiwa hari ini.Sedangkan Aiden kini dalam mode geram."Maaf Tuan, saya tidak bisa menjawab. Anda bisa menanyakan langsung pada Non Dea. Namun, keadaan Non Dea menjadi drop lagi kemungkinan besar karena tidak sarapan dan meminum obat," jelas Toni."Trus tadi kemana saja?""Ke rumah teman Non Dea.""Laki-laki atau perempuan?" selidik Aiden."Perempuan dan laki-laki.""Kamu merahasiakan sesuatu pada saya?"Toni diam, enggan membuka suaranya."Great!" Aiden mengangguk-anggukan kepalanya. "Ternyata kamu sudah berkomplotan dengan Dea."Toni hanya mampu menelan salivanya."Sekarang kamu bisa istirahat, keluar.""Saya dipecat Pak?" Toni shock dengan kata keluar."Tidak, beristirahatlah. Kamu sudah menemani Dea seharian," jelas Aiden. Ia tidak bermaksud memecat Toni."Baik Tuan, terima kasih." Toni undur diri dari hadapan Aiden. Aiden hanya bisa menghela na

  • When I Start (Indonesia)   Dea dan Toni Menghilang

    Pembicaraan semalam membuat Aiden termenung pagi ini. Makanan di depannya sedari tadi teranggurkan karena Aiden sibuk dengan pikirannya."Memang ada yang melarang?" Pertanyaan ini sukses membuat Aiden tidak fokus.Ia ingin menyakan hal ini lebih mendalam pada Dea. Namun, setelah melontarkan pertanyaan itu Dea tertidur pulas di samping Aiden. Aiden tidak bisa menanyakan lebih jelas lagi. Ditambah ketika bangun tidur Dea sudah menghilang dari kamarnya.Bik Asih menghampiri Aiden."Tuan, apa sarapannya perlu diganti?" "Tidak," tolak Aiden. "Dimana Dea?""Non Dea pergi dengan Toni.""Ini masih pagi dan dia sudah pergi?""Maafkan saya Tuan, tadi sudah saya larang. Namun, Non Dea tidak mendengarkan saya.""Pergi kemana Dea?"Bik Asih menggelangkan kepalanya. Aiden menghela nafasnya dan segera menghubungi Dea.Namun, telepon itu tidak tersambung. Ia beralih menghubungi Toni. Hasilnya sama saja, di antara mereka tidak ada yang bisa dihubungi.Aiden emosi karena Dea pergi tanpa pamit padanya

  • When I Start (Indonesia)   Tawaran Gila Papa

    Mendengar tawaran Papa membuat Aiden pusing. Ia tidak tahu jika Orangtuanya secara diam-diam mendirikan perusahaan baru.Namun, persyaratan yang diberikan Papanya terasa sangat gila. Bagaimana bisa dia memberikan cucu pada orangtuanya? Sedangkan dalam perjanjian yang tertera dalam kontrak pernikahannya hal itu tidak akan terjadi."Jadi bagaimana Aiden? Kamu menerima tawaran ini?" tanya Kusuma."Uhh... Aiden belum terpikirkan Pa. Beri aku sedikit waktu untuk memutuskannya.""It's okay boy, tidak masalah. Kamu harus merayu Dea agar Papa segera menimang cucu." "Emm... Aku tidak yakin," ucap Aiden ragu."Papa sudah tidak sabar mendapatkan cucu dari kamu. Hanya kamu harapan Papa. Kami tidak bisa mengharapkan cucu pada Kakakmu."Yaa... Kakak Aiden hingga sekarang enggan untuk menikah. Dan dia memilih kabur ke Amerika mendirikan perusahaannya sendiri disana.Meskipun setiap tahun kakaknya pulang ke Indonesia, namun dia hanya menciptakan berbagai keributan di keluarganya.Kusuma menepuk dada

  • When I Start (Indonesia)   Kecupan Pertama Dea pada Aiden

    Aiden terbangun, diliriknya Dea kini masih tertidur di sampingnya. Ketika ia mengalihkan pandangannya ke langit-langit kamar."Sudah bangun?" tanya Dea dengan mata yang tertutup. Aiden terkaget mendengar pertanyaan itu."Ya, sudah. Kamu tidak tidur?""Tidak, aku sudah tidur cukup lama.""Emm okay." Aiden merasa sangat canggung berada satu ranjang dengan Dea setelah mengetahui perasaan Devano."Intropeksi dirilah Aiden, jangan membuat orangtuamu khawatir."Aiden termenung mendengar perkataan Dea. "Cinta memang tidak bisa dipaksa, tapi perhatikan juga orangtuamu. Kebahagiaan tidak hanya soal wanita," lanjut Dea dengan mata yang masih tertutup.Aiden menatap langit-langit kamarnya dengan mulut terbungkam. "Dari awal kamu memiliki pilihan, kamu bisa menolak pernikahan ini untuk mengejar cintamu. Tapi kamu lebih memilih menikah denganku. Jadi, seberapa besar cintamu pada Wendy?"'Seberapa besar cintaku pada Wendy?' tanya Aiden pada dirinya sendiri. Aiden tidak bisa menemukan jawabannya.

  • When I Start (Indonesia)   Pengakuan

    "Tapi kenapa Dea?" tanya Aiden kebingungan.Devano menundukkan kepalanya."Gua gak tau Den. Sekali liat Dea gua langsung berdebar-debar, terutama sorot matanya.""Ada apa dengan sorot matanya?" tanya Aiden penasaran."Ketulusan, kesedihan, ahhh...! Gua gak tau, tapi gua suka sama sorot mata Dea." Devano mengucapkan kalimat itu dengan bibir yang tersenyum.Ini pertama kali Aiden melihat ekspresi Devano yang seperti itu. "Sorry, seharunya gua gak ngomong kayak gini ke elu. Tapi karena lu dan Dea cuma nikah kontrak, gua masih punya kesempatan kan?" tanya Devano menatap mata Aiden.hening, Aiden terpaku dengan pernyataan Devano."Ekhem..." deham Aiden memecah keheningan. "Yaa... ada kesempatan.""YES!" girang Devano dengan mengepalkan tangannya semangat.Aiden tidak bisa berkata apapun. Ada banyak hal yang sangat terduga akhir-akhir ini.Pikirannya blank, tidak tau apa yang harus dilakukannya."Ekheemmm... Gua bakal nunggu urusan kalian sampai selesai Den. Jadi gua nggak bakal ganggu per

  • When I Start (Indonesia)   Pilihan Sulit

    "Aku milih Dea Pa," jawab Aiden sedikit tercekat. Hatinya terasa sangat berat, namun dia tidak bisa melawan."Kalau begitu, kamu putusin Wendy sekarang juga," perintah papanya."T-tapi Pa.""Papa beri waktu sampai besok buat kamu putusin Wendy. Atau jabatan kamu saya turunin," ancam papanya. Mendengar ucapan papanya, Aiden ingin marah. Namun, dia tidak bisa berbuat apa-apa. Papanya memang belum resmi memberikan perusahaan itu kepadanya. Dia hanya bertugas mengolah bisnis yang sudah dibangun orang tuanya.Sangat disayangkan jika Aiden harus turun dari jabatannya sekarang. Meskipun ia sudah memiliki beberapa bisnis kecil. Namun, itu tidak sebanding dengan jabatan di perusahaan papanya.Dengan berat hati Aiden pun mengangguk, mengartikan jika dia akan memenuhi perintah Papanya.Kedua orangtuanya langsung berdiri dan kembali ke kamar Dea. Tinggal Aiden yang terduduk di atas sofa dengan frustasi."Sial!" ucapnya dengan tangan yang mengepal erat.Pikirannya menjadi kalut karena diperintah

  • When I Start (Indonesia)   Sembuh

    Keadaan Dea semakin membaik, sudah lima hari dia opname di rumah sakit. Hari ini dia diperbolehkan dokter untuk pulang. Semua orang sibuk mempersiapkan kepulangan Dea, termasuk mertua dan oma.Aiden hari ini ijin tidak masuk kerja untuk menemani istrinya. Hal ini dia lakukan karena kedua orangtuanya juga ikut menjemput Dea. Seandainya jika tidak ada orangtuanya, kemungkinan besar Aiden memilih untuk masuk kerja karena ada meeting yang sangat penting di kantor."Udah?" tanya Aiden pada Dea yang duduk di atas ranjang. Dea sudah bersiap untuk keluar dari kamarnya. Semua orang kini sedang sibuk mengemas barang istrinya."Udah," jawab Dea."Kuat jalan? atau mau aku gendong?" tanya Aiden yang bersiap menggendong Dea."Aku jalan aja. Bik..." panggil Dea pada Bik Asih yang sedari tadi sibuk dengan tas milik Dea."Eh... Iya Non." Bik Asih yang sedari tadi sibuk dengan mengemas barang langsung menghampiri Dea."Biar aku saja Bik," sergah Aiden.Mama dan Ayah mertua memperhatikan sepasang keka

DMCA.com Protection Status